Awal
tahun 2013 ini, saya sekeluarga melakukan perjalanan wisata ke perkebunan teh
terbesar di salah satu wilayah persekutuan negeri Malaysia, yaitu di perkebunan
teh: BOH Plantation dan Bharat Plantation.
Keduanya berada di dataran tinggi yang jauh dari pusat kota, yaitu di
dataran tinggi Cameron Highland. Butuh waktu 4 jam perjalanan dengan
menggunakan bis dari Kuala Lumpur. Tapi,
meski jauh dan membuat tubuh terasa penat, kami sekeluarga luar biasa
alhamdulillah merasa puas. Rasanya semua rasa penat dan lelah karena harus
duduk di atas bis antar kota Kuala
Lumpur - Cameron Highland terbayarkan oleh paket wisata yang disediakan disana.
Cameron
Highland sendiri, meski menjadi salah
satu daerah tujuan wisata di Malaysia, pada kenyataannya, adalah sebuah kota kecil di wilayah Pahang. Ada
beberapa daerah distrik (distrik itu mungkin setingkat dengan kelur ahan di
Indonesia) di Cameron Highland. Dalan masing-masing daerah distrik tersebut
hanya dihuni oleh penduduk asli yang tidak terlalu banyak. Tapi meski
penduduknya tidak terlalu banyak
(jika dibandingkan dengan kota besar Kuala Lumpur atau Selangor), untuk
segi fasilitas umum, Pemerintah Malaysia
patut diacungi jempol. Pemerintah Malaysia amat memperhatikan seluruh wilayah
di negaranya. Perhatian yang diberikan pemerintah bisa dikatakan adil dan
proporsional di setiap wilayah dimana terdapat penduduk bermukim. Sekolah, taman, pasar, tranportasi, saluran
listrik, saluran telepon, internet, penyediaan air bersih, fasilitas kesehatan,
bahkan jalan raya, saluran air pembuangan di pinggir jalan dan trotoarnya,
semuanya diperhatikan . Dan hebatnya,
semua sama di setiap wilayah. Baik yang ada di tengah kota maupun yang ada di
daerah pinggiran. Atau yang ada di
daerah yang ramai penduduknya atau yang penduduknya jarang. Bahkan
yang di ada tengah ibu kota maupun yang ada di daerah perbatasan negara
di ujung negeri Malaysia, semuanya diperhatikan oleh pemerintah Malaysia. Jujur saja, saya amat
sangat berharap Pemerintah Indonesia bisa belajar dari Malaysia untuk soal perhatian pemerintah terhadap
kesejahteraan penduduknya ini.
Setibanya
kami di Cameron Highland (jadi bis yang membawa kami ini hanyalah bis antar
kota biasa, dimana setelah kami menurunkan kopor, mereka pun berlalu begitu
saja), di terminal bayangan (karena memang tidak ada bangunan terminalnya,
hanya sebuah titik kumpul biasa), beberapa calo menawarkan brosur aneka paket
wisata yang terdapat di Cameron Highland. Cara mereka menawarkan brosur paket
wisata tersebut lumayan sopan dan tidak terlalu mengganggu (dalam arti memaksa
dan terus menyodorkan dan mengikuti wisatawan). Jadi, kita bisa dengan santai
mengumpulkan dulu brosur-brosur tersebut untuk dipelajari terlebih dahulu.
Akhirnya beberapa paket wisata yang aman untuk dijalankan oleh kami sekeluarga
(saya punya anak usia 7 tahun kurang 3 minggu) kami ambil. Tentu dengan
pertimbangan paket wisata tersebut aman dan nyaman untuk dijalani oleh putri
bungsu kami tersebut.
Cameron
Highland adalah daerah tujuan wisata yang mengandalkan pada beberapa hal:
1.
Pemandangan cantik dataran tinggi dengan bukit yang meliuk-liuk, perkebunan teh
yang berwarna hijau terhampar, udara yang sejuk dan bersih, jauh dari polusi.
