Putih

Putih
by Ade Anita on Tuesday, 14 December 2010 at 09:47
"Kakinya gatal lagi ya?"
"Iya... gatal banget."
"Sudah, sini ibu kasi bedak ya." Lalu, aku pun mulai menaburi seluruh kaki putri bungsuku dengan bedak Talk untuk gatal. Kaki mungil itu berubah warna menjadi putih. Persis seperti pentungan roti yang dibakar tanpa kulit.
"Nah... gatalnya hiilang kan? Gimana rasanya sekarang?"
...
...
...
Tidak ada jawaban. Aku pun menoleh ke atas, ke arah kepala anakku yang sejak dari tadi pagi celotehnya selalu terdengar dimana-mana. Ceriwis sekali. Tapi, kenapa sekarang senyap?
Di atas kepalaku, anakku itu ternyata sedang menutup seluruh wajahnya dengan kedua belah tangannya yang mungil. Rapat. Pelan-pelan, aku mencoba untuk menyibak jemarinya. Mengintip wajahnya yang tertutup.
"Ada apa?"
"Aku seram melihat kakiku."
"Kenapa?" Lalu aku melihat sepasang kaki yang baru saja aku taburi seluruh permukaan kulitnya dengan bedak tabur Salycil. Tidak ada yang aneh.
"Seperti kaki hantu... oaaaaahhhh... aku takut ibu."
Hah? Waduh.
Sekarang aku mengerti. Kemarin, sebenarnya keluhan kakinya gatal sudah terdengar. Lalu, aku meminta anakku untuk menaburnya dengan bedak Salicyl. Benar dibaluri, tapi tidak lama dia datang lagi dengan sehelai tissue.
"Sudah bu, gatalnya sudah hilang. Jadi, bedaknya aku bersihkan pakai tissue."
Ini menjawab pertanyaan, kenapa keluhan gatal belum hilang juga. Ternyata dia langsung menghapus bedaknya!

"Sstt... sudah. Biasa saja. Apa seramnya sih?"
"Tapi aku takut bu. Kakiku persis seperti kaki hantu yang ada di rumah kosong."
Glek.
"Hantu dimana?"
"Rumah kosong yang waktu itu kita lewati waktu kita jalan-jalan itu loh bu?" Bulu kudukku mulai meremang. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Aku takut hantu (memangnya ada yang berani?); tapi, melihat anakku ketakutan seperti ini, rasa takutku jadi menguap seketika. Putri bungsuku ini, sepertinya memang punya keistimewaan. Dia bisa "melihat dunia lain". Dan itu sebuah karunia yang amat tidak menyenangkan hatinya.
Bayangkan, jika suatu hari sedang asyik jalan-jalan di malam hari, tiba-tiba dia lari menghampiri kita dengan wajah ketakutannya. "Ibu, aku takut. Ada hantu di pohon itu." Wahhh... kita-kita yang tidak melihat apa-apa malah jadi berimajinasi lebih seram (mungkin) dari apa yang dia lihat.

Akupernah punya pengalaman itu. Suatu hari, seperti biasa, aku hanya berdua dengan putriku di rumah. Semua orang sedang dengan aktifitasnya masing-masing. Kerja atau sekolah. Aku mengetik, dan dia bermain tidak jauh dariku. Tiba-tiba, dia datang dengan langkah berlari dan langsung melompat ke pangkuanku. HOP.
"Hei, kenapa?"
"Ada yang datang, ibu." (bisik-bisik)
"Siapa?" (bisik-bisik)
""Aku nggak tahu, tapi mukanya seram. Banyak bolong dimana-mana, penuh darah, rambutnya panjang." (bisik-bisik)
"Di rumah kita?" Putriku mengangguk sambil langsung membenamkan seluruh wajahnya ke dadaku. Tapi aku? Dimana bisa aku sembunyikan wajahku ini? Sumpah, aku kan juga takut. Wajah penuh lubang, penuh darah, rambut panjang.. aduh... menyeramkan sekali. Aku langsung teringat wajah orang yang mungkin mati dihajar banyak peluru, atau mati lalu membusuk dan belatung-belatung secara acak menghajar kulitnya hingga timbull lubang secara sembarang.

