Hidup Sehat Kuat Sampai Tua

[Lifestyle] Hari kamis lalu (30/7/2015) aku naik angkot 03 dari SMA 8 Jakarta untuk pulang ke rumah. Dibanding dengan mikrolet yang tempat duduknya lebih lebar dan lebih luas bagian tengahnya, angkot umumnya lebih sempit. Jadi, jika kita duduk berhadapan maka kemungkinan untuk lutut kita bertabrakan dengan lutut orang yang duduk di hadapan kita tetap ada. Untuk menyiasatinya, maka aku sering duduk dengan lutut dimiringkan sedikit (*resiko punya kaki panjang). Itu sebabnya, aku sering begitu masuk angkot, langsung memilih duduk di kursi paling belakang. disana, aku bisa menyenderkan kakiku di bagian belakang mobil. Jadi, kemungkinan untuk bertemu lutut orang lain bisa dihindari (*sekali lagi, semua pilihan pasti ada resikonya. Pilihanku ini resikonya jika mau turun angkot rada sedikit susah memang karena jauh dari pintu keluar).



Di seberangku ada seorang nenek-nenek. Tapi Masya Allah, meski rambutnya semua sudah memutih, dan keriput sudah memenuhi seluruh lipatan wajah dan leher dan lengannya, nenek tua ini masih tampak begitu segar, penuh semangat, dan sehat serta kuat. Dia membawa keranjang belanjaan yang cukup banyak. Ada buah-buahan, telur, dan sayur-sayuran. Juga potongan ayam di dalam keranjang belanjaannya. Itu, masih ditambah dengan kantong plastik berisi beras 2 kilogram dan minyak goreng 900 mililiter.
Wah.
Untuk beban seorang nenek tua, beban belanjaan yang ditenteng nenek tua ini lumayan berat loh.

Tapi, nenek tua di hadapanku sama sekali tidak menunjukkan wajah kelelahan. Bahkan, beberapa kali dia membantu perempuan lain yang ingin masuk ke dalam angkot tapi kesusahan karena harus membungkuk sambil membawa belanjaan. Beberapa bahkan sambil menggendong anak mereka. Nenek tua ini juga tidak sungkan untuk membantu menuntun anak kecil yang tidak fokus ketika naik dan turun angkot. Senyum terus menerus tersungging di wajahnya yang ramah.


"Ibu... ibu sehat dan segar sekali." Akhirnya, gatal juga mulut ini untuk tidak memberinya pujian tulus.

Si nenek tua tersenyum.

"Iya. Harus. Tua bukan berarti jompo."

Lalu, mulai mengalirlah nasehat dari bibirnya.

Sejak memasuki usia 35 tahun, si nenek mulai mendapatkan kesadaran untuk memulai pola hidup sehat. Caranya, dengan memilih makanan yang benar-benar sehat saja. Jadi, tidak hanya melihat enaknya saja.

"Usia saya sekarang 79 tahun. Sejak usia 45 tahun, saya berhenti mengkonsumsi teh, kopi, dan semua cemilan manis. Kenapa? Karena mereka bisa menyedot kalsium dalam tubuh kita atau menumpuk dalam tubuh dalam bentuk gula yang tidak terpakai. Lalu nanti kita terkena diabetes. Duh, jauhi deh."

"Kalsium itu penting untuk tubuh kita. Ketika sudah tua, produksi kalsium dalam tubuh kita melambat. Ketika melahirkan, kalsium kita tersedot untuk anak yang kita kandung, dan susu yang kita berikan pada anak. Untuk itu kita harus menggantinya dengan makanan dan susu. Saya penggemar susu."

Jujur saja. Aku juga sebenarnya penggemar susu. Tapi, aku tuh termasuk orang yang terpengaruh dengan cepat jika ada sebuah pernyataan yang "sepertinya cukup ilmiah untuk diikuti".

