Buzzer sama dengan Influencer

[Lifestyle] Wah... dari kemarin rame nih rame bahas tentang akun media sosial seseorang yang ditutup gara-gara dianggap salah memihak (baca: jadi buzzer tapi ternyata pihak yang dibuzz bermasalah).

Ih. Sebenarnya aku kurang mengerti soal ini. Ya.. namanya juga orang cari makan ya, manalah tahu bahwa yang membayar itu bermasalah.
Eh.
Beneran nggak tahukah?
Beneran nih kita nggak pernah tahu itu bakalan bermasalah atau tidak?
Sebentar.
Sebenarnya, sebagai sesama buzzer (yaitu orang yang disewa untuk ikut mensosialisasikan sesuatu di tengah masyarakat), bisa kok memilih materi yang akan dibuzzerkan. Karena, sebelum kita menyetujui sesuatu untuk dibantu promosinya, atau sebelum menyetujui untuk mensosialisasikannya di tengah masyarakat, kita kan bisa membaca dengan jelas apa yang ditawarkan oleh pihak yang akan menyewa jasa kita.
Jadi inget, tahun lalu. Yaitu ketika masalah kebakaran hutan benar-benar menjadi isyu nasional negara Indonesia. Sudahlah musim kemarau, kebakaran hutan pula dimana-mana. Khususnya di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Sampai-sampai dunia internasional memperhatikan kita loh akibat masalah kebakaran hutan ini.

Aktivis lingkungan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Chanee Kalaweit,  sampai membuat video singkat berisi pesan protesnya kepada Presiden Joko Widodo terkait kabut asap yang semakin parah. Chanee menyatakan, video ini sebagai harapan terakhir karena kebakaran lahan terus berulang setiap tahun.
Aktivis lingkungan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Chanee Kalaweit, membuat video singkat berisi pesan protesnya kepada Presiden Joko Widodo. Video tiga menit itu beredar cepat di media sosial dan dinilai mewakili rasa frustasi banyak pihak atas bencana kabut asap yang kini mengancam nasib banyak orang di Sumatera dan Kalimantan.





Masalah kebakaran hutan ini sempat disangkal oleh beberapa orang di media sosial bahwa itu bukan kesalahan siapa2, bahwa itu murni bencana nasional dan aku sendiri melihat malah berujung pada pembentukan opini untuk marah pada negara tetangga yang protes.

Waktu itu aku bingung juga. Dalam hati, "Ya ampun ini orang. Pernah nggak sih ngerasain punya tetangga yang selalu bakar sampah di rumah dan asapnya kemana-mana sampai rumah kita sesak dengan asap hanya karena tinggal di sebelah rumah dia? Wajar banget lah negara tetangga protes."

Jika kita berkunjung ke negara tetangga, memang terasa sih bagaimana mengganggunya masalah kabut asap "kiriman" dari Indonesia itu. Penerbangan terganggu, lalu lintas terganggu, dan juga masalah udara bersih yang otomatis terganggu. Jadi wajar banget kan kalau mereka protes. Masa protes model beginian malah terbaca sebagai ajakan buat perang sih?

Itu sebabnya, aku termasuk yang sering menskip tulisan blogger yang membahas tentang masalah kebakaran hutan (kalau nggak salah tahun lalu ada lombanya deh) karena aku tidak setuju dengan segala macam bentuk pembelaan atas kasus kebakaran hutan ini. Sebenarnya aku mau menulis komentar negatif sih di blog mereka waktu itu, tapi nggak enak. Ini kan masalah periuk nasi orang lain ya. hehehe. Jadi ya sudah aku skip saja.
Tapi khusus untuk yang menulis di twitter, sesekali aku menulis bantahan. Meski kesal sendiri karena keterbatasan jumlah kata di komentar twitter bikin nafsu ngebantah nggak tertuntaskan.
http://chirpstory.com/li/326056
Kemarin nih, ramai sekali kasus tentang orang yang merasa lelah karena diserang oleh pihak yang berseberangan pendapat dengan isi buzzer yang dia buat.
(masih inget kan, buzzer itu adalah orang yang disewa oleh pihak tertentu untuk mensosialisasikan pesan di tengah masyarakat lewat akun media sosial yang dia miliki).




