[Kesehatan] Masalah kesehatanku yang bahkan sejak aku masih duduk di bangku sekolah adalah, sering mengalami konstipasi. Alias sembelit.
Dulu, dalam sepekan (atau tujuh hari) itu, aku paling ke toilet buat buang air besar itu hanya 3 kali saja. Bahkan pernah ketika mudik ke dusun, selama 5 hari full aku tidak pernah ke toilet untuk BAB. Atau ketika liburan dan tidak cocok dengan toilet yang tersedia di lokasi liburan.
Sakit perut? Nggak juga sih. Biasa saja. Mungkin karena aku sudah merasakan kesulitan ini sejak masih sekolah jadi aku sudah tidak menganggap ini sebagai sebuah kesulitan. Sudah dianggap biasa saja.
Baru tersadar bahwa sebenarnya kebiasaan buruk ini salah ketika sudah menikah. Suami yang kaget, kok aku ke toiletnya bisa 3 atau 4 hari sekali saja. Kebetulan, suamiku dulu pernah punya teman kuliah yang terpaksa harus dioperasi karena tidak bisa BAB selama 14 hari.
"Ih, naudzubillah min dzaliik. Aku alhamdulillah nggak pernah selama itu sih. Paling lama juga 5 atau 6 hari."
"Itu tetap nggak normal, De. Yang normal itu tiap hari."
"Tapi, BAB itu kan sesuatu yang tidak bisa dipaksakan. Dia harus keluar dengan sendirinya. Makanya para ustad tuh selalu menganalogikan ikhlas dengan rasa ketika sedang BAB. Itu kan karena BAB sesuatu yang tidak bisa dipaksa, dan ketika sudah keluar ya sudah, relakan."
"Jangan mencampur-adukkan logika salah kamu dengan analogi ustad deh. Mereka tuh menanalogikan ikhlas di adegan melepas BAB ketika BAB keluar. Bukan di perencanaan awal." 😁😁😁😁😁
|
credit : Image by wayhomestudio on Freepik |
Penanganan Masalah Konstipasi
Sebenarnya, orang tuaku dulu sudah merasa bahwa anaknya ini punya masalah konstipasi. Jika aku ingat-ingat, dulu ketika SMA aku bolak-balik dibawa ke rumah sakit untuk berobat salah satunya ya keluhan konstipasi ini sih.
Jadi, dulu waktu SMA aku dibawa berobat bolak-balik ke rumah sakit karena beberapa keluhan . Salah satunya adalah masalah bau mulut. Kenapa efek gosok gigi hanya bertahan satu jam pertama saja paling. Selebihnya, jika berbicara mulutku sering mengeluarkan bau tidak sedap.
Gara-gara sadar bahwa jika berbicara bau mulutku tidak sedap, jadi aku termasuk anak perempuan yang kemana-mana selalu bawa saputangan. Karena jika sedang tertawa lepas, aku sering menutup mulutku dengan saputangan.
Yap. Alhamdulillah, meski punya banyak penyakit tapi aku tidak tumbuh jadi anak yang minder dan rendah diri. Aku tetap anak yang punya banyak teman, bisa bergaul dengan baik dan diterima oleh semua kalangan. Cuma ya itu, modalnya bawa saputangan sih. Terus jika berbicara aku biasanya jaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan orang lain. Di satu sisi, orang merasa aku jaga kesopanan. Tapi di sisi lain, ya ini jarak aman buatku agar orang lain tidak mencium bau mulutku yang kurang sedap. Cara lain, aku selalu mengantongi pagoda pastiles sih. Jadi, jika sedang berada di dalam kerumunan dan kayaknya aku bakalan terlibat obrolan, pasti sebutir pagoda pastiles aku masukkan ke dalam mulutku.
|
credit foto: google |
Nah, dokter pun mulai merangkai beberapa dugaan. Lalu aku menjalani pemeriksaan MRT, USG, dan test laboratorium. Hasilnya, ya ada maag yang pasti, sudah stadium 4 pula alias sudah parah maag nya. Jadi mungkin asam lambung akibat maaf ini naik ke atas. Lalu, gigiku ternyata bermasalah. Karena baru ketahuan ada semacam keloid di dalam gigi geraham yang berlubang. Keloidnya tuh kenyal-kenyal gitu. Nah, ini juga bisa bikin bau mulut. Jadi solusinya harus diiperasi giginya buat membuang keloid ini.
Tapi, setelah dilakukan beberapa penanganan tetap saja sih masalah konstipasi tidak berubah. Jadi, aku pikir, mungkin memang demikian kondisiku sejak lahir. Ya sudah, biarkan saja lah.
Alhamdulillahnya, setelah si keloid di dalam gigi berlubang setelah diambil, nafasku mulai tidak terlalu bau lagi. Yeaaahh.... Jadi, sudah tidak perlu bawa saputangan kemana-mana lagi pas kuliah.
Nah, setelah menikah, nggak jadi masalah soal konstipasi ini. Baru bermasalah ketika hamil anak pertama. Wasirku jadi muncul. Karena konstipasi itu menyebabkan sembelit. Nah, orang hamil ketika sembelit otomatis wasirnya jadi pada keluar. Lalu anak-anak berikutnya yang kukandung, ada yang keguguran ada yang berhasil dilahirkan, semua menambah jumlah wasir yang keluar. Dan masalah wasir ini kian parah seiring bertambah usia dan beban hidup. Hehehe.
Hehe, Beban hidup tuh, namanya ibu-ibu ya, harus gendong anak, gendong belanjaan, ngangkat barang buat dipindahin, jemur, nyuci, ngepel, jalan kaki, ngejar kendaraan umum, dan sebagainya, akhirnya wasirku makin lama makin kronis dan parah. Akhirnya tahun 2016, wasir ini diambil oleh dokter lewat operasi. Lalu dokter menyaranikan agar aku rajin minum Laxadine atau Dulcolax, satu sendok makan sebelum tidur.
Bertahun-tahun tuh aku minum Lazadine atau Dulcolax. Lalu ketika naik haji tahun 2018, aku variasikan dengan mengkonsumsi butir habbatausaudah alias wijen hitam.
Begitu saja terus.
Hingga akhirnya di tahun 2022 aku nonton Youtube yang memaparkan betapa pentingnya minum air putih sebanyak 1 liter tepat setelah bangun tidur. Sebelum kaki berjalan meninggalkan tempat tidur bahkan. Lalu terus minum hingga 1 liter sebelum sarapan jam 10 pagi. Jadi, sejak pukul 04.30 hingga pukul 10.00, total kita harus minum air putih sebanyak 2 liter air putih normal (bukan air dingin). Jadi kira-kira 8 s.d 10 gelas air putih. Lalu, lakukan gerakan jongkok selama 5 menit setiap pagi setelah bangun tidur.
|
Credit: Photo by Anna Tarazevich |
Nah, aku ikuti nih saran dari yutub ini (aku lupa lagi ini channel siapa). Hasilnya, eh.... kok aku mulai bisa BAB setiap hari ya.
Alhamdulillah.
Tanpa obat loh.
Tanpa operasi atau perawatan yang rumit.
Cuma minum 2 liter air setiap pagi sebelum perut diisi makanan sarapan di pukul 10 pagi. Lalu jongkok selama 5 menit.
Ya Allah. Mudah banget ternyata cara mengatasinya. Alhamdulillah. Allahu akbar.
Tidak ada komentar