Aduh! Bagaimana ini?
"Sst, Dik, dia ada dimana?" (bisik-bisik)
"Di tempat mainku. Lagi berdiri saja." (bisik-bisik)
"Melihat kemana?" (bisik-bisik. DAMN, Ade!! Kenapa harus mengeluarkan pertanyaan konyol ini?) Benaman kepala putriku kian dalam menyerusuk.
"Dia melihat ke arah kita ibu. Tapi dia diam saja." WUAAAAAAAAAAAAAAAA..... that's it! Jantungku langsung terasa melorot ke lantai. Bagaimana ini? Mau lari, lari kemana? Hantu itu sedang melihat kami? M-E-L-I-H-A-T__K-A-M-I. Ya Tuhan. Aku langsung gemetar tanpa sebab.
"Ayo, dik, kita baca doa saja." Lalu berdua kami langsung merapal semua surat-surat dalam Al Quran yang kami percaya bisa membantu mengusir Syaitan. Bukan hanya satu dua kali bolak balik. tapi berkali-kali. Hingga bibir ini terasa kering. Setelah lelah, pelan aku kembali berbisik di telinga si kecilku.
"Sudah pergi belum dia?" Kepala putriku terangkat dan langsung melemparkan pandangannya ke tempatnya bermain. Dia menggeleng. Alhamdulillah. Lalu dia menengok ke wajahku dan langsung kembali membenamkan wajahnya dengan cepat ke dadaku. Kali ini amat cepat dan pucat piasnya sempat aku lihat. Aku langsung berdebar-debar. Sesuatu pasti tidak beres. Sesuatu pasti tidak beres. Insting seorang penakutku bergejolak. Nyaliku langsung ciut seketika.

"Ada apa lagi?" (bisik-bisik)
.... (Tidak ada jawaban, hanya gelengan kuat dan benaman kepala yang kian dalam)
"Sst, kenapa sayang?" (bisik-bisik). Lalu aku mendekatkan telingaku ke mulut mungil putriku. Suaranya terdengar pelan, lebih pelan dari bisikannya. "Dia ada di belakang ibu sekarang."
WAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA.....
Mulutku langsung komat-kamit merapal semua doa dan surat yang aku hapal. Kali ini mirip orang berdzikir dengan suara keras. Tidak lagi dzikir dengan suara pelan. Ya Allah, tolong aku. Lindungi aku dari yang terlihat dan yang tidak terlihat. Sungguh, lindungi aku dan anakku. Rapalan doaku kian panjang. Samar, aku juga mendengar anakku ikut merapal doa bersamaku. Tapi suaranya tenggelam karena wajahnya masih terbenam. Hiks. Enaknya jika masih kecil, kita bisa berlari mencari perlindungan pada pelukan bunda. Tapi bagaimana jika bundanya yang takut? Aduh.. dia ada di belakangku sodara-sodara.

Angin bertiup masuk dari celah jendela kamar yang terbuka. Aku tidak peduli.
Jam berdentang menandakan waktu telah berganti. Itu aku acuhkan.
Mataku terpejam, aku takut si dia yang tidak terlihat, yang memiliki tubuh dan wajah berlubang-lubang, penuh darah dan berambut panjang, menampakkan dirinya di hadapanku. Itu aku tidak mau lihat.
Hingga akhirnya tangan mungil anakku mengelus pipiku lembut dan hangat. Barulah mataku terbuka.
"Bu, dia sudah pergi."
"Sungguh?"
"Iya, pergi lewat jendela tadi."
Ah.. syukurlah.

