Aku Sudah Jadi Ibu Mertua

[Keluarga] Alhamdulillah, pada tanggal 17 Agustus 2017 lalu, aku menikahkan putra sulungku. Acara akad dan resepsi berlangsung sukses dan meriah di hari Kamis itu. Tentang hal ini, nanti aku ceritakan lagi ya. Sekalian minta maaf, makanya sudah lama tidak update blog, ya karena aku cukup sibuk menghadapi rencana pernikahan dan penyelenggaraan pernikahan anakku ini.



Terus.... gimana rasanya menjadi Mertua itu? Ih... apa ya rasanya? Biasa-biasa saja sih. Yang pasti aku sekarang merasa mendapat tambahan anak baru saja. Yang semula anakku ada 3 orang, sekarang tiba-tiba jadi 4. Jadi, kalau mau bepergian, kian ramai rombongan kami. Hehehe.

Ini dia nih, tambahan formasi anakku sekarang:

Yang jilbab biru itu adalah istrinya putraku

Karena jika ditanya rasanya biasa-biasa saja meski sekarang menyandang status "ibu mertua", tapi aku mendapat sebuah pertanyaan yang cukup menarik untuk aku tulis di blogku ini. Yaitu pertanyaan dari seorang teman.


Dulu nih, ketika putraku ini mengajukan permintaan akan menikah muda; aku dan putraku sempat ngobrol berdua secara empat mata.

"Nak... setelah menikah nanti, kamu membolehkan istrimu bekerja nggak?"
"Ya iyalah. Pasti insya Allah."
"Jika istrimu terus melesat posisinya jauh melampaui dirimu, jadi masalah nggak?"
"Ya nggaklah. Aku termasuk laki-laki yang tidak mempermasalahkan hal-hal seperti itu sih, bu, kebetulan. Lagipula, sekarang saja, (sebut saja Melati) itu pada dasarnya lebih rajin, lebih pintar dan lebih kreatif daripada aku sih."

Aku dan putraku ini tertawa.

Dulu, waktu aku masih gadis dulu, ibuku juga pernah bertanya hal yang sama padaku. Hmm, lebih tepatnya sebenarnya sih menekankan satu hal padaku.

"De, jika kamu sudah menikah nanti. Jangan pernah bergantung 100% ada suamimu ya. Menjadi pintarlah meski sedikit. Setidaknya, kamu harus tetap punya kepandaian."

Tapi, ayahku memberi nasehat yang berbeda:
"De, pokoknya, susah dan senang kamu harus patuh pada suamimu ya. Mau sedikit uangnya, mau banyak uangnya, berusahalah untuk tetap bersyukur dan pandai membawa diri sebagai seorang istri. Tidak perlu ngotot harus bekerja di kantor jika suami memerintahkan kamu untuk berdiam di rumah."

Agak-agak bercabang gitu ya nasehatnya? Tapi, bersama berjalannya waktu, aku berusaha untuk mengkombinasikan nasehat dan anjuran kedua orang tuaku itu. Yaitu bahwa perempuan setelah menjadi istri, dalam ajaran Islam memang diharapkan untuk patuh dan taat pada suaminya. Meski demikian, dia tetap tidak boleh berhenti belajar dan memberdayakan dirinya sendiri. Dan memberdayakan diri sendiri itu luas sekali. Tidak harus terwujud harus bekerja di kantoran dan punya gaji yang tetap.

Sekarang, aku sudah jadi Ibu Mertua.

Aku pikir, menantuku itu pastilah sudah mendapatkan nasehat dan anjuran dari kedua orang tuanya sebelum menantuku ini memutuskan untuk menikah dengan putraku. Dan jika mendengar cerita menantuku ini tentang bagaimana perjuangan dia untuk bisa kuliah dan menyelesaikan kuliahnya serta bekerja di tempat dia bekerja sekarang, aku pikir, nasehat dan anjuran dari kedua orang tuanya (besanku) tidak jauh berbeda dari nasehat ibuku.