Nah... beberapa tahun lalu, aku mengetahui bahwa katanya, susu itu sebenarnya cukup jahat pada tubuh kita. Kenapa? Karena minum susu dalam jangka waktu yang berkepanjangan ternyata justru bisa menyebabkan osteoporosis dan penyakit lainnya. Sebagai penggemar susu, mendengar itu aku rada-rada sedikit gamang awalnya. Berat rasanya harus berpisah dengan susu. Tapi, karena setiap hari mendengar dan membacanya, jadi akhirnya aku benar-benar putus hubungan dengan yang namanya susu. Beralih ke susu kedelai. Tapi, kok rasanya beda sih. Lebih enak susu sapi sebenarnya. Tapi... apa boleh buat deh.

Itu sebabnya ketika mendengar dari si nenek tua bahwa dia masih tetap mengkonsumsi susu dan merasakan sendiri bahwa tulangnya tetap kuat hingga usia tua, aku jadi gamang lagi nih asli. hahahaha.

Lalu, si nenek menuturkan aneka sayuran dan makanan yang sebaiknya dikonsumsi untuk menjaga kesehatan tulang kita. Sebagai seorang generasi digital, aku langsung dong search di internet aneka sayuran yang direkomendasikan oleh si nenek itu. Dan ternyata benar loh. Ini nih aku dapat fotonya:

credit foto: google
Dan, aku juga menemukan artikel ini nih. Dimana artikel kesehatan ini mencoba untuk meluruskan kesalah pahaman yang telah membentuk mitos tersendiri selama beberapa tahun ini.

Mitos Susu Sapi Berbahaya dan Tak Layak Dikonsumsi1.  Tak ada makanan lain yang lebih sulit dicerna daripada susu sapi.  Padahal, sama seperti makanan lain, dalam keadaan individu sehat susu sapi mudah dicerna. Pada penderita alergi atau hipersensitif saluran cerna, kandungan gluten, kasein, whey, atau 40 protein lainnya yang ada pada susu sapi murni atau susu formula memang bisa mengganggu dan berdampak pada fungsi saluran cerna. Bila fungsi saluran cerna terganggu, maka penyerapannya terganggu.

2.   Kasein yg membentuk kira-kira 80% dari protein yang terdapat dalam susu, langsung menggumpal menjadi satu begitu memasuki lambung sehingga menjadi sangat sulit di cerna. Protein susu sapi terbagi menjadi kasein and whey. Kasein yang berupa bagian susu berbentuk kental biasanya didapatkan pada terdiri dari 76-86% dari protein susu sapi. Kasein dapat dipresipitasi dengan zat asam pada pH 4,6.  Kasein memang bagian paling ental dari susu sapi, tetapi bukan berarti tidak dapat atau sulit dicerna. Sekali lagi penyerapannya terganggu pada penderita hipersensitif dan alergi saluran cerna

3.  Komponen susu yang di jual di toko telah dihomogenisasi dan menghasilkan radikal bebas. Sampai saat ini, tidak ada penelitian yang menunjukkan hal seperti itu. Tetapi memang benar pada penderita alergi susu sapi dapat terjadi pengeluaran berbagai zat mediator di dalam tubuh manusia yang dapat menggganggu tubuh, salah satunya yang berdampak mengahsilkan radikal bebas. Tetapi pada orang sehat hal itu tidak akan terjadi.

