Cerita tentang Jam Dinding

[Parenting] Ada banyak sekali hal di kehidupan keseharian kita yang ditandai dengan waktu. Termasuk ketika kita menerapkan gaya parenting (-Parenting adalah ilmu tentang mengasuh, mendidik dan membimbing anak dengan benar dan tepat-) dalam keluarga kita.

Nyaris segala sesuatunya bahkan dalam ilmu Parenting itu dibatasi oleh waktu. Mulai dari mengajarkan kedisiplinan dalam keluarga, penerapan gaya berkomunikasi, pengaturan pola makan pada anak-anak, pembiasaan dan pembentukan karakter, bahkan termasuk pengajaran ibadah dan pendidikan formal, ditentukan oleh waktu.



Kapan bayi normal berat badannya harus bertambah? Ada waktu yang jadi patokan dasarnya.
Kapan bayi normal memiliki sebuah kebisaan? Ada waktu yang juga jadi patokannya.
Kapan waktu untuk bersekolah, kapan waktu untuk shalat, kapan waktu untuk makan, kapan waktu untuk tidur, kapan waktu untuk bermain, dan seterusnya.

Itu sebabnya, pada umumnya di setiap rumah tangga, mereka selalu punya 2 benda di dalam rumahnya, yaitu Kalender dan Jam. Karena perwakilan satuan waktu dalam hal ini memang diwakili oleh kedua benda tersebut. Bahkan meski sebenarnya, keberadaan kedua benda tersebut bukan termasuk benda yang wajib disimak setiap saat.

Mungkin, dialog berikut ini sudah umum terdengar dalam sebuah rumah:
"Eh... jam berapa sekarang?"
"Ada apa sih emangnya?"
"Aku lagi nunggujam segini.. karena mau anu."

Bahkan, sampai ada orang yang langsung menunjukkan perubahan ekspresi wajah ketika melirik ke jam dinding di rumahnya.
Entah itu ekspresi terkejut (lalu diikuti dengan gerakan terburu-buru mengerjakan segala sesuatu seterusnya); atau gerakan biasa saja (melirik, lalu melanjutkan aktifitasnya dengan gerakan lambat dan tenang). Ada juga yang menunjukkan ekspresi kaget.

"Loh? Ini jamnya mati sejak kapan? Ya ampun, aku kira masih jam berapa, nggak tahunya sudah jam segini. Duh. Kenapa pada nggak bilang sih kalau jam dinding rumah kita mati?"

Iya, yang namanya jam dinding itu memang sebaiknya ada sih satu di setiap rumah.

Dulu, waktu baru nikah 23 tahun yang lalu (uhuk uhuk, kami memang bukan masih pengantin baru dengan suasana vintage.. hahahahaha), belum musim yang namanya para tamu datang bawa amplop isi duit. Pas jaman aku nikah dulu, tamu tuh datang bawa kado. Eh, sebenarnya, aku dan suami termasuk generasi pembaharuan di dalam keluargaku; karena kami memulai dengan tradisi mencantumkan kalimat berikut ini di dalam undangan yang disebar (meski undangan khusus ini diberikan untuk kalangan terbatas saja):

"Tanpa mengurangi rasa hormat, kami akan sangat berterima kasih jika anda tidak memberikan tanda kasih berupa kado atau karangan bunga."

Ide pembaharuan di undangan ini ditentang tentu saja oleh orang tua dan keluarga besar karena dianggap tidak sopan. Dulu, pengantin ngundang dan dianggap tidak sopan jika minta amplop gitu. Terima saja, mau berbentuk kado kek, karangan bunga kek, amplop kek. Tapi, kan mubazir ya jika kadonya banyak yang isinya sama semua, atau semua orang ngasih karangan bunga? Kalau ngasih uang kan insya Allah bisa lebih bermanfaat bagi pasangan yang baru menikah.

