Belajar Motret dengan Smartphone

 [Lifestyle]  Sudah sejak bulan Agustus 2020 lalu nih, aku jadi kurang merhatiin blog karena asyik dengan kegiatan baru. Yaitu belajar motret dengan smartphone. Dan ternyata ini tuh kegiatan yang asyik banget. Jadi, lupa mau mengerjakan yang lain, termasuk keinginan buat up date blog ini.

Entahlah.

Aku nggak bisa gambarin gimana rasanya, ketemu sesuatu yang baru dan ternyata sesuatu yang baru itu bisa mengeluarkan kemampuan kita yang selama ini terpendam nggak ketahuan. Jadi kayak dikasi kunci, terus pas dicoba ternyata yang terbuka adalah pintu yang bisa memberi kita akses pada sesuatu yang baru yang bisa memunculkan kemampuan kita yang lain. Seperti itu deh.

Nah. 

Aku baru tahu setelah sejak bulan lalu aku belajar motret dengan smartphone bahwa ternyata, jiwa seniku lumayan tinggi juga.

Awalnya memang sih cupu parah.

Tapi, aku punya kebiasaan, eh, bukan. Lebih tepatnya, aku termasuk orang yang tidak mudah menyerah, gemar berusaha dan sering penasaran buat belajar lagi belajar lagi. Nah. Awal belajar motret dengan smartphone itu, aku mulai tuh penasaran sampai bingung mesti gimana.

Terus lihat karya teman-teman yang sudah disetor kok bagus-bagus semua.

Hahaha. Jadi ya, melihat karya orang lain yang sudah dibuat itu bisa menimbulkan rasa penasaran tersendiri buatku. "Kok bisa mereka buat sebagus itu? Kenapa?"

Kalian tahu tidak? Saking penasarannya, tekanan darahku yang biasanya rendah, tiba-tiba naik jadi 120/70. Padahal biasanya berkisar di 90/70. Jadi kepala tuh sampai pusing dan mata rasanya mau jatuh ke lantai. Berat banget rasanya. Aku sampai memejamkan mata, dan kedua telapak nutupi pelupuk mata saking merasa bahwa jika tidak ditahan seperti itu, bola mataku bakal loncat keluar dan jatuh ke lantai.

Koyo salonpas tuh udah dipasang di pelipis kiri kanan, di kening atas, dan tengkuk bagian belakang. Saking pusingnya.

Akhirnya, sama anakku disuruh minum panadol deh. Baru deh pusingnya berkurang dan aku bisa tidur. Lupain dulu PR motret yang belum disetor. Hahaha.

Jadi, aturan buat setor hasil karya kelas motret dengan smartphone itu berlaku 24 jam. Paling lambat dikumpulkan keesokan harinya sebelum pukul 16.00 WIB. Beberapa teman peserta kelas motret, ternyata ada yang sudah mengikuti kelas motret sesi lain di waktu berbeda. Nah, otomatis mereka kemampuan motretnya lebih jago dibanding kemampuan fotoku yang masih cupu parah. Biasanya, mereka setor foto duluan tuh malam hari, beberapa jam setelah materi hari ini diberikan. Nah, lihat foto-foto mereka itu yang bikin aku termotivasi buat bikin foto yang bisa sebagus mereka.

Selama 7 hari dengan 7 materi berbeda di kelas motret dengan smartphone divisi basic image photography, aku akhirnya berhasil masuk ke dalam grid sebanyak 6 kali. Ada satu karya yang tidak masuk grid gara-gara aku terlalu halu melakukan aneka macam imajinasi sehingga lupa bahwa yang jadi point of image (POI) adalah 1 objek saja di kelas basic ini, bukan foto keseluruhan. Hehehe. Halunya kelewatan emang. Tapi tak mengapa, aku sudah cukup puas dengan keberhasilan masuk grid sebagai 6 kali itu. 



Catatan kaki di poster di atas itu benar banget. Dimanapun, jika ikut kelas dilarang baper. Karena memang tugas kita dapat kurasi untuk bisa diperbaiki. Karena, konon katanya hanya 1% saja manusia yang bisa sekali belajar langsung bisa dan sempurna hasil belajarnya. Aku sih kayaknya termasuk 99%^ manusia sisanya, yang kudu belajar serius, nyoba-nyoba dulu, cari inspirasi, coba lagi, dikomentari dan dikasih tahu salahnya dimana, baru bisa memberikan hasil yang sempurna. Insya Allah aku tidak baperan untuk urusan belajar. Aku suka belajar ilmu baru. Rasanya selalu ada sesuatu yang  meletup-letup dalam dadaku ketika belajar ilmu baru.  Gimana dengan kalian?

5 komentar

  1. Saya koq merasa gak ada bakat motret ya wkwkwk. Saya suka yang model street hotography gitu, Mbak Ade Tapi belum bagus-bagus sampai sekarang motretnya.

    BalasHapus
  2. Oh, astaga .. tekanan tensi sampai naik begitu, kak.
    Hayook belajarnya dibuat rileks saja atuh.

    Lama kelaman akan semakin terasah kok kalau kita terus belajar mengatur dan memilih sudut obyek yang menarik buat di foto.

    BalasHapus
  3. Hai Ade. Ada seorang fotografer pernah bilang sama saya, foto itu dinikmati. Mau pakai hape, kamera pocket, atau mirrorless, yang penting itu yang pegang bendanya, alias kita sendiri. Kalau gak enjoy, hasilnya bakal bikin yang lihat juga gak enjoy. Begitu katanya. Nama fotografernya Mba Sasha, bisa cek ig-nya @poeticpicture, dia suka share ilmu foto juga. Semangat ya!

    BalasHapus
  4. Prinsip yang bagus dan tepat. Bukan cuma saat belajar foto aja ya, tapi belajar apapun itu kita nggak boleh baper. Kritikan atau masukan itu kan tujuannya biar kita berkembang lebih baik, kalo nggak ada kritikan gimana belajarnya coba. Dari mana kita bisa tau kesalahannya ya kan. Jangan bosen denger masukan biar proses belajar kita membuahkan hasil.

    BalasHapus
  5. Bagus sih apalagi smartphone sekarang banyak yang memiliki kamera dengan resolusi yang bagus

    BalasHapus