[Lifestyle] Pernah gak suatu hari kalian membenci sesuatu dan
mengajukuan protes? Aku pernah.
Pernah gak suatu hari kalian membenci sesuatu dan
ingin menjauhinya saja sejauh mungkin? Aku pernah.
Aku pernah membenci orang-orang
Indonesia. Persoalannya sepele saja, karena aku rajin mengikuti berita di media
cetak dan televisi yang terus-menerus mengangkat sisi negatif dari rakyat di
negara kita ini. Bapak yang memperkosa anak kandungnya sendiri, ustad yang
mencabuli anak didiknya, ibu yang membunuh anak kandungnya, nenek-nenek yang
sudah tua diperkosa secara brutal oleh gerombolan pemuda pengangguran, penipuan
disana sini, kejahatan disana sini, pertengkaran dimana-mana, perkelahian yang
terjadi di banyak tempat, perseteruan yang menjadi hal yang amat biasa terjadi,
WUAAA.... semua bertumpuk,
menggumpal dan akhirnya:
"Mas. Aku kok takut ya tinggal di Indonesia.
Ngeri-ngeri banget. Ini tinggal nunggu saatnya saja, Allah akan menjatuhkan
hukuman bagi negeri ini." (akhirnya aku curhat ke suamiku. Mendengar
curhatku, suamiku hanya tersenyum manis dan memelukku erat-erat, mencoba untuk
menguatkan, juga menghangatkan. Tapi, kegelisahan di hatiku tidak berkurang).
"Kita pindah saja yuk mas. Kamu kan juga pernah
ditawari mengajar ke luar tuh. Yuk, pindah yuk.
Jauh-jauh dari negeri ini." (Suamiku akhirnya memutuskan untuk
bicara dengan lembut padaku. Aku ingat sekali kalimat demi kalimatnya ini,
hingga detik ini).
"Pindah itu gampang De. Tapi, jika semua orang
pergi menjauh dan membiarkan negeri ini hancur perlahan-lahan, lalu... apa yang
mau diceritakan ke generasi mendatang yang sudah menerima tinggal kehancuran
saja? Coba deh kita pikirkan baik-baik. Kenapa kita ditakdirkan untuk lahir di
Indonesia? Kenapa kita ditakdirkan untuk dapat kemudahan bersekolah,
mendapatkan ilmu, dan melakukan banyak hal? Jangan-jangan, itu karena rencana
takdir selanjutnya yang harus kita jalankan. Yaitu, agar kita bisa ikut
memperbaiki dan membantu mereka yang kekurangan. Iya gak sih? Karena kemudahan
itu turun untuk mengimbangi kesulitan. Kesulitan tidak pernah hadir tanpa
diiringi oleh kemudahan dan kemudahan."
Inilah awal pertama suamiku mulai giat mendirikan
Kajian Pemberdayaan Anak, Keluarga dan Komunitas. Titik pemikirannya adalah:
- bahwa dengan pendidikanlah, seorang anak bisa
membantu dirinya sendiri dan keluarganya kelak untuk saling membantu
kemandirian mereka kelak.
- bahwa dengan keluarga yang kuatlah maka keluarga itu
bisa menjauhkan diri mereka dari terperosok ke lubang keterpurukan dan bahaya
lain.
- bahwa dengan komunitas yang saling membantu dan
mendukung satu sama lainlah akan tercipta masyarakat yang sehat dan kuat dan
pada akhirnya... aman dan damai.
Bukan hal yang mudah memang untuk dilakukan. Tapi,
karena kami menyadarinya sebagai bagian dari takdir untuk mengenyam kebaikan
dan menghindari keburukan yang meluas, maka kami melakukannya dengan ikhlas dan
senang hati. Dan asal tahu saja, ternyata kami tidak sendiri dalam hal ini.
Ternyata, ada banyak sekali sosok-sosok orang Indonesia
yang terus berusaha melawan arus untuk melakukan perbaikan di negeri kita ini. Dan
di antara mereka, hadir tokoh-tokoh
perempuan yang menonjol dan berjibaku melawan arus "mainstream":
menolak untuk berdiam diri melihat pelemahan dan kebuntuan penentuan masa depan.
Mereka adalah perempuan-perempuan emas
dalam balutan baju nasionalisme merah putih yang cantik. Mereka tergerak
untuk tidak duduk diam dalam kenyamanan sementara lingkungannya hancur
perlahan. Mereka juga menolak untuk perlahan terpuruk karena kenyataan takdir
yang tidak bisa dipilih dan memilih untuk menangisi nasib. Mereka bergerak.