Itu sebabnya, ketika seorang teman bertanya padaku seperti di atas:


Jawabanku adalah,




Aku dibesarkan di keluarga Patrilineal. Dan aku juga punya 4 saudara perempuan dan hanya ada 1 saudara lelaki. Dengan kondisi seperti itu, tentu saja jika aku sih; aku mendukung seorang perempuan yang ingin terus menimba ilmunya; itu bagus. Karena dari seorang perempuan ccerdaslah kelak madrasah bernama ibu akan menghasilkan anak didik yang insya Allah cerdas juga. Dan dari seorang perempuan yang punya semangat juang untuk maju pulalah, akan lahir seorang generasi yang juga punya semangat juang untuk maju.

Tapi sekali lagi. Seorang ibu mertua tetap ibu mertua. Dia tidak punya posisi sebagai pengambil keputusan utama dalam rumah tangga anaknya. Posisi ibu mertua adalah, ibu kandung yang kini punya tambahan anak baru. Itu saja.

34 komentar

  1. Ibi ku juga pernah bilang untuk punya kepandaian atau minimal bisa lah punya penghasilan minimal buat nabung atau jajan buat anak.oiya selamat ya mba atas pernikahan putranya..mudah mudahan jadi keluarga sakinah mawardah warahmah

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku sepakat dengan ibumu. Karena keahlian dan kepandaian yang dimilki oleh seorang perempuan itu merupakan sebuah nilai lebih bagi perempuan itu. makasih buat doanya ya.

      Hapus
  2. Ya Allah semoga nanti anakku punya mertua sebijak mbak Ade. Sejak mulai kuliah ini sudah aku nasehati terus utk nantinya berkarier. Kalau butuh support system, misal kerepotan anak, kami siap back up. Tapi above all tentu dia hrs mendapat ridho suaminya kelak. Saya tunggu kisah selajutnya lo mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin... belum bisa dibilang baik sih karena aku belum sebulan ini jadi ibu mertua. Semoga aku bisa baik selamanya.

      Hapus
  3. Selamaat menjadi ibu mertua, Mbak Ade. Semoga sakinah mawaddah warahmah buat putra Mbak Ade dan istrinya :-)

    BalasHapus
  4. Anakku masih 2 bulan. Baca postingan ini tiba2 jadi kepikiran kelak saat anakku nikah. Hihihi

    BalasHapus
  5. Alhamdulillah..selamat atas pernikahan putranya, semoga langgeng sampai maut memisahkan

    Btw putranya umur berapa ya?

    Mba Ade dulu juga nikah muda ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. saat ini usia anakku (cowok) 22 tahun sedangkan istrinya juga seusia dengan dia (22 tahun juga). Aku sendiri dulu menikah di usia 23 tahun dan suamiku 30 tahun.

      Hapus
  6. Terima kasih mbak Ade... sudah share. :) Aku suka sekali pemikirannya. Semoga kelak aku bisa nyaman dengan kondisi baru menjadi anak sari mertua dalam hal mencari rejeki hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin. Yang penting jangan berhenti menjadi smart. Itu yang penting. rezeki insya Allah sudah ada yang mengaturnya.

      Hapus
  7. Selamat ya mbaa, huhu. Jadi ngebayangin aku jd mertua, eh masih lama sih, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. waktu itu tidak terasa loh berlarinya. tiba-tiba sudah tiba saatnya.

      Hapus
  8. semua ibu kayaknya wejangannya hampir sama ya Mbak? Minta anaknya yang perempuan mandiri, nggak tergantung penuh sama suami, namun tetap mengedepankan hal-hal yang disyariatkan agama dalam mematuhi suaminya

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah iya... sepertinya begitu deh. karena aku juga nggak nyangka bahwa ternyata aku punya pendapat yang sama dengan ibuku dulu terhadap bagaimana seorang perempuan itu seharusnya.

      Hapus
  9. barakallaah, mba Ade.

    Aiiih... Mama mertua masih cantik dan awet muda yah.

