Mari Bantu Masyarakat Kecil Yang Jujur

Seorang temanku, adalah salah satu korban PHK di tahun 2008. Perusahaannya bangkrut, sehingga seluruh karyawannya terpaksa dirumahkan tanpa mendapat pesangon sedikitpun.

Jangankan pesangon. Gaji karyawan saja, sudah dua bulan sebelumnya belum dibayar oleh perusahaan. Akhirnya, bersama dengan puluhan karyawan lain, temanku itu pun menjadi pengangguran mendadak setelah sebelumnya menjadi karyawan selama 15 tahun.

Temanku itu tahu bahwa dia harus bekerja. Suaminya sudah tiada, anak masih kecil-kecil, rumah masih ngontrak. Tapi, keinginan untuk bekerja saja ternyata tidak cukup. Mau mencari pekerjaan baru di perusahaan baru, dia terbentur usia yang sudah melewati kepala empat. Mau berwiraswasta tidak punya modal. Setelah luntang-lantung kesana kemari, dia pun mencoba berdagang daster batik yang dia jajakan ke tempat-tempat dimana banyak ibu-ibu sedang berkumpul atau bergerombol. Ibu-ibu kan senang mengenakan daster batik. Dan lebih senang lagi jika harganya murah, dan bisa dibayar dengan cara mencicil. Jadilah temanku itu pedagang daster cicilan. Penghasilan yang dia dapat lumayan untuk menutupi kebutuhan dapur agar bisa terus berasap.

Setelah lima tahun menjadi pedagang daster dengan keuntungan yang tidak seberapa banyak, anak-anaknya pun tumbuh menjadi besar dan beberapa bahkan sudah ada yang  tamat sekolah dan bekerja. Berarti, beban sebagai orang tua tunggal yang harus mencari penghasilan sendiri sedikit berkurang. Ketika itulah baru muncul keinginan untuk coba-coba beralih profesi. Sebelumnya, beberapa kali dia ingin beralih profesi tapi tidak berani dijalankan karena setiap hari harus ada uang yang bisa dia kumpulkan dan "coba-coba beralih profesi" itu identik dengan "kehilangan dulu di awal, dapat gantinya kemudian. Dengan catatan: mungkin loh ya." Nah... efek kehilangan di awal dulu ini yang ingin dia hindari.

Lalu apa profesi yang ingin dia jalankan? Tentu saja yang terkait dengan hobbi masak-memasak. Temanku ini memang hobbi memasak. Sayangnya, hobbi ini identik dengan "harus ada modal" terlebih dahulu. Akhirnya, setelah satu dua orang bersedia memberi modal dengan mempercayakannya untuk menangani masakan di beberapa acara, nama temanku ini mulai direkomendasikan untuk jadi rujukan jika ingin memesan makanan enak-murah. Dari mulut ke mulut, akhirnya, datanglah kesempatan yang tidak disangkanya. Yaitu, ajakan untuk bergabung dengan ibu-ibu manula lain yang sama-sama orang tua tunggal, sama-sama miskin, tapi sama-sama suka memasak, untuk membuat sebuah usaha pengolahan makanan.
Lalu....
TRADAAAAA.
Terbentuklah UKM (usaha kecil menengah) pengolahan ikan duri lunak.

Modalnya didapat dari Bank Dunia.
Bagaimana cara kerjanya?
Ikan Bandeng, didatangkan dari UKM yang bergerak khusus di bidang penyediaan ikan bandeng segar yang ada di daerah Jawa Barat ----->> ikan bandeng itu lalu dikirim ke Citayem untuk diolah oleh UKM dimana temanku dan ibu-ibu lain akan mengolahnya menjadi ikan bandeng presto dan ikan pepes presto.
Untuk packing, kertasnya didatangkan dari UKM daerah lain di Jawa Barat juga ----->> plastiknya pun demikian.
Jadi, masing-masing daerah saling terkait dan saling membantu. Dengan demikian, ada beberapa tempat dimana angka penganggurannya bisa sedikit dikurangi lewat kegiatan masyarakat ini.

NAHHHHH... ini sebabnya ketika temanku ini datang padaku untuk menawarkan ikan hasil olahan UKM-nya, aku dengan senang hati membelinya. Aku niatkan untuk membantu keberlangsungan usaha jujur mereka dan usaha untuk melawan keterpapaan dengan tetap berusaha mereka.

Bayangkan. JIka kita semua membantu usaha mereka, maka insya Allah kita sudah membantu geliat masyarakat untuk bangkit berusaha dengan cara yang lebih mandiri.
Jika bukan kita yang membantu usaha-usaha tersebut, siapa lagi coba?


8 komentar

  1. Saya juga begitu kalau dihadapin kasus yang sama. Bagi saya biar mahalan dikit saya belanja ke sodara, atau ke orang yang saya kenal baik dari pada harus belanja ke orang yang ga saya kenal, apalagi kalau tempat yang besar itu sudah mapan dan kuat. Bisa juga saya lebih milih belanja ke pasar rakyat dari pada belanja ke super market.

    Apabila kita semua menerapkan seperti cara yg mba jelasin diatas, udah kebayang bagi saya gimana pesatnya perkekonomian bangsa ini, karena disamping kita telah menolong mereka, kita secara tidak langsung sudah memotivasi mereka, dan itu juga akan berdampak positif ke masyarakat yang lain untuk menjadi wirausaha... enak lo jadi wirausaha itu, dapat dikit dikit, tapi nikmat dan puas banget... Syaratnya ya itu, komit jaga kepercayaan, serta terus usaha memberikan yg terbaik. Intinya, jika semua calon wirausaha seperti teman mba, dan si konsumen itu sepertinya, saya berani taruhan, ga ada lagi tu krisis global yang menerpa negeri ini seperti tahun 98. Karena dalam hal ini, kekuatan ekonomi masyarakat kita benar-benar ril dan nyata..

    Mengapa saya bicara begini? karena saya bersama istri juga baru merintis usaha kecil-kecilan juga mba, jadi saya paham banget apa yang dirasain dan yg ada di pikiran teman yang mba ceritain diatas.. hehehe..

    BalasHapus
  2. Semangat terus dan jangan pantang menyerah dengan di bentuknya UKM, semoaga terus jaya bagi ibu-ibu yang sedang membuka usahanya, amin yaa mbak :)

    BalasHapus
  3. aku kalau belanja mendahulukan ke toko yang aku kenal dulu begitu pula kalau belanja online

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah ya Mbak Ade ... jalan rezeki terbuka bila memang bersungguh2 mencarinya ...

    BalasHapus
  5. Waah salut untuk ibu-ibu yang bisa survive yah Mbak, asal berusaha, Insya Allah ada jalan :)

    BalasHapus