2.
Pemandangan bangunan sisa-sisa kejayaan Inggris ketika masih berkuasa di
Malaysia tempo dulu. Masih amat banyak bangunan model tudor yang dipertahankan
di sana. Mulai dari hotel, rumah penduduk, villa, cafe atau restoran, hadir
dengan sentuhan bangunan perpaduan gaya Inggris tempo dulu, yang juga
dipengaruhi oleh masuknya budaya dari Thailand, India, China dan Melayu.
Hasilnya, ada beberapa bangunan yang terlihat begitu khas dan berbeda dengan
apa yang biasa terlihat wilayah lain.
4.
Keberadaan bunga bangkai (Rafflesia) dan tanaman langka yang terdapat di hutan lindung mereka yang
dieksplore untuk para turis. Juga keberadaan beberapa tanaman lain yang dikemas
secara menarik seperti: tanaman pemakan serangga kantong semar, atau
lumut-lumut yang terdapat menebal di hutan Moisy Forest mereka. Sungguh deh,
ini semua adalah hal-hal sederhana dan biasa banget sebenarnya, tapi cara
mereka mengemasnya sebagai sesuatu yang pantas untuk dijadikan kenangan tak
terlupakan itu yang luar biasa. Para wisatawan diajak naik mobil 4 wheel drive
(dengan iklan yang menuliskan bahwa ini adalah mobil asli sisa jaman penjajahan
tempo dulu). Dan supir yang merangkap Tour Guide piawai menjelaskan hal-hal
yang biasa menjadi luar biasa (hehehe).
5.
Keberadaan perkebunan teh yang dikemas menjadi tempat wisata yang berkesan.
Dari
beberapa hal di atas, saya merasa yakin bahwa Perkebunan Gula di PTPN yang
memiliki sejarah yang mirip dengan perkebunan teh BOH dan Bharat ini, bisa
diimplementasikan di daerah perkebunan gula milik PTPN X karena ada beberapa
potensi yang memang belum dikembangkan (baca: menanti penanganan untuk bisa
berkembang).
Berikut ini adalah beberapa hal
yang bisa dikembangkan dari apa yang dimiliki oleh Perkebunan Gula dan sejarah
Perkebunan Gula, dimana hal-hal berikut ini merupakan implementasi dari apa
yang saya lihat di daerah wisata perkebunan teh BOH dan BHARAT, Malaysia.
1.
Wisata sejarah perkebunan gula berupa napak tilas para petani tebu.
Dengan
menggunakan sepeda ontel yang merupakan sepeda model lama dan masuk barang
antik di perkotaan, wisatawan bisa diajak berkeliling perkebunan tebu, dan
melihat langsung proses pemotongan batang tebu, pengumpulannya menjadi himpunan
batang tebu yang siap angkut, hingga proses pengepakannya dalam karung-karung
untuk siap diangkut ke pabrik pengolahan gula. Ini, adalah hal sederhana yang
bisa menjadi menarik jika dikemas dengan baik. Baik disini dalam arti, ada
jalur sepeda yang aman dan nyaman untuk ditelusuri oleh para wisatawan, dan
lingkungan sekitar yang ramah terhadap wisatawan yang ingin melihat langsung
perkebunan tebu.
(gambar
diambil dari suara surabaya.net)
2.
Wisata ke pabrik pembuatan gula.