Itu kejadian beberapa waktu yang lalu. Dan sekarang, kejadiannya berbeda lagi. Putriku takut melihat kakinya sendiri yang putih berbedak karena teringat hantu yang dia lihat di rumah kosong yang pernah kami lewati.
'Sudah nak, jangan takut. Kan, hantunya nggak ganggu kan?" Kedua tangan yang menangkup wajah itu mulai terbuka. Wajah polosnya mulai terlihat. Ada senyum disana.
"Iya sih. Dia cuma diam saja."
"Nah, berarti dia nggak ganggu kita. Mungkin dia baik. Selama dia nggak ganggu, berarti dia baik." (Teori yang salah! Catat!). Wajah putriku mulai kembali tenang dan senyum ceriwisnya mulai tampak.
"Iya sih bu, dia baik. Yang jahat itu yang besar."
"Hah? Memangnya ada berapa?"
"Ada tiga bu di rumah itu. Ada yang putih semua, mukanya putih, tangannya putih, bajunya putih, rambutnya panjang banget. Ada juga yang kecil, matanya merah, ada yang besar. Yang besar sama yang kecil jahat. Mukanya seram banget. Dia melototin aku. Yang besar malah matanya kayak marah ke aku."
Aduh.. duh.. Bagaimana ini? Celoteh ini perlu didengar tidak sih? (dilema seorang ibu)
"Ya sudah, kita nggak usah pikirin mana yang jahat mana yang baik. Kita ngapalin surat aja yuk, untuk minta tolong sama Allah supaya hantunya nggak bisa gangguin kita."
FIUH. Selesai sudah pekerjaan seorang ibu hari ini. Alhamdulillah.
-----------------
Penulis: Ade Anita (kisah ini nyata loh. Dialami oleh Hawna. Kalau nggak percaya, coba tengok ada siapa di belakang kalian saat ini?)

Like · Comment · Share · Delete
Dwi Klik Santosa, Lin Wulynne, Miyosi Ariefiansyah and 3 others like this.
Cepi Sabre untung .........

untung saya bacanya siang-siang ...
10 December at 16:17 · Like
Ade Anita ehehehe.... padahal cuma baca ya? bayangkan posisiku...
10 December at 16:18 · Like
Cepi Sabre saya pernah kok berada di posisi yang sama, mba ade. anak tetangga tentu saja. karena saya belum punya anak.

solusinya sederhana: si anak dikembalikan kepada ibunya, sementara saya ngacir dengan sepeda motor dengan kecepatan maksimal tanpa m...See more
10 December at 16:22 · Like
Wisye Gazali Mbak Ade... semoga kemampuan Hawna ini menghilang for good... anak pertamaku juga Mb tp saat itu farrell tidak bs mendeskripsikannya dgn kata2, cuma ketakutan dan menirukan gaya yg dilihatnya... Alhamdulillah kmd menghilang. skrg anak ke3ku...kat
10 December at 16:23 · Like
Ragil Papa Aira Aku seumur-umur belum pernah lihat lho bu, tapi jangaaan..aaahh..
10 December at 16:24 via Facebook Mobile · Like
Wisye Gazali maaf ke-klik :D saran temenku, dibacakan Al-Baqarah setiap hari... skrg ketakutannya gak terlalu ganggu aktivitas Amr
10 December at 16:25 · Like
Fitriya 'Phiet' Indah Pratiwi whuaaaa....jadi serem sendiri...mana sendirian lagi di kamar....
10 December at 16:25 · Like
Ade Anita ‎@cepi: "solusi yang jitu.. ..benar-benar jalan keluar yang tepat." (bisik-bisik dan gemetar)
10 December at 16:26 · Like
Ade Anita ‎@wisye: iyahh.. aku juga waktu masih kecil bisa melihatnya... tapi setelah besar sekarang menghilang dengan sendirinya... kata orang sih, yang bisa melihat itu cuma anak kecil yang belum punya dosa... hehehe.. jadi ketahuan deh, punya banyak dosa.. :P
10 December at 16:27 · Like
Ade Anita ‎@ragil: iya jangan sampai.. bener deh..,, mereka lebih seram daripada yang di film horor (meski ada beberapa yang mirip banget. FIlm Juon misalnya.. asli, aku pernah lihat yang seperti itu di atas pohon dahulu sekali)
10 December at 16:28 · Like
Ade Anita ‎@fitri: hahahaha... gotcha!.. aku emang lagi cari teman..
10 December at 16:29 · Like
Fitriya 'Phiet' Indah Pratiwi aduhhh...kirain ini tadi cerita ringan mbak ade yg kayak biasanya...ternyata...>.<
10 December at 16:34 · Like
Ade Anita ‎@fitri: hehehe; ini cerita ringan juga kok.. ringan sama dipikul berat sama dijinjing
10 December at 16:44 via Facebook Mobile · Like
Fitriya 'Phiet' Indah Pratiwi serem sama-sama meremmmmm.....
10 December at 16:47 · Like
Ade Anita loh? baru tuh peribahasanya..hahaha
10 December at 16:50 via Facebook Mobile · Like
Fitriya 'Phiet' Indah Pratiwi ‎:D...baru ketulis tadi...
10 December at 16:53 · Like
Anne Adzkia Indriani Ih.mbak ade...beneran,untung bacanya siang2.mdh2an aku gak byngin yg nggak2 kalo plg malem sendirian.tp aku mendingan gak baca or denger cerita serem deh.apalagi kisah nyata kyk gini..ga mau di tag lagi kalo ada cerita horror :D
10 December at 16:54 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita wahh.. anne..padahal lagi terpikir untuk nyusun kisah horor.. ini lagi belajar.. kalo dibukukan, nggak bakal kamu beli dunk?
10 December at 16:57 via Facebook Mobile · Like
Arfianti Dwi Kusuma He3...ada kemiripan dg pengalamanku de...he2 ayo de kamu tulis n jadiin buku...
10 December at 17:01 via Facebook Mobile · Like
Ade Anita sip sip..tks fi
10 December at 17:41 via Facebook Mobile · Like
Sari Viciawati mbak....! aku milih cerita kucing aja ah dari pada hantuuuuu... :p
10 December at 17:46 · Like
Astri Olifia ih mb ade serem deh ceritanya mana aq bacanya lg maghrib (ngaruh ya?) ... :)
10 December at 18:06 · Like
Nur Azizah mba adeeeeeeee...gak mau..gak mau, aku gak mau di share cerita yg kyk gini. huhuhu T_T

