nikmat Allah yang turun dari Langit

ketemu blog lamaku yang aku dah lupa passwordnya.. hehehe.... aku pindahin aja deh kesini.. biar kumpul dengan tulisanku yang lain.

THURSDAY, AUGUST 28, 2003 (dari blog Hello Myselfnya ade anita)
nikmat Allah yang turun dari Langit
Tanggal 27 Agustus 2003, smsku berbunyi tanda ada sebuah pesan yang masuk.
“AssalamuÂ’alaikum wr wb mbak Ade. Apa Kabar? Sudah lihat planet Mars? Alhamdulillah aku melihatnya di teras belakang rumah. Subhanallah gede dibanding bintang yang lain.”

Stop. Pesannya singkat tapi cukup membangkitkan rasa ingin tahu keluargaku karena pesan itu aku sampaikan pada suami dan anak-anakku. Sayangnya, saat itu aku masih terbaring sakit. Meski begitu, suami dan anak-anakku bersiap di sore menjelang petang untuk melihat peristiwa itu.

Kala itu Planet Mars memang sedang menuju ke titik terdekat dengan bumi, pada jarak yang tidak pernah terjadi selama hampir 60.000 tahun. Jarak yang terdekat akan dicapai pada tanggal 27 Agustus pada pukul 09.51 GMT saat mars berada di posisi 55,76 juta km dari bumi.Waw, subhanallah. Aku baru saja kehilangan kesempatan langka. Usia manusia itu, jika saja mengikuti usia Rasul saw, mungkin hanya sampai 65 tahun. Tapi ibuku yang baru saja meninggal beberapa bulan lalu, meninggal pada usia 58 tahun, belum lagi tetanggaku yang meninggal di usia yang tidak begitu jauh dari usiaku. Artinya, jika kehilangan kesempatan untuk dapat melihat penampakan dari Planet Mars dengan mata telanjang saat ini, aku harus menunggu hingga 60.000 tahun.

Hik..hikÂ… tidak mungkiiiinnn.

Tapi untung tak bisa diraih dan malang tak dapat ditolak. Itulah takdir yang sudah ditentukan Allah pada keluargaku. Aku terbaring sakit di tempat tidur dan kehilangan episode mengagumkan dari penampakan Planet Mars tersebut. Sedangkan suami dan anak-anakku, hmm. Ada kendalanya tersendiri. Belakang rumahku terhalang oleh tumpukan atap rumah-rumah penduduk yang padat sebagaimana halnya yang menjadi ciri khas rumah penduduk masyarakat perkotaan di Kota Metropolitan Jakarta. Dengan usaha dan sedikit harapan kami berlari ke halaman depan. Tapi langit tertutup awan mendung. Warna kelam kelabu menyelubungi langit di sekitar rumahku. Jadi, jangankan planet Mars, sepotong bintangpun tak tampak.Alhamdulillah. Itulah nikmat Allah. Pada akhirnya kami sekeluarga menyadari bahwa nikmat Allah itu sungguh tersebar di segala penjuru sudut bumi dan sekelilingnya. Keberadaannya memberi warna tersendiri pada diri manusia. Ada semangat yang terkobarkan karenanya, ada kesenangan yang tumbuh di dalam hati dan ada kepuasan dalam diri atas apa yang telah berhasil digenggamnya.

Tapi, manusia tetap memiliki keterbatasan yang bersifat di luar kendalinya. Ada yang berhasil meraih sesuatu dengan mudah. Itu artinya Allah sudah memberikan kesempatan padanya untuk dapat meraih nikmat tersebut. Tapi ada juga yang memerlukan usaha untuk dapat meraihnya. Dan ketika semua usaha sudah dilakukan, tapi kesempatan untuk memilikinya tidak juga dapat diraih, itulah takdir dan takdir itu adalah nikmat tersendiri. Kenikmatan itu adalah rasa syukur karena tersadarkan bahwa kita punya keterbatasan dan Allah Maha Berkuasa atas segalanya. Membangkitkan kesadaran bahwa sesungguhnya kitalah yang membutuhkan (selalu) pertolongan dan perlindungan dari Allah SWT. Beserta kesulitan ada kemudahan.

