[Parenting] Mukena terbaru jaman sekarang itu lucu-lucu ya? Jaman dulu, mukena itu umumnya berwarna putih saja. Dan bentuknya ya itu-itu saja sih. 2 potong yang terdiri dari atasan dan bawahan, dimana atasannya memiliki bordir di sepanjang pinggiran kain. Warna dominan putih. Ada yang putih tulang, ada yang putih terang. Sudah. Paling warna bermain di bordiran saja. Ada yang bordirannya biru, merah, kuning, coklat, hijau, dan sebagainya.
Kebetulan, karena aku adalah ibu dari 2 anak perempuan, jadi aku pernah merasakan membeli aneka model mukena. Aku pernah memiliki mukena model 1 potong, 2 potong, 3 potong. Jika ditanya, mana yang paling tidak enak dari model ketiganya, mungkin jawabanku adalah yang model 3 potong itu. Karena memang asli ribet memakainya.
Tapi sekarang, mukena terbaru tidak hanya terdiri dari 2 potong, tapi ada yang 1 potong, bahkan ada yang 3 potong. Yang 1 potong itu merupakan mukena terusan yang menutupi mulai dari ujung kepala hingga memanjang melebihi kaki. Sedangkan yang 3 potong itu terdiri dari bagian kepala saja (hanya menutupi ujung kepala hingga ke pundak), lalu bagian tengah (menutupi mulai dari pundak hingga ke bawah sebatas pertengahan paha), lalu bagian bawah (mulai dari pinggang hingga melebihi kaki). Dan tidak dimonopoli dengan model bordir di sepanjang pinggiran saja, tapi ada yang model lukis, tempelan kain, atau motifnya tidak polos melainkan bercorak. Dan mukena terbaru tidak dominan warna putih, tapi aneka macam warna.
Ini mukena terbaru aku dan anak-anak, aneka macam warna sesuai dengan selera tiap orang
|
Terus kenapa beli dulu? Nah... karena dulu anak perempuanku mungil-mungil alias masih pada kecil. Jadi, yang namanya anak itu kan insya Allah akan meniru apa yang dilakukan oleh orang sekitarnya, khususnya orang tuanya.
Demikian juga anakku yang berusaha untuk mengikuti gayaku. Jadi, jika sedang bepergian, dia selalu minta untuk memakai mukena juga. Tapi, tasku kan sudah berat ya karena berisi aneka macam gembolan (selain dompet, ada payung, makanan, minuman, baju ganti anak kecil, mainan, buku, dan sebagainya). Jadi, agak repot jika harus menambah isi tas dengan mukena orang dewasa dan mukena anak kecil juga. Manalagi aku kan tidak punya kendaraan pribadi sejak dulu hingga sekarang (memang pilihan hidup keluargaku demikian). Jadi, tidak ada acara menaruh benda yang sedang tidak dibutuhkan di dalam mobil dulu. Apapun yang mau dibawa harus ditaruh di dalam tas dan dibawa kemana-mana. Baik benda itu terpakai atau tidak terpakai. Akhirnya, siasat untuk menghemat bawaan adalah, dengan cara membawa mukena 3 potong. Toh aku sendiri memakai gamis dan jilbab, atau pakaian setelan celana panjang, kemeja lengan panjang dan jilbab. Jadi, intinya aku hanya butuh sarungnya saja. Sisanya, potongan tengah untuk si kakak (yang sudah memakai jilbab sejak kelas 3 Sd; jadi hanya memerlukan sesuatu untuk menutupi bentuk kakinya, jadi dia memakai potongan yang tengah) dan untuk si adik memakai potongan yang hanya menutupi bagian kepalanya saja hingga ke pundak (anak kecil kan yang penting pembiasaan untuk melakukan shalat ya... aku pikir saat itu, tidak mengapa deh tidak sempurna banget, yang penting dia tahu bahwa untuk shalat semua harus dalam posisi tertutup. Dalam hal ini, karena si kecil belum berjilbab jadi dia tahu bahwa kepalanya harus ditutup dengan penutup kepala seperti jilbab).