Okeh. Kita lanjut ngobrolnya.
Nah, dulu nih, waktu baru nikah, kado yang aku terima dari para tamu yang datang ke acara pernikahanku bisa dikatakan terbanyak berbentuk:
- Tea Set (teko dan cangkir).
- Dinner set (piring, mangkuk kecil, mangkuk besar).
- Perlengkapan makan (sendok satu set; atau pisau satu set).
- Perlengkapan memasak (panci satu set, atau beberapa set).
- Perlengkapan bobok bareng alias tidur (sprei satu set).
- Jam dinding.

Aku punya lebih dari 10 jam dinding yang aku peroleh dari pernikahanku dulu. Bahkan salah satunya ada yang punya cerita lucu tersendiri. Nanti deh kapan-kapan aku cerita ya tentang jam ini.

Hanya saja, karena tidak lama setelah aku menikah aku ikut suamiku bermukim di Sydney, Australia, maka jam ini tidak aku bawa. Karena jam dinding itu umumnya bentuknya besar-besar. Sebagai gantinya selama di Sydney, Australia aku memakai jam dinding digital.


Ada beberapa keuntungan memakai jam dinding digital ini dibandingkan jam dinding biasa.

1. Ketika malam tiba dan kita akan beranjak tidur; kita kan umumnya memadamkan lampu ya. Nah, jam dinding digital ini ada pengaturan cahayanya. Dengan begitu dia tetap bisa terlihat meski ruangan gelap gulita sekalipun.

gambar diambil dari mataharimall.com mataharimall.com
2. Karena di luar Indonesia berlaku penghitungan waktu yang bukan sistem 24 jam, melainkan membaginya menjadi AM dan PM, maka aku bisa mengajarkan anak-anakku cara melihat waktu dengan cara lebih praktis.

3. Kita juga bisa menyetel alarmnya, bahkan ada jam yang bisa disetel lebih dari sekali berbunyi. Hal mana tidak dimiliki oleh jam dinding  biasa.

4. Karena setiap awal oktober diberlakukan penyesuaian waktu dunia di Sydney, maka kita tinggal mengklik perubahan angkanya saja, tidak perlu memutar jarum jam hingga satu kali putaran (setiap awal oktober, waktu di seluruh jam harus dimajukan 1 jam dari jam yang tertera).

Hanya saja, kelemahan dari jam dinding digital mungkin karena bentuknya yang kaku dan tidak banyak variasi ya.

Jam dinding jaman sekarang tuh macam-macam sekali bentuknya. Cantik-cantik. Bahkan tidak jarang jam dindingnya tuh istilah jaman sekarang "instagramble banget" (cocok dipake buat jadi latar foto selfie untuk kemudian dishare di  akun instagram).

Seperti ini nih (semua model jam ini aku ambil dari katalognya mataharimall.com)







Ih. Lucu-lucu banget ya.
Iya, sekarang ini jam dinding itu memang bukan hanya berfungsi sebagai penanda waktu saja. Tapi juga berfungsi sebagai salah satu bagian dari penghias ruangan.

Jadi, kalau ada teka-teki dan bunyi pertanyaannya:
"Kalau dilihat bikin deg-degan, kalau dipikirin bikin cemas, kalau sudah dimiliki lebih suka dikekep di rumah saja" bisa jadi jawabannya adalah jam dinding.

heheheh. Peace ah.

7 komentar

  1. Asli jam dindingnya lucu-lucu yaaa mba.. dan teka tekinya juga hehehe

    BalasHapus
  2. jadi malu

    Dija belom bisa baca jam
    hihihihihi

    BalasHapus
  3. Jam dinding dirumahku ada sebelum aku lahir,. hehehe

    BalasHapus
  4. Yang di dinding itu keren ^_^

    BalasHapus
  5. sumpah lucunya jam dinding itu.. jadi pengen punya satu saya..

    BalasHapus
  6. Haha masak jam dinding bísa dipakai mbk.

    BalasHapus