Pendidikan Karakter dalam Lomba 17 Agustusan

Ada beberapa jenis lomba yang selalu muncul di acara perayaan 17 Agustusan nyaris di seluruh wilayah Indonesia (nyaris, karena aku nggak tahu apakah di Papua juga mengadakan lomba seperti ini?). Ada lomba lari (sambil membawa) kelereng, makan kerupuk (yang digantung setinggi kepala), lari (sambil membawa) bendera, lomba lari sambil memasukkan benang ke dalam lubang jarum, balap lari pakai karung, lomba memasukkan paku ke dalam botol (dan pakunya diikat dengan benang di belakang punggung), lomba joget, lomba panjat pohon pinang, lomba menghias sepeda, lomba memasukkan belut ke dalam botol, lomba sepak bola dimana pemainnya diharuskan memakai sarung atau daster ibunya, dan lomba lari berkelompok dengan bakiak yang sudah disatukan.


Sekilas, semua lomba-lomba ini sepele memang. Dan jika melirik hadiahnya, mungkin kata sepele ini semakin mencuat. Beberapa hari sebelum lomba, memang panitia RT dan RW setempat sudah berkeliling ke rumah-rumah warga untuk memungut uang patungan untuk membeli hadiah. Uang patungan bersama inilah yang kemudian dipakai untuk membeli hadiah. Jika kebetulan di daerah RT dan RW tersebut ada yang bersedia memberi uang patungan lebih, tentu hadiahnya oke. Tapi jika standar semua orang hanya memberi Rp10.000 - 20.000, maka mungkin hadiahnya tidak jauh dari alat tulis sekolah/kantor saja. Itu sebabnya, jangan pernah melihat pingin ikut lomba karena pingin hadiahnya. Ada yang lebih penting lagi dari keikut sertaan dalam lomba perayaan kemerdekaan ini.

Jika sehari-hari anak-anak asyik dengan kegiatan hariannya yang mungkin sibuk (sekolah, pengajian, les, kursus, PR) dan hanya punya waktu sedikit untuk bermain bersama teman-teman sebayanya, maka di perayaan kemerdekaan ini anak-anak diberi kesempatan untuk bertemu dengan teman-teman sebayanya yang ada di lingkungan tempatnya tinggal. Mereka berlomba bukan untuk saling mengungguli satu sama lain tapi justru untuk saling memberi semangat satu sama lain sekaligus bekerja sama satu sama lain. 

Di lomba memasukkan benang ke dalam jarum misalnya. Anak fokus dengan benang yang akan dimasukkan ke dalam lubang jarum yang kecil sambil berjalan. Itu sebabnya teman-teman yang berdiri di pinggir berteriak mengarahkan agar anak tidak keluar dari jalurnya berjalan cepat itu. Atau ketika anak putus asa memasukkan paku atau belut ke dalam botol, anak-anak lain memberi semangat dengan bersorak sehingga rasa putus asa itu hilang dan berganti semangat.

Atau kita juga bisa melihat kerjasama sebagai  team dalam lomba lari bakiak. Atau lomba panjat pinang. Atau lomba sepak bola dengan daster atau sarung.

Dan inilah sebenarnya pendidikan karakter yang sedang ingin diajarkan oleh para pendahulu kita pada generasi selanjutnya: bahwa untuk mempertahankan kemerdekaan dibutuhkan keterlibatan semua orang untuk bisa saling memberi semangat satu sama lain, dan untuk bisa saling membantu satu sama lain agar bisa meraih kemenangan. Selain itu, pendidikan karakter lain adalah: kenali siapa tetanggamu, dan berinteraksilah dengan mereka. Karena tetangga adalah orang terdekat selain keluarga yang ada di sekitarmu. 

Itu sebabnya, jika sedang ada perlombaan perayaan 17 agustusan di daerahmu, jangan lupa ya untuk mengikut sertakan anak-anak dalam lomba-lomba tersebut. 

Anakku sendiri, ikut dong lomba-lomba seperti ini. Dan ini foto-fotonya kemarin:

Ini lomba tujuh belasan pertama putri bungsuku, enam tahun yang lalu:


Dan ini foto-foto kemarin:






Sedangkan berikut ini adalah peserta lomba usia 3 tahun ke bawah yang sebenarnya sih mereka mungkin belum mengerti aturan lombanya bagaimana. Tapi tetap dilibatkan (dan sstt... kalah menang semua dapat hadiah untuk kategori usia ini). Jadilah, harus ada campur tangan orang lain untuk bisa menyelesaikan lomba yang diikuti oleh mereka.




 Seru kan. Di tempat kalian juga pasti seru insya Allah. Benar kan?

abaikan foto selfie yang belum mandi ini (hahahaha, lomba soalnya diadain jam 6.30!!!)

11 komentar

  1. Lomba 17 agustus emang selalu seru mbak...
    Itu kesempatan warga kampung kumpul dan hura-hura bersama hehehe.
    Oya, makasih sudah sharing tentang pendidikan karakter dari lomba 17an ini

    BalasHapus
  2. Iya, tepat. Terima kasih sharingnya, Mbak. Tidak hanya anak-anak sebenarnya, orang dewasa pun sama.

    Salam sukses selalu.

    BalasHapus
  3. lomba-lomba 17an emang asik banget sih mbak, jadi penasaran kenapa adekku gak mau ikutan (--,)

    BalasHapus
  4. Tahun ini di lingkungan rumah hanya ada lomba jalan sehat, tumpengan, buku2 administrasi. Anak2nya udah nggak ada, udah jadi mahasiswa, minimal sma. Dulu sih komplit, ada lomba memindahkan ikan, balap karung, pinsil dlm botol, tarik tambang :)

    BalasHapus
  5. Pengamatan ttg lomba 17an detil banget, Mbak. Jaan. . .

    Di kampungku ada banyak lomba juga. Semua ramai. Puncaknya hari ini. Ada panjat pinang. :D

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah di kompleksku juga ada lomba2 buat anak2. Thifa ikutan, Hana juga ikut-ikutan hihihi.

    BalasHapus
  7. Kmren Abyan jg ikut lomba2, bangga dia dpt juara meski gk ada hadiahnya. Sampe sakit2 mah. :v

    BalasHapus
  8. setuju mbak, dibalik lomba 17an yang kelihatan simple sebenarnya tersimpan makna, saya sudah lama nih gak ikutan lomba, dan belum pernah menang lomba 17an

    BalasHapus
  9. Seru ya lomba 17 agustus -an. Anak-anak ikutan lomba di sekolahnya, tapi nggak menang. Yg penting ikut ngramein aja :)

    BalasHapus
  10. yang penting semangat berlomba dan sportifnya mak..salah satu karakter baik yang bisa kita tanamkan ke anak-anak :)

    BalasHapus