Kenapa ESQ -nya Ari Ginanjar dilarang di Malaysia? Aku dapat nih bunyi fatwanya

Pengantar dari ade anita:
Dalam satu kesempatan pertemuan antara xxx dan xxx, aku dan suamiku berkesempatan mengikuti sekelumit tentang pentingnya ESQ untuk remaja. Aku dan suamiku lalu mengikuti penjelasannya, tentu saja dengan gambaran seperti apa ESQ dan sekilas tentang ESQ itu sendiri. Ada sesuatu yang hm... apa ya namanya.. kurang pas di hati kami. Tapi belum bisa tercetuskan. Hanya saja, ESQ sepertinya mirip dengan Sosial Skill Training yang diadakan oleh Jurusan Kesejateraan Sosial, FISIP UI tiap tahun sejak lamaaaaaa sekali. Suamiku sampai berbisik bertanya padaku, "Mungkin nggak sih ESQ training itu itu mengadopsi SST di kita?" Jawabannya tentu saja Allahu'alam.

Tapi, ada beberapa point yang tampaknya membuat ESQ terasa tidak nyaman bagi kami. Yaitu, mereka gemar sekali mengambil ayat-ayat Al Quran untuk menjadi pembenaran dari apa yang ingin mereka bentuk dalam opini mereka terhadap sesuatu. Jadi, mungkin lebih mirip ceramah yang dilakukan oleh sebuah MLM yang menyampirkan agama tertentu untuk produk mereka karena semata keperluan bisnis (ummat Islam di Indonesia itu adalah pasar yang paling menggiurkan). Atau mirip dengan pengobatan yang menempelkan agama untuk mengklaim bahwa merekalah sistem pengobatan yang paling bisa dipercaya. Sekali lagi, saya lebih melihatnya sebagai strategi bisnis mereka semata, bukan karena agamanya. Ah, pedagang memang paling bisa.

Lalu, saya mendengar tentang (akhirnya) Majelis Ulama di Malaysia melarang ESQ. Entah mengapa saya bersyukur dengan fatwa tersebut. Tapi pasti ada yang berbeda pendapat dengan saya kan. Jadi, ketika saya bertemu artikel berikut ini, saya langsung meng-copasnya. Siapa saja boleh berbeda pendapat, tapi jangan pernah berbeda semata karena alasan benci sesuatu atau cinta sesuatu. Karena hikmah dan pelajaran berharga bisa datang dari mana saja. Selamat membaca.
(ade anita)


bisnis agama

by Joni Ariadinata on Thursday, 13 January 2011 at 19:37


ESQ.... duh bisnis agama (copy paste dari akhmad muhaemin azzet, layak dibaca)