Saya
tertarik dengan truk pengangkut karung tebu yang berjejer di pinggir
perkebunan. Lalu menghayal, jika saja truk-truk dikemas dengan dinding tembus
pandang dan bangku-bangku yang bersih (mungkin lebih mirip truk tronton tapi
dengan menyingkirkan semua terpalnya dan menggantinya dengan atap dan dinding
tembus pandang), mungkin wisatawan bisa diajak untuk merasakan bagaimana
perjalanan sebatang tebu dimulai. Sejak dari batang tebu yang ditanam oleh para
petani, hingga dibawa ke pabrik, lalu pengolahan limbah tebu tersebut agar tidak
menjadi limbah yang mencemari lingkungan. Kelak, truk ini akan berakhir di
pabrik pembuatan gula. Keliling pabrik sejenak, lalu berhenti di sebuah
bangunan yang berisi miniatur mesin-mesin pembuatan gula. Sama seperti bangunan
yang terdapat di perkebunan BOH Plantation yang saya lihat di Malaysia di atas.
Disana, ada bangunan yang berisi miniatur pabrik pengolahan gula dengan kaca
tembus pandang sehingga para pengunjung bisa melihat langsung proses perjalanan
dari batang tebu menjadi butir gula. Ada segelintir pegawai pabrik yang seolah
bekerja.
3.
Wisata sejarah PTPN.
Masih
di tempat yang sama dengan bangunan di point nomor 2 di atas, di ujung mini, atur
pabrik PTPN X, didirikanlah sebuah koridor yang memajang aneka foto-foto
sejarah PTPN. Disajikan dengan sekelumit kisah mini yang ditulis dengan menarik
(saya lihat PTPN giat menggalakkan potensi menulis para pegawai dan
keluarganya; artinya ada SDM penulis yang bisa diberdayakan untuk mengisi
deorama sejarah di koridor tersebut). Mungkin, foto-foto dari
kunjungan wisata saya ke BOH Plantation ini bisa menjadi contohnya bagaimana
mereka mengemas sejarah menjadi sesuat yang menarik untuk dinikmati oleh semua
orang.
4. Terakhir, wisata kuliner yang mengakhiri perjalanan para wisatawan berkunjung ke pabrik
gula. Seperti halnya sebuah restoran yang dibangun di tepi lereng gunung dengan
pemandangan indah Perkebunan Teh, maka sebuah restoran dan tempat bermain
anak-anak bisa juga dibangun di ujung bangunan sejarah perjalanan perkebunan
PTPN X. Adapun menu makanannya, tentu saja segala menu yang menggunakan bahan
baku gula dan ini ada banyak sekali karena nyaris semua makanan menggunakan
gula di dalamnya (kecuali telur dan ikan asin tentunya.. hehehehe). Karena,
pemberian gula untuk mengimbangi garam, sama faedahnya dengan pemberian MSG
pada makananan. Perpaduan gula dan garam merupakan penyedap rasa alami yang
aman dikonsumsi oleh siapa saja.
Demikian imajinasi saya untuk mengembangkan potensi sejarah
wisata pabrik gula.
---------------------------------------------------------------------------
tulisan ini diikut sertakan dalam lomba anugerah jurnalistik Pengembangan Wisata Sejarah Pabrik Gula
tulisan ini diikut sertakan dalam lomba anugerah jurnalistik Pengembangan Wisata Sejarah Pabrik Gula
iih seru banget wisata ke kebun teh nya mba ade.kok di malysia ada bunga raflesia yah
BalasHapusIndonesia dan malaysia tuh miripppp... Jadi raflesia juga tumbuh di hutan lindung mereka..
HapusMupeng... sama wisatanya. Gutlak yah Mbak Ade untuk kontesnya ^_^
BalasHapusIya oci...aslinya lebih asyik...terutama hutan lumutnya...duh....suka banget
Hapussuka dengan tulisan ini. semoga imajinasi mba ade ini bisa terealisasi. good luck mba ^_^
BalasHapusAamiin.... Andai saja ada perhatian pemerintah untuk mengistimewakan hal2 sederhana yang dimiliki potensi daerahnya, Indonesia itu jauhhhh lebih indah dan lebih kaya dari negara tetangga
HapusKereeenn mbak adee, serasa berwisata bersamamuu...
BalasHapusAyooo...jalan2 lagi...aku suka jalan-jalan
Hapus