Setelah malam berlalu dengan mendungnya., di pagi hari hujan turun dari langit Jakarta. Tidak deras tapi berhasil menghapus debu-debu yang sudah menumpuk di atap-atap rumah dan mulai berkonspirasi dengan angin yang berhembus untuk menyebarkan penyakit. Sudah ada beberapa orang yang meninggal akibat serangan diare. Krisis air bersih memang masih menyelubungi kota-kota di Indonesia akibat kemarau tahun ini. Mungkin karena itulah kebersihan jajanan pasar mulai menyebarkan penyakit. Mungkin karena berpikir ingin menghemat air bersih, banyak pedagang yang meminimalisir penggunaan air bersih dalam pengolahan makanan yang mereka jual pada konsumen. Aku sendiri melarang anggota keluargaku untuk jajan sembarangan di pinggir jalan setelah ada anak usia 3 tahun tetanggaku tak tertolongkan lagi setelah tiga hari terserang diare. Hujan yang turun pagi di awal september ini, memang bukan murni hujan betulan. Karena itu adalah hujan buatan. Kemampuan berpikir manusia berotak cerdas berhasil memanfaatkan awan kumulus yang tampak bergerombol di atas langit tapi hanya hilir mudik bimbang akibat dipermainkan angin yang menerbangkannya kesana kemari.

Hujan buatan adalah istilah gampang untuk tehnik modifikasi cuaca. Persepsi yang berkembang selama ini yang menganggap teknologi ini bisa digunakan kapan saja dibutuhkan adalah sebuah persepsi salah. Karena untuk menjalankan teknologi ini harus ada syarat pendukung utamanya, yaitu awan. Awannya pun bukan jenis sembarangan, tapi awan yang menyerupai kapas, atau yang biasa disebut awan kumulus. Tehnik modifikasi cuaca ini adalah melakukan “deal” dengan awan. Ada tiga tehnik modifikasi yang bisa digunakan. Pertama membantu membantu pertumbuhan awan dengan penyebaran garam murni. Kedua untuk menjatuhkan hujan dan ketiga untuk mencegah terjadinya banjir akibat hujan yang menumpuk hanya di satu daerah konsentrasi dengan cara membuyarkan awan. Untuk menjatuhkan air yang tertampung di dalam awan kumulus ini, maka disemailah tepung garam dapur (NaCL). Bahan ini dipilih karena amat cocok sebagai inti kondensasi, tempat uap air mengembun atau menjadi titik-titik air. Sedang untuk membuyarkan awan, bahan yang cocok adalah tepung kapur (CaO). Bahan ini dipilih karena sifatnya yang menyerap panas. Dengan sifat seperti ini, uap air akan dicegah menjadi air karena panas untuk berkondensasi akan diserap (Republika, 26 Agustus 2003).Berpikir. Itulah bekal yang diberikan Allah pada manusia. Satu-satunya hal yang membedakan manusia dengan hewan. Hewan bertahan hidup dengan mengandalkan pada nalurinya tapi manusia diberi kemampunan untuk berpikir. Itu sebabnya kerja keras dan belajar adalah ketentuan yang diperintahkan dalam Al Quran. Tak semua mukmin diperintahkan untuk maju ke medan perang guna berperang membela agama Allah tapi diperintahkan sebagiannya untuk tinggal guna belajar dan menggali ilmu.

Ilmu Allah Maha Luas sehingga jika laut menjadi tintanya dan hamparan langit menjadi kertas untuk menulisnya, maka hal itupun tidak akan sanggup untuk menulis semua ilmu yang Allah miliki. Dan itulah nikmat Allah yang diberikan pada semua manusia yang menyadarinya. Alhamdulillah.Nikmat Allah sungguh tersebar. Sekarang, ujian terbesar yang dihadapi manusia adalah, apakah manusia sanggup bersyukur atas segala nikmat tersebut ataukah malah mengingkarinya? Semoga kita semua dimasukkan Allah ke dalam golongan manusia yang pandai bersyukur. Aamiin.
posted by ade anita @ 11:53 AM

Tidak ada komentar