Cara kerja buzzer itu memang seperti iklan di televisi. Bedanya, buzzer bergerak di wilayah media sosial lewat beberapa kalimat sedangkan iklan televisi bergerak di media televisi lewat bahasa gambar.

Menjadi buzzer itu memang sedikit tricky sih. Karena dia harus mempromosikan sesuatu secara terus menerus. Baik ada yang mau membacanya atau tidak ada yang mau membacanya. Seperti iklan di televisi yang diputar secara terus menerus baik ditonton atau tidak ditonton.

Prinsip kerjanya begini.
Ketika sekali ditulis, maka kemungkinan nih, dari 1600 follower kita, mungkin ada 5 orang yang membacanya. Tapi, ke 5 orang ini mungkin skip dan abai dengan apa yang dibacanya sekilas dan cuma sekali saja itu.

"Pancasila itu ada 5 dasar."

Informasi yang biasa saja kan. Siapa pun tahu bahwa Pancasila ada 5 dasar. Jadi, buat apa dimasukan ke hati informasi ini. Skip.

Jadi, dibuatlah 10 tulisan sekaligus. Apa yang terjadi dengan 5 orang yang membaca di atas? Setelah lebih dari 5 kali membaca, maka ada 1 informasi yang akan menyangkut di kepalanya. Meski hanya garis besarnya saja.

Ketika ke 5 orang ini bertemu dengan temannya, dan terlibat pembicaraan, informasi yang sudah terlanjur direkam di otaknya akan keluar tanpa sengaja dalam obrolan mereka.

"Hei. Gemuk banget lo sekarang. Beda ama waktu masih kuliah dulu."
"Iya nih emang. Susah euy buat nurunin berat badan. Anak gue udah lima ya."
"Banyak amat. Rajin juga laki lo buat anak."
"Iya emang, udah serasa mewakili pancasila aja ya jumlah anak gue."
"hahahaha... si anu tuh masa di twitter ngasi tahu bahwa pancasila ada 5 dasar. Siapa coba yang mau peduli?"

TING.
Dia tidak sadar bahwa sebenarnya, dialah yang telah tanpa terasa terasuki dan tersosialisasikan dengan fakta yang disebarkan oleh si buzzer di twitter tersebut.

Nah. Itulah sebabnya seorang buzzer itu dipandang sebagai perpanjangan tangan dari sistem marketing sebuah brand atau kebijakan.

Secara sederhana, seorang twitter buzzer adalah pengguna twitter yang dapat memberikan pengaruh pada orang lain hanya melalui tweet yang ia tuliskan. Hal tersebut merupakan indentitas utama dari seorang twitter buzzer, karena pada dasarnya buzzer harus mempunyai kemampuan influence atau mempengaruhi orang lain. Oleh sebab itu, ada pula yang menyebut seorang buzzer dengan istilah influencer. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama.
Para twitter buzzer tersebut mempunyai tugas untuk menuliskan tweet yang berisi tentang informasi atau rekomendasi sebuah event atau produk dari penyewa jasa twitter buzzer tersebut. Para penyewa jasa twitter buzzer kebanyakan merupakan perusahaan besar atau pemilik usaha yang ingin usahanya lebih dikenal oleh banyak orang di dunia maya.
Tidak hanya dalam dunia bisnis, penyewa jasa twitter buzzer juga datang dari organisasi atau kelompok. Mereka menggunakan jasa twitter buzzer untuk memperkenalkan sebuah event atau mungkin sebuah pesan sosial bagi masyarakat banyak. Bahkan peluang kreatif ini nyatanya juga dilirik oleh para pelaku dunia politik. Apakah tujuannya? Tidak lain dan tidak bukan tentu masih untuk urusan pencitraan.
Disini tugas dari twitter buzzer terkadang tidak terbatas hanya untuk memposting sebuah tweet saja, namun tidak jarang pula menjalankan campaign atau rangkaian informasi lebih lanjut kepada para followernya. Jadi tugas dari seorang twitter buzzer bisa menjadi layaknya brand ambassador dari penyewa jasanya tersebut. Untuk itu seorang twitter buzzer juga harus benar-benar mengerti apa yang ia sebarkan ke dunia maya.(dikutip dari 
https://www.maxmanroe.com/apa-itu-twitter-buzzer-peluang-penghasilan-aktivis-media-sosial.html)