ESQ Merusak Aqidah dan Syari’at Islam 16 Juli 2010 7:40 am

Sebuah fatwa dari Mufti wilayah persekutuan Malaysia telah menimbulkan kehebohan di beberapa milis Islam Indonesia. Karena apa? Karena fatwa yang Mufti Malaysia sampaikan tersebut akan sangat berimplikasi dengan sebuah lembaga training sumber daya manusia yang ada di Indonesia yang bernama ESQ. Fatwa Mufti Malaysia yang ditandatangani oleh Mufti wilayah persekutuan Malaysia, Datuk Hj. Wan Zahidi bin Wan Teh tanggal 10 Juni 2010, dan dirilis dalam situs resmi pemerintah Malaysia www.muftiwp.gov.my Rabu (7/7/2010). Oleh Mufti Malaysia, ESQ dianggap ajaran yang dapat merusak akidah serta syariah Islam. Bagi mufti Malaysia ajaran yang dipopulerkan oleh Ary Ginanjar ini adalah ajaran sesat dan harus dihindari. Melalui kajian, akhirnya mereka memutuskan bahwa ajaran ESQ yang mengusung ide 7 Budi Utama dan bercita-cita akan menuju Indonesia Emas pada tahun 2020 ini, difatwakan sesat berdasarkan sebuah fatwa tertanggal 10 Juni 2010 Dalam fatwanya Mufti wilayah persekutuan Malaysia menjelaskan alasan kesesatan ESQ Ary Ginanjar, berikut fatwanya:
(a) Ajaran, pegangan dan fahaman yang dibawa oleh ESQ Leadership Training anjuran Ary Ginanjar Agustian dan apa‑apa ajaran yang seumpama dengannya adalah menyeleweng daripada ajaran Islam kerana mengandungi ajaran‑ajaran yang boleh merosakkan akidah dan syariah Islam. Ciri‑ciri penyelewengan tersebut adalah seperti yang berikut:
(i) mendukung fahaman liberalisme iaitu memahami atau mentafsir nas‑nas agama (Al-Quran dan as‑Sunnah) secara bebas, dan fahaman pluralisme‑agama iaitu fahaman yang mengajarkan semua agama adalah sama dan benar. Kedua‑dua fahaman ini adalah sesat dan boleh membawa kepada kekufuran.
(ii) mendakwa bahawa para Nabi mencapai kebenaran melalui pengalaman dan pencarian. Ini bercanggah dengan akidah Islam tentang Nabi dan Rasul. Menurut akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah, kenabian dan kerasulan adalah pilihan Allah SWT semata‑mata (Al-Isthifaiyyah), dan bukan sesuatu yang boleh diusahakan (Al-Kasbiyyah),
(iii) mencampuradukkan ajaran kerohanian bukan Islam dengan ajaran Islam. “SQ” adalah hasil penemuan seorang Yahudi, Danah Zohar, manakala “God Spot” adalah hasil kajian seorang Hindu VS Ramachandran. Kedua‑dua penemuan ini disahkan dengan ayat Al-Quran (Qs AI‑Hajj ayat 46).
(iv) menekankan konsep “suara hati” atau “conscience” sebagai sumber rujukan utama dalam menentukan baik dan buruk sesuatu perbuatan. Konsep suara hati adalah ajaran paling suci dalam agama Kristian. The Oxford Dictionary of World Religion menyebut: “In the main forms of Christianity, conscience is the absolutely inviolable and sacrosanct centre of the person as human as responsible for her or his decisions”. Konsep suara hati juga merupakan ajaran agama Hindu seperti yang dijelaskan oleh Swami Vivekananda: “The Atman is the Holy Ghost of the Biblical Trinity, and the purpose of all religions is to make men heard ‘the still small voice’ within them”. Menurut Imam Abu Al-Abbas, pendapat demikian adalah zindiq dan kufur.
(v) menjadikan logika sebagai sumber rujukan utama. Ini bertentangan dengan akidah Islam yang menetapkan bahawa Al-Quran dan as‑Sunnah sebagai sumber rujukan utama. (vi) Mengingkari mukjizat dan menganggapnya tidak dapat diterima oleh akal dan tidak sesuai dengan zaman sekarang yang serba logik. Mengingkari mukjizat adalah kufur dengan ijmak ulama kerana ia bermakna mengingkari nas‑nas Al-Quran dan Hadits Mutawatir yang mensabitkan mukjizat bagi para Nabi AS.
(vii) menggunakan Kod 19 rekaan Rasyad Khalifah untuk menafsir Al-Quran. Rasyad Khalifah mengaku dirinya sebagai rasul dan membawa agama baru yang dinamakan “submission.” Teori Kod 19 dianggap lebih tinggi daripada Al-Quran kerana mengikut teori ini, ayat‑ayat Al-Quran perlu dibuang atau ditambah bagi menyesuaikan dengan Kod 19. (viii) menyamakan bacaan Al-Fatihah sebanyak 17 kali sehari oleh orang Islam dengan amalan Bushido oleh orang Jepun yang berteraskan ajaran Buddha.
(ix) mendakwa bahawa kekuatan luar biasa seperti mukjizat boleh berlaku melalui rumus Zero Mind Process (ZMP). Dengan rumus ZMP ini, ESQ mengiaskan bahawa mukjizat Nabi Musa AS diselamatkan daripada Firaun boleh juga berlaku kepada orang lain seperti yang berlaku kepada juruterbang Kapten Abdul Razak. Kefahaman mukjizat seperti ini merupakan ajaran a.aama Hindu seperti yan.g diterangkan oleh Swami Vivekananda: ‘When Jesus healed, they called it a miracle”. What is a miracle? A supernatural even says the dictionary. “Applied Raja Yoga”, says the Yogi. “Just because you don’t understand it, you call it a miracle. We know what it’s about. It’s natural to its”.
(x) menafsirkan makna kalimat syahadat dengan “triple one”. Ini adalah tafsiran bid’ah dan sesat. Dalam konteks akidah, “triple one” digunakan oleh Kristian untuk menghuraikan Konsep Trinity. Buku “Christianity For Dummies”, ketika menguraikan konsep ini menyatakan: “The Trinity: How 1 + 1 + 1 Equals 1. Christianity says that God is Trinity ‑ one God expressed in three beings. The term trinity means: “three‑oneness.” (b) Mana‑mana orang hendaklah menjauhi ajaran, pegangan dan fahaman sebagaimana yang. dinyatakan dalam perenggan (a). Bertarikh 10 Jan 2010[PMWP/100/20 Klt. 2; PN(PU2)530/VI] Datuk Hj. Wan Zahidi bin Wan TehMufti Wilayah‑Wilayah Persekutuan