4.  Susu yang dipasteurisasi tidak mengandung enzim-enzim berharga, lemaknya teroksidasi dan kualitas proteinnya berubah akibat suhu yg tinggi. Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Tak seperti sterilisasi, pasteurisasi tidak dimaksudkan untuk membunuh seluruh mikroorganisme di makanan. Pasteurisasi bertujuan mencapai "pengurangan log" dalam jumlah organisme, mengurangi jumlah mereka sehingga tidak lagi bisa menyebabkan penyakit dengan syarat produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dan digunakan sebelum tanggal kedaluwarsa.
Pada proses pengolahan susu, penambahan zat gizi tertentu memiliki banyak tujuan, misalnya menggantikan zat gizi yang hilang selama proses pengolahan. Teknik penambahan zat-zat gizi ke dalam makanan disebut fortifikasi. Fortifikasi dalam susu kebanyakan dilakukan ke dalam susu bubuk, dikarenakan selama pengolahan susu menjadi susu bubuk banyak nutrisi yang hilang oleh panas. Salah satu zat gizi yang sering ditambahkan dalam susu bubuk adalah AA dan DHA. Namun demikian, belum ada hasil penelitian yang pasti apakah AA dan DHA yang ditambahkan ke dalam susu bubuk dapat diserap dan dimanfaatkan tubuh sama baiknya dengan yang alami. Jika dilihat dari teknik pengolahannya, susu cair UHT memiliki keunggulan yaitu zat-zat gizi yang terkandung di dalamnya relatif tidak berubah selama proses. Teknik pengolahan UHT (Ultra High Temperature) adalah teknik pengolahan susu paling mutakhir, di mana susu sapi segar dipanaskan dengan suhu 140 C selama 4 detik saja. Hasilnya, susu UHT bebas dari segala mikroba namun sejumlah kandungan nutrisi alaminya tetap terjaga. Sejumlah vitamin, mineral, protein, asam lemak, asam amino yang terkandung di dalamnya tetap aman dan dapat dengan mudah diserap tubuh.

5. Susu yang mengandung banyak zat lemak teroksidasi mengacaukan lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat, dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri dalam usus.Gangguan pada lingkungan dalam usus, meningkatkan jumlah bakteri jahat, dan menghancurkan keseimbangan flora bakteri dalam usus bisa saja terjadi pada orang yang tidak sehat khusus individu yang mengalami daya tahan tubuh menurun seperti penderita AIDS, malnutrisi (kurang gizi), penderita tuberkulosis, gangguan metabolisme dan gangguan kronis lainnya. Hal ini juga bisa terjadi pada penderita autisme, alergi makanan atau penderita intoleransi makanan lainnya. Pada penderita seperti itu memang pemberian susu sapi harus di bawah rekomendasi dokter ahli, karena akan memperberat gangguan pada saluran cerna. Bukan hanya susu berbagai jenis makanan tertentu khususnya yang mengakibatkan reaksi simpang makanan atau alergi makanan dapat menanggu juga. tetapi sebaliknya pada manusia sehat hal tersebut tidak berdampak apapun.

6. Jika wanita hamil minum susu sapi, anak-anak mereka cenderung lebih mudah terjangkit dermatitis atopik (penyakit radang kulit yang parah). Sampai saat ini belum ada cukup bukti ilmiah bahwa dengan pembatasan diet ibu selama kehamilan memainkan peran penting dalam mencegah penyakit atopik pada bayi seperti asma, rinitis alergi (hay fever), alergi makanan atau dermatitis (eksim). Namun Epsghan dan Committes on Nutrition AAP tetap menganjurkan hanya eliminasi diet jenis kacang-kacangan untuk pencegahan alergi sejak dalam kehamilan bukan menghindari susu sapi.

7.   Minum susu terlalu banyak menyebabkan osteoporosis. Dr. Hiromi dalam bukunya memperlihatkan hasil penelitiannya bahwa suplemen kalsium dan produk susu bisa menyebabkan osteoporosis. Dari pubmed atau berbagai literatur penelitian yang resmi dan diakui di dunia, tidak ada satupun penelitian yang menunjukkan hal demikian. Justru sebaliknya, peneltian yang dilakukan Goulding A dkk menunjukkan anak-anak yang menghindari susu dan tidak menggunakan pengganti makanan kaya kalsium yang tepat dan memiliki asupan kalsium yang rendah makanan dan nilai-nilai bone mineral density (kepadatan mineral tulang) yang rendah.

