Ajarkan Anak Untuk Bertanggung Jawab

[Parenting] Sudah menjadi bawaan semua orang tua untuk selalu melindungi anak-anak mereka. Jatuh, langsung segera diberdirikan kembali.
Menangis karena tidak mendapat mainan, langsung dibelikan mainan yang diminta. "Yang penting nggak nangis."

Semua demi anak. Semua atas nama "rasa sayang pada anak."
Tapi, tahukan kalian bahwa rasa sayang yang berlebihan itu sering justru menghancurkan seorang anak?



Anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka, meski fisiknya terus tumbuh tapi tetaplah individu yang butuh untuk terus dididik dan dibimbing.

Aih, jangankan anak-anak ya. Kita saja yang orang dewasa sering melakukan kesalahan.
Tapi hei... tahukan kalian bahwa ternyata, kesalahan yang kerap kita lakukan hingga kita berusia dewasa itu sebenarnya bisa dicegah jika saja kita memperoleh bimbingan dan pendidikan yang benar sejak usia dini dahulu.

Ada beberapa pendidikan yang sebaiknya diajarkan pada anak-anak sejak mereka berusia dini. Pendidikan ini bahkan harus terus diingatkan dan dicontohkan hingga mereka melewati usia remaja mereka. Pendidikan itu adalah:
1. Ajarkan anak untuk bertanggung jawab.
Hidup itu penuh dengan pilihan.
Seiring dengan perkembangan waktu, anak-anak sebenarnya sadar bahwa seiring dengan pertambahan usia mereka, mereka akan bertemu dengan keharusan untuk memilih. Konsekuensi dari menjatuhkan pilihan itu adalah: mereka jadi menjalaninya. Masalahnya, tidak semua proses menjalani pilihan yang sudah diambil menghasilkan sesuatu yang baik dan nikmat. Terkadang, ternyata pilihan itu salah dan malah mendatangkan kerugian bagi mereka.

Yang harus dilakukan oleh orang tua dalam hal ini adalah, membimbing anak agar bertanggung jawab dengan apa yang sudah dipilihnya.
Jangan terus-terus menerus membela anak meski kita tahu anak salah. Karena jika kita terus menerus membela anak kita, maka mereka akan tumbuh jadi pribadi yang tidak bertanggung jawab.
"Ah, nanti juga kita bakalan dibantu."
Selanjutnya, anak tumbuh jadi sosok yang sering merendahkan pihak lain yang lebih rendah/lebih lemah/lebih kurang menurut dia kedudukannya.

2. Ajarkan anak  untuk tidak merendahkan orang lain.
Semua orang itu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hal ini harus dimengerti oleh anak-anak. Dengan kondisi inilah mereka jadi mengerti bahwa mereka bisa belajar untuk menerima segala sesuatu yang diberikan oleh mereka yang lebih pada mereka yang kurang; sejauh itu diberikan dalam rangka transfer kebaikan. Dan anak-anak juga belajar untuk memberi segala sesuatu kepada mereak yang kurang, sejauh itu diberikan dalam rangka transfer kebaikan.

Harmonis kan jadinya? Itu sebabnya, ajarkan anak untuk menghargai orang lain dan tidak merendahkan mereka.

3. Ajarkan anak untuk mau berlapang dada menerima kesalahan dan bersegera memperbaiki diri.
Ini yang penting. Bahwa anak tidak selalu benar. Dan jika melakukan kesalahan tidak membuat seseorang menjadi terhina. Selama seseorang segera melakukan perbaikan diri maka dia pun bisa menjadi pribadi yang lebih baik daripada hari kemarin. Insya Allah.

Kebetulan banget nih, kemarin ada sebuah berita yang cukup menghebohkan. Yaitu kisah anak SMA di Medan, Sumatra Utara yang ditilang oleh polisi karena melakukan konvoi setelah mereka selesai mengikuti ujian SMA.

Dengan rambut yang sudah berubah warna karena terkena pilox dan kemeja putih seragam SMA yang sudah penuh dengan corat-coret, 7 orang anak yang ada dalam 1 buah mobil dihentikan oleh polisi. Lalu apa yang terjadi?