Namun ternyata penyimpangan ESQ Model Ary Ginanjar ini tak hanya menjadi perhatian ulama dari negera tetangga tersebut. Permasalahan ini tak luput dari perhatian H. Amin Djamaluddin, Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini memang telah menjadi rujukan informasi berbagai aliran dan paham sesat di Indonesia. Hampir setiap aliran sesat yang merebak di nusantara, Aminlah yang menjadi saksi ketika kasusnya disidang di pengadilan. Kamis malam (8/7/2010) di kantor Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) kawasan Tambak, Jakarta Pusat, pakar dan pemerhati aliran sesat ini bicara blak-blakan tentang ESQ. Dengan bahasa yang gamblang, tanpa tedeng aling-aling, Pak Amin yang juga pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Pusat ini menyatakan penyimpangan ajaran ESQ Ary Ginanjar dalam buku resmi ESQ (Lihat ulasan lengkapnya di Amin Djamaluddin: Ajaran ESQ Ary Ginanjar Tentang Asma Allah Jelas Menyimpang )

Pada kesempatan lain seperti yang dilansir www.nahimunkar.com dalam sebuah sesi diskusi dalam sebuah acara dari salah satu radio di Bekasi, seorang ustadz yang mengisi acara tersebut diminta tanggapannya tentang training ESQ. Dengan sangat mengejutkan sang ustadz tersebut membeberkan kesesatan ESQ menurut yang ia pahami dan poin-poin yang ia anggap sesat itu agak mirip dengan apa yang difatwakan oleh mufti Malaysia ini, beberapa diantaranya dapat disebutkankan dibawah ini :

1. Setiap suasana emosi dan ektasi, dzikir dan doa selalu diiringi dengan lantunan musik lembut, dengan maksud agar bisa mencapai pada titik alpha, tutur Ary. Bahkan dentuman suara musik yang selalu mengawali acara training pun sampai membuat jantung terasa sakit, sehingga tidak mungkin acara-acara seperti ini diselenggarakan di masjid-masjid. Ia memang pantas kalau diselenggarakan di hotel-hotel? Cara-cara seperti ini merupakan kebiasaan dan sunnah kaum Nasrani yang kita dilarang oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengikutinya.