Anak seperti ini beresiko terjadi fraktur atau patah tulang sebelum usia pra pubertas. Justru saat rekomendasi yang benar dalam konsumsi kalsium minimal yang dianjurkan bagi orang dewasa adalah 800mg per hari. Dalam keadaan hamil, kebutuhan Kalsium meningkat menjadi 1000mg per hari. Kadar kalsium per 100ml susu segar adalah 250mg. Jika dalam sehari seseorang mengonsumsi 2-3 gelas susu cair (500ml-750ml), maka perolehan Kalsiumnya adalah 1250mg-1875mg. Tetapi memang terdapat penelitian yang dilakukan oleh Hidvégi E pada penderita alergi susu sapi dapat menurunkan penurunan mineralisasi tulang yang diukur dengan osteodensitometry. Hal ini terjadi karena pada penderita alergi susu sapi selain asupan susu sapi kurang ternyata dapat mengakibatkan kerusakan epitel saluran cerna yang dapat mengganggu penyerapan makanan. Selain itu bila hal ini terjadi dapat terjadi gangguan mual dan muntah yang akan mengakibatkan anak sulit makan. Saat anak sulit makan berkepanjangan terjadi asupan nutrisi tidak optimal sehingga berdampak kekurangan asupan vitamin, mineral atau mikronutrien lainnya termasuk kalsium.

8.  Orang yang minum susu sapi saluran cernanya rusak. Hasil pengamatan Hiromi menunjukkan bahwa bentuk usus orang yang memiliki pola makan dan minum buruk akan terlihat benjol-benjol, luka-luka, bisul-bisul, bercak-bercak hitam, dan menyempit di sana-sini. Ini artinya tidak memenuhi syarat yang diinginkan usus. Sedangkan usus orang yang pola makan dan minumnya baik, digambarkannya sangat bagus, bintik-bintik rata, kemerahan, dan segar.
Hal ini memang tidak salah pada penderita alergi makanan dan intoleransi makanan dapat menganggu saluran cerna dapat berdampak proktokolitis, entero colitis, alergi eosinophilic gastroenteritis, sindrom enteropati, immediate gastrointestinal hypersensitivity (anaphylaxis),oral allergy syndrome, allergic eosinophilic esophagitis, gastritis, gastroenterocolitis, dietary protein enterocolitis, proctitis, enteropathy, celiac disease atau Irritable Bowel Syndrome. Pada bayi bisa berdampak colic, gastroesophageal reflux, dan konstipasi (Sulit BAB) berkepanjangan. Berbagai gangguan tersebut bisa saja dapat menampilkan berbagai tanda dan gejala keruskan saluran cerna seperti yang digambarkan dr Hiromi. Tetapi sekali lagi, hal itu sering terjadi pada penderita alergi dan hipersensitif saluran cerna.

Kehebatan Susu SapiSusu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina. Susu sapi  diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia. Dewasa ini, susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Untuk umur produktif, susu membantu pertumbuhan mereka. Untuk orang lanjut usia, susu membantu menopang tulang agar tidak keropos. Susu mengandung banyak vitamin dan protein.  Secara alamiah susu sapi segar telah mengandung sejumlah vitamin, mineral, laktosa (gula susu), asam lemak esensial (asam linoleat dan asam linolenat), asam amino esensial (triptophan, tirosin), sphingomyelin, laktoferin, serta prebiotik galakto-oligosakarida (GOS) dengan komposisi yang lengkap. Mengingat khasiat dan kandungan gizinya yang sangat lengkap, susu dikelompokkan sebagai pangan fungsional (functional food). Dan sebagai pangan fungsional, susu dapat dikonsumsi tanpa batas karena tidak menimbulkan bahaya apapun. Namun demikian, dalam konsep gizi seimbang, seseorang dianjurkan minum susu sebanyak 2-3 gelas sehari atau setara dengan 500-750ml susu cair.
Kontroversi HiromiDr. Hiromi Shinya adalah seorang ahli bedah gastroenterologi dari Albert Einstein College of Medicine. Penulisan buku The Miracle of Enzyme ternyata diilhami oleh pengalaman seorang anaknya yang mengalami gangguan saluran cerna yang diperberat oleh susu sapi. Demikian juga hal ini ditemukan pada sebagian pasien yang dioperasinya. Dr Hiromi Shinya mengemukakan dampak bahaya susu sapi dapat menimbulkan osteoporosis, luka di usu, polip usus, gangguan enzym, dan berbagai gangguan lainnya. Sehingga dia tidak merekomendasikan untuk minum susu jangka panjang.