aku ketemu dlm mimpi aja, napasku udah megap2 beneran. zikir lidah rasanya kakuuuu bangettt...kyk dicekik :'(
10 December at 18:08 · Like
Ilham Q Moehiddin Hihihihihih..lucunya ibu dan anak ini. ngobrol dari satu topik ke topik lainnya dgn lucu dan ditulis dgn begitu menghibur. Hihihihihi, cerdas ya, Hawna.

Mungkin bagus tulisan ini dibuat berseri; Aku dan Hawna #3, sebab jika tak keliru kisah ...See more
10 December at 18:21 · Like
Leyla Imtichanah iiih... sereeem...aku jgn ditag lagi ya kalo yg horor2. Beneran, aku memang ga suka cerita horor. Apalagi kalo horornya horor Indonesia, itu hantu2nya kan deskripsinya sama dgn yg di tipi2.
10 December at 18:51 · Like
Diana R Wardhana mbak tp suamiku.. dr kcl sp skrg msh bs liat yg kayak gt.. klo crt jg kayak msh hawna.. expresi kagetnya msh keliatan.. klo d pikir2 kasian ya.. hihihi
10 December at 19:32 via Facebook Mobile · Like
Rizky Vidia Pratama Hmmm bagus br baca malem2 :s
10 December at 20:53 via Facebook Mobile · Like
Nur Rahma Hanifah Astagfirullah.... Hhhh... Smoga gak pernah lihat. Amin...
10 December at 21:20 via Facebook Mobile · Like
Witri Sansris giliran aqu yg "nyesel" baca kisah hawna hiks.. ^_^ BTW mba ade, aq pernah baca di majalah Ghoib, kalau anak2 yang bisa "melihat" itu sebaiknya ditutup jalannya. ya macam di rukyah gitu. buat kebaikan anak itu sendiri. krn suatu saat bisa jadi makhluk2 itu mengganggu bahkan mempengaruhi jiwa anak kita. maaf ya mba, aq kasian sm hawna sj.
10 December at 22:02 · Like
Elvinawati Nugroho masya Allah kasian kk hawna masa bermainnya "di ganggu", smg hawna bisa mengatasi nya dg baik & sgera di hilangkan, aamiin. Iyah bener kata m'wit, aq jg pernah baca dibuku. Klo dibuku yg qu baca kasus nya lbh buruk sampe bs "bkomunikasi" n solusi yg dilakukan dg cara ruqyah, allahua'lam.
10 December at 22:36 via Facebook Mobile · Like
Astrid Septyanti Fuyuharuaki Untung astrid bcnya subuh2,jin2 udh pd ngacir.
bnr mb kt mb2 diatas,
sbaikx dilatih hfl bbrp srt krn klo smpai dwsa. .
11 December at 04:43 via Facebook Mobile · Like
Astrid Septyanti Fuyuharuaki Blm smbuh,brarti ada jin bersemayam dlm tbh,lbh bhya kan?
smga kemampuan itu sgra hilang y mb, , , :)
11 December at 04:44 via Facebook Mobile · Like
Miyosi Ariefiansyah untung bacanya siang2,