ini dia model-model mukena terbaru jaman sekarang yang amat beragam, Ada yang polos, bercorak, 1 potong, 2 potong, 3 potong. Gambar diambil dari koleksi mukena mataharimall.com
|
Dari pengalaman dengan aneka model mukena ini maka aku mau memberikan saran nih terkait dengan aneka model mukena terbaru:
1. Pilihlah mukena yang bahannya adem alias tidak panas di tubuh kita.
Kenapa? Karena tidak semua mushalla di areal publik adalah mushalla dengan pendingin ruangan. Seringnya malah ditempatkan di salah satu areal parkir gedung, di pojokan, dan hanya ada kipas angin sekedarnya saja. Jadi, jika mukena yang kita kenakan berbahan gerah, ya siap-siap kegerahan sih.
2. Jangan pilih mukena dengan bahan parasut yang super duper ringan.
Memang sih jika dilipat, mukena berbahan parasut ini akan terlipat kecil sekali sehingga mudah untuk penyimpanan di dalam tas kalian. Tapi, bahan parasut ini terlalu ringan menurutku. Lihat poin pertama, bahwa banyak mushalla yang hanya dibekali dengan kipas angin a la kadarnya saja sebagai alat bantu sirkulasi udara di mushalla tersebut. Nah, mukena berbahan parasut yang super duper ringan itu, mudah terbang tertiup angin. Akibatnya ketika kalian sedang melakukan gerakan ruku atau sujud, mukena ini akan terbang dan terbukalah punggung, pundak dan kepala kalian. Hmm.... shalatnya jadi berkurang nilainya karena aurat yang tersingkap meski tidak sengaja.
3. Sesuaikan dengan kebutuhan keluarga.
Seperti pengalamanku ketika anak perempuanku masih kecil-kecil. Jangan membawa mukena dengan model 1 potong. Karena pasti anak perempuan kita akan meminta untuk dipakaikan mukena juga ketika tiba waktu shalat. Padahal umumnya anak perempuan yang masih kecil belum berjilbab dan bergamis. Nah, mukena dengan model 1 potong akan membuat anak perempuan kita yang masih kecil resah dan gelisah karena tidak bisa shalat bersama ibunya di waktu yang sama. Dan jika pun bergantian memakai mukena 1 potong tersebut, si anak perempuan kita yang kecil ini akan merasa kerepotan karena mukena 1 potong ini terasa kebesaran di tubuhnya yang mungil.
Saranku sih, terutama jika kalian tidak memiliki kendaraan mobil pribadi, bawalah mukena 2 potong atau 3 potong; sehingga bisa berbagi dengan si kecil. Atau, jika kalian belum mengenakan hijab, maka bawa saja mukena 1 potong atau 2 potong, lalu bawa bagian atas mukena saja untuk si kecil nanti. Dia sudah cukup senang meska hanya memakai atasan saja.
4. Pilih mukena yang tidak menyita perhatian baik motif maupun corak
Yang ini, terkait dengan sebuah kebiasaan baru yang menurutku sih salah sebenarnya. Yaitu dengan beredarnya kebebasa dalam berekspresi dengan aneka macam model mukena terbaru.
Penting untuk diingat bahwa mukena itu adalah pakaian yang dikenakan ketika shalat untuk menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Jika diruntun, maka menjadi seperti ini:
Shalat = wajib
Menutupi aurat = wajib
Khusyu ketika shalat = wajib
Riya atau sombong = terlarang
mengganggu orang lain = terlarang
Terbuka aurat = terlarang
Arti dari poin-poin terkait dengan shalat dan mukena yang aku buat di atas adalah, kenakanlah mukena yang bisa menambah kekhusyukan shalat, menutupi aurat, tapi tidak membuat kita menjadi riya atau sombong, juga tidak mengganggu orang lain.