2. Bershalawat sambil nyanyi pun dilakukan, bahkan Haddad Alawi yang berfaham Syi’ah yang sangat anti bershalawat kepada para shahabat Nabi menjadi bintang tamu. Dalam shalawatnya Alwi tidak pernah menyebut para shahabat Nabi. Shalawat kepada nabi Shallallahu alaihi wasallam itu artinya memohon kepada Allah, berdoa kepada- Nya agar rahmat, kedudukan yang mulia di sisi- Nya dianugerahkan kepada Nabi Muhammad, Shallallahu alaihi wasallam. Oleh karena shalawat adalah doa, maka doa harus dilakukan sebagai mana doa lainnya, bukan dengan bernyanyi…..! Para sahabat Nabi Shallallahu alaihi wasallam, para tabi‘in dan para pemuka imam Mazhab yang empat yang sudah tidak diragukan kecintaan mereka kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam tidak pernah bershalawat dengan cara bernyanyi.

3. Nuansa sufistik pun sangat kental dalam training ESQ ini, zikir Lâ ilâha illalloh bersama sambil geleng-geleng kepala dengan suara nyaring pun dilakukan dan dipimpin oleh Ary sendiri. Tafsir batiniy terhadap rukun iman dan rukun Islam pun sangat kental, terutama dalam menafsirkan surat al-Fatihah dan ritual haji, sebagaimana akan disebutkan di bawah. Tafsir sufi (batiniy, isyaariy) terhadap surat Al-Fatihah pun terjadi, seperti ihdinas shirâthal mustaqîm (Ihdinâs dengan H besar, yang harus dibunyikan dari dalam perut diartikan “menunjukkan kesungguhan dalam beraksi” dan ayat-ayat sebelum dan sesudahnya diartikan secara paksa agar sesuai dengan jiwa managemen perusahaan.

4. Demikian pula tafsir terhadap ritual haji. Bahkan tiga hari pertama dari training terkesan diartikan sebagai prosesi wuquf, yang dalam ESQ training berwujud ZMP, sedangkan hari keempat sebagai prosesi thawaf dan sa‘i. Thawaf dan Sa‘i diartikan sebagai simbol kerja keras (total action). Yang lebih nyeleneh lagi adalah pada hari keempat ada simulasi sa‘i dan thawaf yang tidak hanya sekedar simulasi, melainkan benar-benar harus dirasakan seperti melontar jumroh, sa‘i dan thawaf di Ka‘bah yang harus dilakukan dengan ikhlas dan dengan niat yang sebenarnya . Melontar diartikan membuang sifat-sifat buruk yang ada pada diri, dan yang dilempari pun adalah gambar makhluk yang menyeramkan (setan) yang telah disediakan panitia, berikut batu kerikil imitasinya. Sa‘i dan thawaf diartikan sebagai simbol kerja keras (total action). Seusai Sa’i di tempat training, maka peserta harus melakukan thawaf di tempat yang sama dengan mengelilingi Ka‘bah buatan. Ini benar-benar ajaran sufi yang menyimpang. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam tidak pernah mengajarkan hal-hal seperti itu kepada para shahabatnya. Bahkan, Umar bin Khatthab, Radhiyallahu anhu (yang selalu mendapat ilham) pada saat melaksanakan ibadah haji di masa ke-Khalifah-annya tidak pernah mempunyai pemahaman seperti itu. Malah saat beliau akan mengecup Hajar Aswad beliau berkata: Hai Hajar Aswad, aku tahu bahwa kamu tidak bisa memberi manfaat dan tidak pula dapat mendatangkan madharat. Kalau saja bukan karena aku telah melihat Rasulullah mengecupmu niscaya aku tidak akan mengecupmu.