Meski hanya berdasarkan pengalaman pribadi, bila disimak opini tersebut memang mungkin tidak salah. Tetapi sebenarnya gangguan itu hanya bisa terjadi pada penderita alergi dan hipersensitifitas saluran cerna. Tetapi tidak akan terjadi pada individu yang sehat. Pada penderita alergi dan hipersensitivitas saluran cerna bila mengkonsumsi susu sapi bisa menganggu berbagai fungsi saluran cerna termasuk ensim pencernaan.

Bahkan dalam penelitian ilmiah yang termuat dalam pubmed dan jurnal ilmiah lainnya menyebutkan bahwa alergi susu sapi bisa berdampak pada kulit, saluran cerna, saluran napas dan berbagai gangguan organ tubuh lainnya. Reaksi akut (jangka pendek) yang sering terjadi adalah gatal dan anafilaksis seperti bengkak pada bibir, syok, pingsan dengan tensi dan tekanan darah turun. Sedangkan reaksi kronis (jangka panjang) yang terjadi adalah asma, dermatitis (eksim kulit) dan gangguan saluran cerna.

Pada bayi bisa berdampak colic, gastroesophageal reflux, dan konstipasi (Sulit BAB) berkepanjangan. Beberapa penelitian lainnya menyebutkan alergi makanan termasuk susu sapi dapat mengganggu perilaku anak seperti gangguan tidur, hiperaktif, gangguan emosi, gangguan konsentrasi, dan memperberat gejala autis. Tetapi, dampak tersebut hanya bisa timbul pada individu yang mengalami alergi atau intoleransi makanan.

Pada anak sehat atau manusia sehat lainnya tidak berdampak yang ditakutkan. Jadi, pendapat susu sapi membuat berbagai dampak yang mengganggu tidak dapat digenerelisasikan. Artinya pada kelompok anak tertentu bisa mengganggu berbegai organ tubuh tetap pada sebagian besar anak sehat tidak akan mengganggu bahkan susu sangat bagus kandungan gizinya.
Gangguan yang disebutkan Hiromi tersebut bukan saja disebabkan bukan hanya oleh susu sapi tetapi juga alergi makanan lainnya seperti coklat, kacang, buah tertentu, ikan laut dan sebagainya. Bila asumsi Hiromi itu digunakan maka coklat, kacang, buah tertentu, ikan laut juga berbahaya bagi kesehatan dan tidak layak untuk dikonsumsi untuk manusia sehat lainnya.

Kontroversi ini juga ditunggangi kepentingan bisnis lainnya. Para oknum pebisnis susu kambing pun memanfaatkan kesempatan ini untuk menyerang keburukan susu sapi. Susu kambing dianggap sebagai menyembuhkan alergi dan dianggap lebih baik dan dapat untuk pengganti pada anak penderita alergi susu sapi. Memang mungkin saja vitamin susu sapi dan susu kambing tidak jauh berbeda, tetapi kandungan protein penyebab alergi juga tidak jauh berbeda. Bila penderita mengalami alergi susu sapi tidak bisa diganti susu kambing. Bila penderita alergi susu sapi tidak terganggu dengan susu kambing, maka kebenaran diagnosis alergi susu sapi sebelumnya patut dipertanyakan kebenarannya.