Maju, dan merangkul orang lain agar bisa maju bersama-sama juga. Subhanallah,
Alhamdulillah. Jujur nih, aku ikut bangga dan terharu melihat apa yang mereka
lakukan. Itu sebabnya di tanggal 8 Maret yang diperingati sebagai hari
Perempuan, Indosat merayakannya dengan kegiatan Srikandi Merah Putih.
Indosat
Srikandi Merah Putih adalah salah satu kegiatan untuk memberikan penghargaan
kepada para perempuan yang dapat dijadikan panutan dan cerminan, serta menjadi
sosok yang menginspirasi kehidupan perempuan di zaman modern ini. Program ini
berlangsung mulai 8
Maret hingga 14 April 2014.
Ikutan yuk program ini. Caranya yaitu dengan mengirimkan dan menominasikan 1 Srikandi Negeriku
yang ada di sekitar Anda yang dianggap menginspirasi kaum Indonesia, melalui www.indosat.com/srikandimerahputih. Kalian juga dapat memilih Srikandi Cerminanku dari 21
Srikandi yang telah ditentukan oleh Indosat. Ini dia mereka:
Ada Angkie Yudistia (27 tahun) yang percaya diri untuk
maju memberdayakan dirinya meski dia menyandang tuna rungu (kalian pasti tidak
akan menyadari difablenya ini jika melihat deret prestasinya. Dan dia berhasil
mendirikan Thisable
Enterprise yang memberdayakan kalangan difable
agar bisa terus mandiri dan berkarya).
Hal serupa, juga dilakukan oleh Irma
Suryati (menderita lumpuh akibat polio sejak usia 4 tahun). Bersama suaminya,
dia mendirikan wirausaha dengan merekrut pada difable dan masyarakat
sekitarnya. Omset wirausahanya kini sudah milyaran setiap bulannya. Luar biasa
sekali. Melihat mereka, kita harus
menepis jauh-jauh anggapan bahwa kesempatan berusaha itu hanya dimiliki oleh mereka
yang sehat dan sempurna saja. Mereka nyata menjadi inspirator bahwa yang
dibutuhkan oleh seseorang (baca: siapa saja dan dalam kondisi apa saja) untuk
maju hanya satu: kemauan dan semangat yang tidak mengenal putus asa.
Dan aku juga amat terharu membaca
sepak terjang seorang Anggun Pesona I.P, Ade Pujiati dan Butet Manurung. Mereka adalah
perempuan perkasa yang mendirikan sekolah bagi kalangan yang tidak mampu.
Bahkan, Butet Manurung, mengabdikan
dirinya di pedalaman Sumatra Selatan, yaitu tepatnya di tengah suku Anak Dalam.
Butet berjibaku melakukan penyesuaian dan berusaha mematahkan anggapan yang
beredar di kalangan suku Anak Dalam bahwa pendidikan itu sesuatu yang tidak
penting.
Ade Pujiati, lain lagi ceritanya. Dia
harus merelakan halaman teras rumah
orang tuanya di Perdatam untuk dijadikan
ruang untuk sekolah SMP Ibu Pertiwi.
Anak-anak dari kalangan tidak mampu ditampungnya disana dan sekolah pun
berdiri. Tidak ada pungutan bayaran disana. Justru, anak-anak itu malah diberi
pendidikan yang sesuai dengan kurikulum sekolah normal dan sekaligus diberi
pelatihan dan buku-buku pelajaran gratis.
Semua berawal
dari rasa kecewa Ade Pujiati terhadap kebijakan
sekolah yang diusung pemerintah negeri ini, hingga Ade
memulai niat mulianya tersebut. Sekolah negeri yang menjanjikan pendidikan gratis,
dirasa Ade masih belum menjalankan tujuannya. Masih ada saja pungutan ‘liar’
yang harus dibayarkan oleh para murid di setiap sekolah negeri. Buku pelajaran
yang seharusnya dipinjamkan oleh sekolah, justru dijual kepada para siswa. Ade Pujiati akhirnya bertekad untuk
mendirikan sekolah SMP gratis. Tindakan
pertama yang dilakukannya untuk mengumpulkan para murid kurang mampu untuk
bergabung di sekolah gratisnya. Ade rela berjalan kaki menyusuri beberapa
kampung di kitaran Jakarta Selatan. Menempel pamflet dan pengumuman tertulis
jadi andalannya kala itu. Tak sedikit yang meragukan niatan Ade. Meski begitu
Ade tetap mendirikan sekolah gratis tersebut. 24 orang murid pertamanya yang
berasal dari keluarga kurang mampu, jadi saksi berlangsungnya sekolah gratis
milik Ade.