Untuk itu, pilihlah model mukena yang ketika memakainya tidak membuat sesuatu terbersit di dalam hati kita "mukenaku lebih baik, lebih halus, lebih mahal daripada mukena kalian semua."
Atau memilih mukena dengan corak, warna dan model yang membuat orang lain yang berada di dekatnya jadi kehilangan kekhusyukan. Contoh: hindari membeli mukena dengan lukisan makhluk hidup di bagian belakangnya. Bahkan meski makhluk hidup itu hanya berupa gambar kartun sekalipun.
Diriwayatkan dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu :
كَانَ قِرَامٌ لِعَائِشَةَ سَتَرَتْ بِهِ جَانِبَ بَيْتِهَا فَقَالَ النَّبِيُ صلى الله عليه وسلم: “أَمِيطِي عَنَّا قِرَامَكِ هَذَا فَإِنَّهُ لاَ تَزَالُ تَصَاوِيرُهُ تَعْرِضُ فِي صَلاَتِي”
‘Aisyah mempunyai gorden yang dipasang di dinding rumahnya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyuruh ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma : “Singkirkanlah gorden itu dari kita, karena lukisannya senantiasa membayangiku dalam shalatku”. [HR al-Bukhâri, 374].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Bila kain bergambar yang berada di hadapan orang shalat bisa melalaikannya, maka begitu pula bila gambar tersebut dipakai di baju orang yang sedang shalat. Bahkan, gambar yang dipakai itu lebih melalaikan lagi”. [Fathul-Bari, 10/391].
Hal tersebut pernah juga dialami oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata :
أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي خَمِيْصَةٍ لَهَا أَعْلاَمٌ فَنَظَرَ إِلَى أَعْلاَمِهَا نَظْرَةً فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ، فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dengan pakaian khamishah yang bercorak. Dalam shalatnya beliau memandang sekilas corak pakaian tersebut. Setelah selesai shalat, beliaupun berkata: “Serahkan khamishah ini kepada Abu Jahm, dan ambilkan untukku pakaian ambijaniyah hadiah dari Abu Jahm. Karena, pakaian khamishah tadi melalaikan khusyuk shalatku”. [HR al-Bukhâri, no. 373] (Sumber: https://almanhaj.or.id/4056-shalat-dengan-pakaian-bergambar.html)
كَانَ قِرَامٌ لِعَائِشَةَ سَتَرَتْ بِهِ جَانِبَ بَيْتِهَا فَقَالَ النَّبِيُ صلى الله عليه وسلم: “أَمِيطِي عَنَّا قِرَامَكِ هَذَا فَإِنَّهُ لاَ تَزَالُ تَصَاوِيرُهُ تَعْرِضُ فِي صَلاَتِي”
‘Aisyah mempunyai gorden yang dipasang di dinding rumahnya. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyuruh ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma : “Singkirkanlah gorden itu dari kita, karena lukisannya senantiasa membayangiku dalam shalatku”. [HR al-Bukhâri, 374].
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Bila kain bergambar yang berada di hadapan orang shalat bisa melalaikannya, maka begitu pula bila gambar tersebut dipakai di baju orang yang sedang shalat. Bahkan, gambar yang dipakai itu lebih melalaikan lagi”. [Fathul-Bari, 10/391].
Hal tersebut pernah juga dialami oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata :
أَنَّ النَّبِيَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي خَمِيْصَةٍ لَهَا أَعْلاَمٌ فَنَظَرَ إِلَى أَعْلاَمِهَا نَظْرَةً فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : اذْهَبُوا بِخَمِيصَتِي هَذِهِ إِلَى أَبِي جَهْمٍ وَأْتُونِي بِأَنْبِجَانِيَّةِ أَبِي جَهْمٍ، فَإِنَّهَا أَلْهَتْنِي آنِفًا عَنْ صَلاَتِي
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dengan pakaian khamishah yang bercorak. Dalam shalatnya beliau memandang sekilas corak pakaian tersebut. Setelah selesai shalat, beliaupun berkata: “Serahkan khamishah ini kepada Abu Jahm, dan ambilkan untukku pakaian ambijaniyah hadiah dari Abu Jahm. Karena, pakaian khamishah tadi melalaikan khusyuk shalatku”. [HR al-Bukhâri, no. 373] (Sumber: https://almanhaj.or.id/4056-shalat-dengan-pakaian-bergambar.html)