5. Bagi Ary, sumber utama kebenaran adalah suara hati. Kebenaran ‘Suara hati’ bagi Ary di atas kebenaran al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Berikut ungkapnya: “Pergunakanlah suara hati anda yang terdalam sebagai sumber kebenaran, …..” Lebih lanjut ia mengatakan: “…., dan ayat-ayat Al Qur’an sebagai dasar berpijak (legitimasi). Dan yang terpenting adalah legitimasi suara hati anda sendiri, sebagai nara sumber kebenaran sejati” (Lihat: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, hal. Liv). Suara hati dalam bahasa kaum sufi sering disebut dengan Dzauq (rasa hati) yang pada prinsipnya sama, yaitu sumber kebenaran sejati. Maka tidak heran kalau dari mulut mereka kita dengar ungkapan “haddatsanii robbii ‘an nafsii” (Tuhan ku menginformasikan kepada ku melalui jiwa ku). Juga ungkapan: “kalian belajar kepada orang yang sudah mati, sedangkan kami belajar langsung kepada Yang Maha Hidup”.

6. Keyakinan Ary yang lebih rancu dan sangat berbahaya lagi adalah ungkapannya bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dalam kepribadiannya sebagai Rasul yang sekaligus sebagai pemimpin abadi sangat mengandalkan logika dan suara hati. Berikut ungkapannya: “Itulah tanda bahwa Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam merupakan nabi penutup, atau yang terakhir, yang begitu mengandalkan logika dan suara hati,…….” (Lihat buku Rahasia Sukses …. ESQ, hal. 100). Padahal kita kaum muslimin meyakini bahwa Nabi Shallallahu alaihi wasallam selalu bersandar kepada wahyu ilahi yang diturunkan melalui Jibril. Wahyu ilahi bukan suara hati!

7. Bisakah Ary membedakan mana suara Tuhan dan mana suara syetan! Saya khawatir akan muncul Mirza Ghulam Ahmad abad 21 dan Lia Aminuddin baru lagi! Apa lagi Ary mulai dan sering mengutarakan hal-hal ganjil, seperti melihat cahaya yang ia yakini Allah, dan merasa ada hantaman angin di wajahnya sehabis memberikan materi trainingnya, yang ia yakini hembusan angin malaikat!

8. Misteri Graha 165. Adalah graha yang dirancang untuk pusat Training ESQ. Setelah uji kelayakan tanah, ternyata tanah ini serupa kwalitasnya dengan tanah di Mekkah, maka Graha ESQ merupakan satu- satunya bangunan pencakar langit di Ibu kota yang dibangun tidak menggunakan pondasi pancang. Hal ini dianggap sebagai ‘karomah’ bagi Ary dan ESQ-nya. Sample tanahnya pun dibuat cindera mata yang dipersembahkan kepada salah seorang tokoh di antar peserta training. Graha ini pun dalam rencananya dilengkapi dengan satu ruang samedi (pertapaan) khusus bagi para alumni ESQ yang terletak di paling puncak bangunan. Ia bukan mushalla dan bukan juga masjid. Sebab mushalla sudah di sediakan di lantai bawah. Hal ini diungkapkan oleh Ary sendiri pada saat mengenalkan program pembangunan Graha 165 guna mendapatkan dukungan dana dari para peserta. Dalam Islam tidak ada semedi atau pertapaan. Bahkan, apa yang pernah dilakukan Nabi Shallallahu alaihi wasallam di gua Hira’ sebelum diangkat menjadi Nabi, beliau tidak pernah menganjurkannya kepada umatnya dan tidak pernah pula dilakukan oleh seorang pun di antara shahabatnya. Islam hanya mengajarkan i‘tikaf yang hanya bisa dilakukan di masjid-masjid.

9. Ayat-ayat al-Qur’an sering diartikan tidak pada tempat atau maksud yang sesungguhnya, hal ini banyak terdapat di dalam buku monumentalnya. Seperti ayat Qs Al-Mu’minun, ayat 17, “Hari ini setiap orang mendapat balasan menurut usahanya. Hari ini tiada kezaliman. Allah sungguh cepat membuat perhitungan.” Ary jadikan ayat ini sebagai legitimasi terhadap hadiah yang diberikan kepada seorang karyawan berinisial “DS” oleh atasannya yang di luar dugaan sebelumnya, karena telah melakukan suatu pekerjaan tanpa mengharapkan sesuatu apapun. (Lihat kisahnya pada halaman 52 dari buku ESQ). Padahal ayat di atas berkenaan dengan pembalasan Allah di hari akhirat kelak, yaitu pada yaumul hisab.