wahhh jadi keinget film nya bruce willis yg the sixt sense itu lhohh mbk, seremmmm
jadi keinget muridku pisan yg tanpa rasa berdosa bilang, "bu yosi urang mah lihat hantu anak2?" dan aku bertanya "di mana nak?" dia men...See more
11 December at 13:45 · Like
Miyosi Ariefiansyah mbk ade sbaiknya gimana mbk?? soalnya ponakanku jg bisa lihat,

duhh knp ya slalu anak2 yg diserang,
11 December at 13:46 · Like
Miyosi Ariefiansyah mbk izin share
11 December at 13:47 · Like
Lin Wulynne innaa kaida syaithaani kaaana dha'iifa, sesungguhnya tipu daya setan itu lemah. anak kecil bisa diganggu mata, telinga, hidung(inderanya) krn bentengnya lemah. saya denger setan terluka (entah gimana terlukanya) jika diserang dg bacaan Qur'an. wallahu a'lam siy :)
11 December at 14:33 · Like
Akhi Dirman Al-amin Full ngeri bbanget. tapi aku bacanya malah sambil senyum2 :)
mbak juga sih, napa juga tanya2. ehehehehehe
mmgnya bam kemna mbak saat itu?
11 December at 15:11 · Like
Astrid Septyanti Fuyuharuaki Klau blh ksh srn,ndak sh di rukyah mb.sering2 aja putar murottal dirumah + brsha jaga wudhu.insylh lama kelamaan hlg
11 December at 16:15 via Facebook Mobile · Like · 1 person
Elisa Trisnawati serem banget sih de ..............emang bingung ya kl punya anak yg bisa liat gitu, membimbingnya ga boleh sampe salah.
11 December at 18:54 · Like
Afifah Ahmad Aku sempat baca ini tengah malam waktu suami kebagian ngantor malem....pas bagian tengah cepet2 deh kututup dipending buat pagi ajah...*ngaku kalo penakut*

eh...akhirnya malah kelupaan nerusin baca hehe

Tapi, kalau soal pengalaman Hawna meman...See more
12 December at 14:30 · Like
Dessy Aja awal2 baca kupikir wah cerita ibu yg penuh kasih nih..eh..lama2 ga tahan mbakk..ngaku deh..aku penakuutt..tinggal drumh sendiri aja tak berani..hehe....jd maaf tak kuselesaikan bacanya...
13 December at 21:01 · Like
Ade Anita oke.. aku catat, berarti untuk tulisan horor, aku nggak akan ngetag Leyla, nur azizah, dessy, sari dan anne... hehehe.. maaf ya...
14 December at 09:51 · Like
Ade Anita ‎@witri, elvi, hmm... dirukyah ya? jujur, rukyah itu sendiri masih ada di wilayah abu2 kalau nggak salah.. diperbolehkan ataukah tidak diperbolehkan dalam islam. Aku mungkin tidak akan merukyah hawna, lebih spesifiknya, tidak mau mengobati sesuatu dengan sesuatu yang masih diperdebatkan statusnya. Tapi terima kasih untuk saarannya.
14 December at 09:54 · Like
Ade Anita ‎@miyo: silahkan saja.
@lin: iya.. aku amat sangat percaya itu.
14 December at 09:59 · Like
Ade Anita ‎@diana: hehehe... iya.. kasian lagi mereka yang bisa melihat itu..
14 December at 10:00 · Like
Ade Anita ‎@akhi dirman: masalahnya, aku kasihan dengan hawna.. dia takut sendirian, jadi pingin berbagi aja meski aku nggak bisa melihatnya (eh, aku dulu bisa lihat loh, tapi sekarang sudah tidak bisa lihat lagi)... nah, berbagi itu ya mau nggak mau dengan cara bertanya..
14 December at 10:01 · Like
Astrid Septyanti Fuyuharuaki Iya mb,jgn dirukyah.msh diperdebatkn.
rajin2 dgrkan murottal dan mengaji sj.
14 December at 18:28 via Facebook Mobile · Like

Tidak ada komentar