Hal yang sama dilakukan oleh Anggun
Pesona I.P yang mendirikan Terminal Hujan di wilayah Bogor. Ini adalah sekolah
yang didirikan untuk mengantisipasi agar anak-anak yang tidak mampu bersekolah
di sekolah formal turun ke jalan dan menjadi anak jalanan. Sejak awal Anggun
memang sudah bercita-cita untuk mengabdikan dirinya pada pelayanan kemanusiaan.
Itu sebabnya sebelum mendirikan komunitas Terminal Hujan, Anggun bahkan
mendaftarkan diri sebagai tenaga pengajar yang tidak digaji alias pengajar
sukarela di sekolah Ibu Pertiwi. Dan ketika Anggun akhirnya kembali ke daerah
tempat tinggalnya di Bogor, Anggun segera tergerak untuk melakukan hal yang
sama, yaitu berusaha menyediakan pendidikan gratis untuk kalangan tidak mampu
di sekitar daerah tempat tinggalnya di Bogor.
Ya, baik Ade Pujiati, Anggun Pesona
I.P maupun Butet Manurung percaya, bahwa
pendidikan adalah awal dari kebangkitan seseorang untuk meraih masa depan yang
lebih baik.
Ugh. Mereka sungguh.... para
perempuan luar biasa. Dan masih banyak lagi perempuan luar biasa yang menjadi
nominasi Srikandi Merah Putih. Ada Tatiek Kancaniati, Niluh Putu Ari Pertami,
yang berusaha mendirikan wirausaha yang berdampak pada pemberdayaan masyarakat
sekitarnya dan menciptakan lapangan pekerjaan
bagi banyak orang. Atau Risa Suseanti, Sri Jaldiah Annoer dan Alexa
Asmasubrata yang menjalani profesi yang selama ini dikenal bukan wilayah yang dimiliki
oleh perempuan. Atau Neneng Sie Ferrier, Hasna Tsania Rananti dan Nancy Go,
yang mematahkan anggapan bahwa menembus prestasi di kancah internasional itu
sulit bagi orang Indonesia. Atau... ah. Silahkan kalian lihat sendiri profil
para Srikandi Merah Putih itu di www.indosat.com/srikandimerahputih.
Menurut kalian, siapa Srikandi merah putih pilihan
kalian? Dan setelah membaca profil mereka, apakah kalian merasakan apa yang aku
rasakan: Bahwa aku bangga ditakdirkan lahir dan dibesarkan di
Indonesia. Aku cinta negeri ini. Dan seperti yang suamiku selalu bilang padaku,
"Siapa tahu rahasia Takdir kita menjadi Orang
Indonesia itu, agar kita punya kesempatan untuk melakukan kebaikan dan kebaikan
pada banyak kesempatan."
---------------------------
membaca tulisan mak ade jadi bikin terharuuu...jadi bangga jadi perempuan Indonesia hehehehe
BalasHapusiya.. aku juga senang ditakdirkan sebagai perempuan indonesia.
Hapusharus bangga ya mbak jadi perempuan indonesia
BalasHapussuka lihat Butet Manurung :)
BalasHapusKagum dengan perempuan Indonesia yang berprestasi, Tanpa sadar Mereka menular kan Energi positif bagi perempuan lainnya..
BalasHapusMak.. aku jadi terharu banget lo membaanya...
BalasHapusdasarnya aku cengeng sih... kalau terharu sedikit saja pasti keluar deh air mata
Aku setuju dg suami Mak Ade... selama ini aku juga berpikiran begini "aku ada ditempatkan di suatu tempat, karena pasti Allah telah menyiapkan sesuatu yang bisa aku lakukan disana dan pasti keberadaanku di sana ada 'gunanya' untuk orang lain dan juga untukku"
Iya alhamdulillah. Setidaknya kita tahu untuk apa kita ditakdirkan lahir dan dibesarkan di Indonesia. Allah maha Baik ya
HapusBerasa terharu dan bangga banget, mbak :)
BalasHapusmakasih Esti
Hapusmbak Ade Anita kok ga masuk sih :)
BalasHapusenggak kenal semua hiks
BalasHapusmakasih infonya keren bangat!!!
BalasHapus