Itu sebabnya, jika jaman dahulu, ketika media sosial belum marak digunakan dimana-mana, maka salah satu  pihak yang dihubungi oleh sebuah brand atau pemerintah yang memiliki sebuah kebijakan untuk disosialisasikan adalah media  cetak dan media elektronik, maka jaman sekarang blogger dan buzzer juga dimasukkan sebagai bagian yang dianggap penting untuk dilibatkan.

Makanya, jangan heran jika sekarang nyaris semua event, atau moment, melibatkan blogger dan buzzer di dalamnya. Dan permintaan blogger atau buzzer yang dilibatkan pun yang memiliki spesifikasi tertentu seperti memiliki jumlah follower sekian ribu; memiliki pageview sekian ribu, dan sebagainya. Karena Buzzer sama dengan Influencer.

Aku sendiri, punya tips yang mungkin lebih ke prinsip untuk menjadi blogger dan  buzzer yang baik.

Tips menjadi Buzzer yang baik (a la aku)

1. Miliki prinsip dan konsisten dengan prinsip ini. 

(aku, dengan tegas menolak untuk bekerja sama dengan perusahaan rokok, atau minuman keras, dan segala macam bentuk judi atau money game).

2.. Pelajari dulu latar belakang brand yang akan menyewa kita tersebut.

(ada beberapa perusahaan yang masuk daftar hitamku karena aku mengetahui reputasi buruk mereka di tengah masyarakat. Beberapa kali perusahaan ini mengadakan lomba blog, aku memilih untuk tidak mau ikut lomba yang mereka adakan, meski peluangnya besar dan hadiahnya bikin baper. Ini masalah prinsip sih).

3. Main aman, atau jika memang harus memilih untuk berpihak pun, harus tahu bagaimana cara menghadapi lawan dengan cara yang manis.

Pro dan kontra itu pasti ada. Seorang yang mempromosikan susu formula bagi bayi, harus berhadapan dengan orang yang pro ASI. Seorang yang menulis tentang dilema ibu bekerja, harus berhadapan dengan full mom yang tidak setuju jika ibu harus bekerja keluar rumah dan meninggalan anak. Ya sudahlah. Aku tidak suka war-waran.

4. Materi memang bisa bikin happy. 

Tapi materi juga bisa bikin keki. Jadi, materi bukan segalanya.
Nggak semua harus dinilai dari materi, dan nggak semua harus dikejar karena ada materinya.


Nah. Itu Tip menjadi buzzer a la aku.
Sekarang, aku mau mengutip tips menjadi buzzer yang disukai brand a la blogger pesohor ya.
(aku kutip dari blognya maxmanroe.com). Dia menghadiri sebuah event dimana salah dua pembicaranya adalah blogger pesohor Ani Berta dan Swastika.

Mau Jadi Buzzer yang Disukai Brand? Cobalah 4 Tips Berikut Ini:

1. Selalu Aktif dan Mengikuti Tren di Media Sosial

Tips dan strategi pertama seorang buzzer agar bisa disukai brand adalah dengan selalu aktif di media sosial. Namanya juga buzzer, ya mereka sudah seharusnya harus aktif di media sosial. Namun ternyata aktif juga belum cukup. Ini karena tanpa pengetahuan di dalam media sosial tersebut maka semuanya akan terasa sia-sia.
Menurut Swastika dan Ani Berta menjadi seorang buzzer memang dituntut untuk selalu aktif mengikuti tren yang sedang berkembang di media sosial. Dengan selalu update perkembangan media sosial ini maka mereka para buzzer ini akan lebih mudah mengetahui teknik membuat tweet yang bisa menarik brand.