10. Model ESQ yang dicetus oleh Ary nampaknya menganut faham pluralisme agama. Hal itu tampak dari ungkapan salah seorang Profesor UI yang menjadi salah satu petinggi ESQ dalam sambutannya pada acara penutupan training. Bahkan, Prof Dr Komaruddin Hidayat yang menganut faham pluralis pun digandeng dan ditetapkan sebagai salah satu anggota sidang redaksi Majalah Nebula-nya ESQ yang dipimpin oleh Ary. Padahal faham pluralisme agama sudah jelas difatwakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia tahun lalu (Lihat Fatwa Majelis Ulama Indonesia Tentang Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama), bahkan para ulama-ulama Islam sebelumnya menegaskan bahwa orang yang meyakini agama selain Islam benar adalah murtad.

11. Bagi para peserta yang selama ini belum pernah menangis karena takut kepada Allah, dan belum pernah merenungkan ayat-ayat al Qur’an dan ayat-ayat kauniyah, ESQ Training adalah segala-galanya. Bahkan akan berkesimpulan “ESQ Training” adalah jalan hidupnya. Dan bagi yang sudah pergi haji bersama group “ESQ Training” pun akan timbul rasa bahwa tidak sempurna bila tidak beribadah haji bersama group “ESQ Training”.

12. Dalam mengartikan al-Asma’ul Husna dan dalam upaya merefleksikannya di dalam dunia bisnis dan leadership banyak disalahartikan dan dipaksakan agar sesuai dengan keinginan Ary. Seperti nama “al-aakhir” diartikan Allah bersifat visioner, dan akhlaq yang harus diambil adalah manusia harus memiliki visi. Al-jaami’ yang berarti Maha Penghimpun, Ary merefleksikannya dalam arti keharusan “kerjasama”. Dan masih banyak lagi nama-nama Allah lainnya yang disalahartikan. Di dalam menanamkan asma’ul Husna ini Ary mengutip hadits palsu yang sering dipakai oleh kaum sufi untuk menanamkan ajarannya, yaitu: takhallquu biakhlaaqil-llah (berakhlaqlah dengan akhlaq-akhlaq Allah). Kalau al-hamiid apa direfleksikan kepada upaya keras agar kita menjadi orang terpuji seperti Dia, sehingga pujian mengarah kepada kita? Lalu kalau Allah adalah al-Khaliq, maka yang ditiru adalah sifat berkreasinya! Sehingga ketika memahami al-asma’ul husna terdapat pemahaman yang kontradiksi antara merefleksikan nama-nama Allah tersebut pada diri kita, sehingga kita berbuat (bersikap dan bertindak) seperti Allah (sebagai subject), dengan merefleksikannya pada diri kita sehingga kita menjadi object. Seperti pada al-jaami‘ dan al-Khaliq. Sebaiknya saudara Ary tidak memaksakan ayat, hadits atau pun nama Allah agar bisa sesuai dengan kehendak dirinya. Bacalah buku-buku para ulama berkenaan dengan masalah ini, lalu hayatilah!

13. Rukun iman juga mengalami tafsiran pemaksaan dari Ary, agar ESQ Training nya bisa dikatakan berdasarkan rukun iman (Mental Building). Untuk itu, rukun iman hanya dipahami dengan pemahaman-pemahaman yang bisa diarahkan menjadi sebagai prinsip-prinsip leadership, tidak komprehensif. Demikian pula rukun Islam yang diartikan sebagai landasan ketangguhan pribadi. Syahadat rasul terkesan hanya shalawat nya sebagai bukti cinta kepada Rasul, bukan bagaimana menjadikan sunnahnya sebagai pegangan dan pedoman. Yang diambil hanya yang berkaitan dengan keleadershipannya saja.