    Aku juga akrab sama mama mertuaku, karena ibuku udah ngga ada jadi sama aja beliau kaya ibu kandungku

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah.. aku juga pingin nih berusaha biar menantuku merasa bahwa aku sama baiknya dengan ibu kandung dia. gak tahu juga ilmunya gimana. jadi untuk sementara aku memperlakukan dia seperti aku memperlakukan anakku saja.

      Hapus
  10. Selamat ya mba Ade, semoga rukun selalu diberkahi Allah amin

    BalasHapus
  11. Aku sekarang sedang berada di posisi anak baru, baru jadi menantu. Lalu dua pernyataan tadi sedang senang senangnya mampir di hidupku. Sekarang, bagaimana ya caraku biar tetap bisa menghasilkan, walaupun aku sedang diminta untuk diam di rumah?

    Bersyukurlah menantu mba Ade yang sayaaanggg sama dia.

    Semoga harmonis dan bahagia selalu.

    BalasHapus
  12. Wahh..senangnya masih muda udah punya mantu..selamat ya mba ade anita��

    BalasHapus
  13. Selamat jadii ibu mertua yaa Mbak Adee. Sayang banget kemaren ngga bisa hadir di nikahan Ibam. Dan sukaklah dengan pemikiran Mba Ade tentang karier perempuan. Meski ngga ngantor perempuan harus tetep berkarya ya mba. Selain pengahsilan paling ngga punya kepercayaan diri juga.

    BalasHapus
  14. Aku punya satu putra dan satu putri, harus belajar jadi mertua bijak neh sama mba Ade. Selamat atas pernikahan putranya ya mba.

    BalasHapus
  15. Waah selamat ya mba atas pernikahan anaknya.. Semoga cepet dapet cucu juga :D. Kalo nanti aku jd ibu mertua, aku jg pengin jd ibu mertua yg bisa berteman dengan menantunya. Jgn sampe ikut campur ama masalah rumah tangga anak. :)

    BalasHapus
  16. Sukaaaa, semoga nanti aku pinya ibu mertua baik ky bu ade

    BalasHapus
  17. Aahh.. Ibu mertuanya masih cantiikkk... #GagalFokus

    BalasHapus
  18. Ini nihh Ibu Mertua idaman...Bisa Kompak nih Mertua dan menantu

    BalasHapus
  19. Wah, mb ade bikin kaget karena tahu2 anaknya nikah. Hehe. Kalau mertuanya sebkjak mba ade pasti nyaman bisa langsung gabung dengan keluarga besar tanpa dibeda-bedakan statusnya. Semoga samawa, mb.

    BalasHapus
  20. Selamat punya anak mantu mbak, sepakat sih mbak, jangan larang menantunya bekerja yaa 😍

    BalasHapus
  21. mba Ade, selamat sekali lagi ya sudah punya mantu. aku spendapat dengan mba Ade nanti mantuku juga ngga akan disuruh keluar kerja, iya banget perempuan juga harus berpendidikn dan punya keahlian

    BalasHapus
  22. Nasehat ibu mba Ade sama banget sm nasehat ibu saya. Dan sy sepertinya akan menasehatkan hal yg sama pada anak perempuan sy krn setelah menikah terasa banget nasehat ibu. Benar ga hrs sll kerja kantoran mnjd sedikit pintar dan berdaya mebuat bahagia

    BalasHapus
  23. Menarik nasehat kedua orang tua Mbak Ade. Kemaren baru aja saya ngobrol ma mamah. Tapi memang nasehat dari papah dan mamah kadang beda. Ketika masih kecil, mungkin hal ini membingungkan, ya. Tetapi setelah dewasa, saya coba memahami kalau biar bagaimanapun pemikiran laki-laki dan perempuan memang ada bedanya. Jadi coba kita cerna trus pertimbangkan aja.

    Selamat jadi ibu mertua, Mbak :)

    BalasHapus
  24. suka nasihatnya mba dulu alm.ibu juga sempat menasehati yang mirip dengan nasehat ibunya mba :) alhamdulilah selamat y mba jadi mertua aduh tiba2 aku sedih memikirkan anakku uda gede lalu menikah hehehe semoga aku bisa jadi mertua yang baik dan bijak seperti mba :)

    BalasHapus