Tetapi memang benar bila seseorang mengalami alergi susu sapi, intoleransi susu sapi, gangguan metabolik, penderita autuism atau gangguan hipersensitif saluran cerna lainnya maka sebaiknya menghindari susu sapi dan mencari alternatif penggantinya. Tetapi sayangnya, saat ini terdapat kecenderungan berlebihan dalam mendiagnosis alergi susu sapi. Hampir semua anak mengalami gejala alergi langsung divonis sebagai alergi susu sapi padahal belum tentu benar. Bahkan menurut penelitian di beberapa negara di dunia, prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan hanya sekitar 2%. Sekitar 1-7% bayi pada umumnya menderita alergi terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi.

Kontroversi itu mengingatkan pada buku Diet Golongan Darah yang ditulis Dr. Peter D'Adamo. Dia juga menulis bahwa makanan tertentu pada golongan darah tertentu ada yang aman dan yang menggangggu kesehatan. Memang setelah diet tersebut oleh sebagian besar orang mengikuti dan berhasil. Tetapi sebenarnya bila dicermati berbagai makanan yang dihindari adalah kebanyakan makanan yang berisiko alergen atau penyebab alergi tinggi yang dapat mengganggu siapa saja yang mengalami tetapi tidak berdasarkan golongan darah. Artinya, golongan darah apapun bila mengikuti daftar makanan yang manapun pada umumnya sebagian akan relatif berhasil. Tetapi pada orang sehat yang tidak mengalami alergi atau intoleransi makanan tidak akan berdampak apapun meski tidak mengikuti diet golongan darah. Sampai sekarangpun tidak ada penelitian ilmiah yang menunjukkan manfaat diet golongan darah pada kesehatan. Bahkan dalam pubmed atau jurnal kesehatan ilmiah internasional yang kredibel tidak ditemukan satupun penelitian yang dilakukan oleh Dr. Peter D'Adamo tentang diet golongan darah
Kontroversi opini kesehatan sering timbul di dalam masyarakat karena globalisasi dan kecanggihan informasi teknologi yang sangat pesat. Berbagai informasi kesehatan dengan sangat cepat bisa melalui media masa atau media online. Bahkan saat ini lebih dipermudah penyebarannya dan sangat luas dengan adanya BBM, Twitter atau media sosial lainnya. Setiap orang bahkan bukan ahli kesehatanpun dapat dengan bebasnya menyebarkan opini kesehatan tanpa tahu benar tidaknya informasi kesehatan itu secara ilmiah. Selain itu pada umumnya masyarakat awam sering salah dalam menginterpretasikannya. Kontroversi informasi kesehatan seringkali juga ditimbulkan oleh opini dokter, dokter ahli atau pakar kesehatan. (
sumber dari 
http://health.kompas.com/read/2012/07/28/12592329/Heboh.Susu.Sapi.Berbahaya.dan.Tak.Layak.Dikonsumsi)
Oke.
Jadi... hmm... minum susu lagi nggak ya?

13 komentar

  1. saya tetap setia minum susu hihihihi

    BalasHapus
  2. Kudu mulai minum susu lagi iniiihhh...thx Ade :*

    BalasHapus
  3. kalau aku malah kelebihan kalsium mak hiks ada batu kristal oksalat di urine ku ... lagi mau cari cara mnyerap kalsiumnya eh nemu teh tapi sayang udah ga bs minum teh lagi karena pantangan hiks hiks

    BalasHapus
  4. Weeeh, bisa menyedot kalsium si teh kopi itu. Catet bangeett, Bu!

    BalasHapus
  5. Klo aku dr dulu kurang bgitu suka susu mak,kudu nyari sumber kalsium lain nih

    BalasHapus
  6. kalo susu putih kurang suka, jadi jarang minum, tapi produk olahannya seperti yoghurt es krim dll suka mbak

    BalasHapus
  7. Waduh... si nenek kudu dicontoh nih. Aku yang masih 30-an aja udah rempooong banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. benerrr.... aku saja langsung terinspirasi ama ini nenek tua

      Hapus
  8. Saya juga masih belom bisa berpaling dr susu sapi mbak. enaaakkk sih :D

    BalasHapus