Anak SMA itu langsung tidak bisa menerima dirinya dituduh berbuat salah. Dia marah-marah pada Polwan dan Polantas yang menghentikan mobilnya. Tidak sampai disitu. Anak SMA ini juga langsung mengancam Polantas yang bertugas bahwa dia punya beking dan bekingan dia ini bisa membuat polantas yang bertugas diturunkan jabatannya.

Nah loh.
Mungkin, peristiwa ini bisa jadi contoh nyata dari tulisan tentang parenting yang aku tulis di postingan ini.

Untuk selengkapnya, bisa lihat potongan berita di bawah ini, dan video tentang perlawanan anak "yang mengaku sebagai anak pejabat" ini dalam membela dirinya.


sumber, copas dari media online http://www.gosumbar.com/artikel/nusantara/2016/04/07/ini-penampakan-siswi-sma-arogan-yang-ngaku-anak-jenderal-polisi-bentakbentak-dan-ancam-polwan#sthash.5vv8UYzi.dpbs




Seharusnya jika seseorang merasa sebagai anggota dari keluarga Kepolisian. Dia justru harus lebih taat dan lebih menghormati porfesi kepolisian lebih dari orang lain. (dirjenpol Jenderal Arman Dipari; anggota kepolisian yang dicatut namanya oleh seorang anak SMA yang kena tilang

20 komentar

  1. Sikap sonya depari ini seharusnya dijadikan cerminan ya mbak ade, dan contoh nyata bahwa sikap tanggung jawab dan sopan santun itu wajib sekali diterapkan pada anak sejak dini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wajib... ini adalah budaya timur yang harus dilestarikan... yang harus disingkirkan itu budaya nepotisme

      Hapus
  2. Aku baru liat videonya pas dibahas temen blogger lain, mba Ade. Ternyata di Medan Sonya ini memang masuk rumpun keluarga Karo, jadi ga salah juga dia manggil bapak ke nama jendral yang dia maksud. Meski bapak aslinya pasti malu banget ya. Hiks. Transfer nilai-nilai kebaikan memang butuh waktu bukan hanya di sekolah aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... dan itu tidak bisa dipelajari dari teori saja tapi juga harus dicontohkan

      Hapus
  3. Dan sikap sonya menjadi contoh buat saya sendiri sebagai orang tua, bisa mendidik dan mengawasi perilaku anak dengan baik di luar rumah. Mengajarkan dengan kebaikan dan menghindarkan mereka dari tontonan tidak bermutu. Karena sikap sonya seperti adegan disebuah sinetron mba Ade.

    BalasHapus
  4. Jangan ditiru sekalipun Anda anaknya presiden
    Salam hangat dari Jombang

    BalasHapus
  5. Jadi orangtua itu beraaat. Apalagi jaman sekarang yang pergaulan dan internet begitu bebas. Semoga kita dimampukan menjadi sebaik2 contoh bagi anak. Children see children do. Tfs Mba Ade :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin... anak adalah mencontoh perilaku orang dewasa di sekitarnya

      Hapus
  6. Miris liatnya, sebegitu parahkah nilai-nilai kesopanan yang mestinya dijunjung ketika menghadapi orang yang lebih tua. Pelajaran juga buat orangtua agar selalu mengajari anak2 berperilaku andap asor (sopan santun) pada orang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... dan sekaligus juga tidak membiasakan budaya nepotisme

      Hapus
  7. Luar biasaaaa ngaconya ya. Sedih kalau melihat anak seumur itu saja sudah sibuk menjual nama orang.. Terlepas itu orang tua atau siapa pun. Hal-hal seperti ini yang mustinya dihindari..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya.. tapi ini memang salah satu mental yang harus diperbaiki oleh rakyat indonesia: mental nepotisme

      Hapus
  8. Saya mlh jadi kasian mbak.
    Gara2 ulahnya, bapak kandungnya kena jantung trus meninggal.
    Dia sudah menerima ganjaran dari kesombongannya dari Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya... aku jadi jatuh kasihan karena akhirnya orang tuanya, yaitu bapaknya meninggal beberapa hari setelah anaknya ramai dibicarakan di media sosial dan masuk televisi nasional. Arman dipari sendiri akhirnya minta maaf karena ternyata benar ya dia keponakannya. Jadi minta maaf karena perilaku keponakannya ini

      Hapus
  9. Dari kejadian ini, berdoa semog saya bisa jadi orangtua yang amanah, aamiin

    BalasHapus