5. Yang terakhir ini, saran terkait dengan perkembangan terkini di masyarakat kita.
Kalian memperhatikan tidak, bahwa ghirah atau semangat untuk berislam di tengah masyarakat Indonesia saat ini benar-benar menggembirakan. Kenapa? Karena sekarang tampaknya banyak orang yang semakin sadar bahwa mereka bangga sebagai orang islam dan ingin menjalankan apa yang diwajibkan oleh agama islam.
Itu sebabnya di banyak masjid atau mushalla orang sesak ramai untuk menjalankan shalat. Baik mushalla yang ada di mall, maupun di arela publik lainnya. Terlepas dari apakah keseharian mereka mengenakan jilbab/hijab atau tidak.
Di Jakarta sendiri, aku amat memperhatikan hal tersebut. Perempuan mengenakan celana pendek bersegera masuk ke mushalla ketika tiba waktu shalat dan mereka pun mendirikan shalat, baru setelah itu melanjutkan aktifitas mereka kembali. Aku tidak akan memberi penilaian apapun terhadap mereka terkait dengan cara berpakaian mereka sehari-hari. Tapi aku cukup gembira dengan pembiasaan mereka yang tidak mau kehilangan waktu untuk shalat. Mari kita tidak perlu su'udzon dulu. Kita berdoa saja semoga keimanan mereka terus bertambah dimulai dengan tertibnya mereka menjalankan shalat wajib.
Terkait dengan hal ini, tampaknya mushalla dan masjid yang terdapat di banyak tempat tidak siap dengan animo atau ghirah masyarakat tersebut. Akibatnya, antrian untuk mendapatkan mukena jadi panjang. 1 mukena diantri oleh 20 orang.
Nah, menurutku sih ini kesempatan kita nih jika ingin mengumpulkan pahala ibadah. Yaitu dengan menyediakan berbagai macam keperluan shalat atau ibadah lain di mushalla atau masjid-masjid. Bisa dengan cara membeli mukena terbaru lalu disedekahkan ke mushalla atau masjid yang kekurangan di sekitar kalian, atau dengan membeli atau melengkapi kekurangan dari mushalla dan masjid tersebut alias bersedekah untuk kemakmuran masjid atau mushalla. Apalagi jaman sekarang untuk membeli kelengkapan ibadah itu mudah banget kan. Bisa belanja online atau offline. Untuk orang tua sendiri, pembiasaan berbuat baik ini tentu saja akan terekam di memori anak kita, dan akan membentuk karakter anak yang gemar untuk berbuat baik insya Allah.
Mukena 3 potong??aku belum pernah lihat. Seringnya pake yg langsungan panjang. Aku lebih suka Mukena yg kainnya katun,adem gitu
BalasHapusTerimakasih Bunda saran cara memilih mukena yang nyaman kebetulan saya ingin memberikan mukena kepada teman saya
BalasHapusAku kalau untuk anak pakai yang dua potong, hihi. Lebih mudah ga ribet juga :D
BalasHapusPemilihan bahan memang penting banget. Kalau panas, rasanya pengen langsung buka. Gerah :)
BalasHapuswaduh, yang 3 potong itu kubayangkan kok malah ribet
BalasHapuskalau pas ke Mall, biasanya shalatnya bareng mbak-mbak dandan cantik yang juga kerja di mall tersebut. Abis sholat mereka dandan lagi. Malahan kebanyakan mereka sholatnya di awal waktu...
BalasHapus