2. Ciptakan Konten Original dan Kreatif

Menurut Swastika yang biasa dipanggil Tika ini seorang buzzer memerlukan origialitas dan kreativitas dalam menciptakan konten di setiap akun media sosial yang dipakainya. Lebih lanjut Tika yang juga seorang novelis dan juga penulis skenario film ini mengisahkan awalnya menjadi buzzer. Saat melakukan kultwit, ia memang selalu mengusahakan untuk menuliskan konten yang kreatif dan original.
Sehingga saat ini selalu ada saja brand yang menghubunginya untuk mengkampanyekan sebuah produk. Lain Tika lain pula Ani Berta. Meski Ani mengawali “karir”nya sebagai buzzer blog. Namun diakuinya konten yang yang dibuatnya di blog selalu original dan kreatif. Dari kontennya yang kreatif ini maka ia kemudian juga sering dihubungi brand untuk mengkampanyekan sebuah produk.

3. Bangun Networking

Berikutnya tips untuk bisa menjadi buzzer yang disukai brand adalah membangun networking atau jaringan yang baik. Networking memang sesuatu yang penting untuk bisa meluaskan usahanya sebagai buzzer. Buzzer tidak bisa berdiam diri saja untuk bisa mendapatkan brand. Namun meraka harus terus selalu membangun networking agar potensi dan kesempatan mereka mendapatkan brand semakin besar.

4. Kooperatif dan Tidak Perhitungan

Terakhir, tips untuk bisa disukai oleh brand adalah dengan bersikap kooperatif dan tidak perhitungan. Menurut Wiwik W, Digital Head of Juara Agency, buzzer yang disukai brand adalah buzzer yang kooperatif dan tidak itung-itungan. Artinya, selain harus kreatif dalam mencipta konten sesuai guideline-nya, seorang buzzer juga harus bisa menciptakan konversasi sehingga kampanye yang sedang dilakukan bisa menjadi viral.

9 komentar

  1. Menyimak, makasih sharingnya mba :) baru tahu

    BalasHapus
  2. Bener-bener perlu disimak nih, siapa tahu bisa jadi buzzer. Tengkiu informasinya mbak Ade say ;)

    BalasHapus
  3. Keren banget mbak tulisannya. Aku yang selama ini cuma denger buzzer-buzzer jadi tahu cara kerja mereka.

    BalasHapus
  4. Banyak tipsnyaaa mba .. Memang tidak mudah jadi buzzer, apalagi di jaman sekarang dengan segala sensitivitas isu. Kalau aku satu pedomannya.. Pakai hati :)

    BalasHapus
  5. cukup susah meurutku mba jadi buzzer, aku sendiri belum mampu, apalagi ketemu klien yang detil banget. aku pun belum pernah nyoba jadi buzzer di medsos karena ya itu, susah ngikuti alurnya hehe, berani via blog aja :)

    BalasHapus
  6. nambah ilmu soal buzzer nih, thanks yaa

    BalasHapus
  7. Haha. menarik mbaa. aku jarang main sosial media sayangnya :(
    jadi blm bisa deh masuk jd buzzer

    BalasHapus
  8. Aku belum shanggup aktif di semua medsos, Mba. Mbagi waktunya yang ampun susah banget, wkwkwk. Sekarang prioritas di blog dulu deh. Noted banget ini. Bookmark dulu^^

    BalasHapus
  9. Perlu byk cuit biar bs jd buzzer, hihihi

    Gambar bawah itu lho bikin ngikik

    BalasHapus