14. Hadits-hadits palsu yang biasa menjadi rujukan kaum sufi pun dijadikan sandaran ESQ Model-nya Ary, baik dalam buku yang pertama maupun dalam buku yang kedua. Sebut saja misalnya hadits palsu: Apabila engkau mengenal siapa dirimu, maka engkau mengenal siapa tuhannya, yang dalam terjemah letterlijknya sebagai berikut: Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia telah mengenal tuhannya. Hadits palsu ini telah menyeret kepada faham manunggaling kawulo gusti (ittihaad, menyatu dengan Tuhan) dalam kalangan kaum sufi, dan ini pun terjadi dalam faham Ary. Setelah ia mengutip tulisan Ali Syari‘ati yang mengandung faham ittihad, Ary kemudian menyempurnakannya dengan apa yang ia sebut “untaian kata mutiara Syamsi Thabriz” yang berbunyi sebagai berikut: “Ka‘bah adalah pusat dunia. Semua wajah menghadap ke Ka‘bah. Tengoklah. Lihat! Setiap orang menyembah jiwa masing-masing”. Faham sesat inilah yang dianut oleh al-Hallaj dan Syeikh Siti Jenar, yang aromanya sangat kental di dalam ESQ Model-nya Ary.

15. Begitu pula atsar-atsar (ucapan shahabat nabi atau tabi‘in) palsu banyak dimuat dalam bukunya, seperti atsar, seperti atsar yang dinisbatkannya kepada Umar bin Khatthab, Radhiyallahu anhu berikut: Hatiku telah melihat Tuhanku karena hijab (tirai) telah terangkat oleh taqwa. Barangsiapa yang telah terangkat hijab (tirai) antara dirinya dengan Allah, maka jadi jelaslah di dalam hatinya akan gambaran kerajaan bumi dan kerajaan langit”. (Lihat Buku Saku ESQ). Dalam kutipan-kutipan seperti ini Ary sama sekali tidak bersandar kepada rujukan-rujukan primer, melainkan mengekor kepada tokoh-tokoh sufi/tasawuf dan orang-orang yang tidak jelas keislamannya. (Baca Perbedaan Pokok Antara Islam Dan Tasawuf) Masih banyak lagi catatan-catatan yang seharusnya dituangkan di sini untuk dijadikan bahan kajian dan kritikan yang membangun – bukan untuk menyudutkan maupun mencemarkan nama baik Ary Ginanjar – kenapa seorang Ary yang bahkan bukan seorang pakar dalam ilmu agama melainkan seorang pebisnis begitu berani berbicara dan membuat tafsir tersendiri dalam hal-hal yang sangat prinsip dalam agama? Buku “Rahasia Sukses…… ESQ” karya Ary yang diberi pengantar oleh sejumlah tokoh itu banyak memuat kejanggalan dan hadits-hadits palsu, menempatkan ayat-ayat al-Qur’an bukan pada tempatnya, harus dikaji ulang dan dikritisi secara objektif, sebagai wujud tawaashaw bil haqq. Sebaiknya, setiap para alumni Training ESQ Model-nya Ary jangan menutup diri untuk belajar Islam lebih jauh, dan jangan mengultuskan ESQ Model-nya Ary. Anda hendaknya tahu dan menyadari bahwa kelezatan spiritual yang anda rasakan dalam training ESQ itu sama sekali tidak menunjukkan kebenaran ESQ Model, sebab hal seperti bisa anda temukan di semua kelompok faham, bahkan di semua agama dan berbagai aliran kepercayaan! Nabi Muhammad, Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya telah menghayati sedalam-dalamnya ajaran Islam, sampai pada tingkat ihsan yang paling tinggi, maka bercerminlah kepada mereka, dan cermin itu ada di dalam sunnah Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

Berbagai sumber

Tidak ada komentar