Dalam porsinya masing-masing ayah dan ibu memiliki peranan yang amat besar pada anak-anak. Hanya saja, karena ibu sering bersama anak-anak, maka ibu mungkin lebih memberi pengaruh yang amat besar pada anak-anak.
Entah itu dalam bentuk cara bersikap si anak, cara berpikir, atau cara mengambil tindakan. Dan ayah, lebih sering mengambil peranan sebagai pencari nafkah dan juga posisi melindungi anak dan istrinya.
Ada satu pertanyaan yang pernah diajukan padaku oleh seorang teman."Aku seorang ayah. Gimana sih caranya kok kamu bisa begitu dekat dengan ayahmu dulu? Aku pingin anak-anakku bisa sedekat itu denganku. Jadi bisa tetap ada yang mengingatku ketika aku meninggal nanti dan dengan penuh pengharapan mengirimkan doa padaku."
Wah.
Pertanyaan berat.
Kenapa berat?
Karena rasa sayang itu tidak bisa direkayasa. Dia sesuatu yang tumbuh secara alami dan lahir karena sebuah rasa percaya.
Karena kita percaya bahwa orang lain di luar diri kita bisa memberi rasa nyaman maka kita pun memutuskan untuk dekat dengan orang tersebut.
Karena kita percaya bahwa orang lain di luar diri kita bisa melindungi kita, maka kita pun memutuskan untuk merasa nyaman berada bersamanya.
Karena kita percaya bahwa orang lain tersebut akan baik pada kita karena dia sayang pada kita, maka kita pun mulai balik menyayangi dia juga.
Demikian rasa sayang itu tumbuh.
Bertunas.
Lalu berakar kuat.
Begitu kuat hingga ketika tidak bisa terjadi kebersamaan pun, yang tertinggal adalah rasa sayang itu saja.
Dan itulah yang menerbitkan rasa rindu, lalu mendorong kita untuk mengirimkan doa-doa kebaikan pada orang yang kita rindukan.
Demikian juga yang terjadi pada anak-anak.
Jadi, jika ditanyakan bagaimana agar anak menyayangi kita? Bagaimana agar anak bisa dekat dengan kita? Itu semua harus diusahakan. Dan disinilah peranan ayah dan ibu dalam bekerja sama dalam usaha ini.
Jika ayah sibuk, ibu bisa membangun rasa percaya anak pada ayah mereka lewat cerita-cerita ibu tentang kehebatan ayah. Tentang betapa besar rasa sayang dan perhatian yang diberikan oleh ayah, yang tidak disadari oleh anak-anak.
"Dulu, ayahmu lah yang selalu menyediakan lengannya sepanjang malam untuk jadi bantal untuk leher dan pundakmu. Karena, dirimu jika tidur di atas bantal sering tersedak. Dan itu bikin kamu kebangun terus. Jadi besoknya kurang tidur. Nanti kalau sudah beberapa hari nggak tidur, jatuh sakit. Nah... biar kamu nggak sakit-sakitan, ayah bersedia meminjamkan lengannya untuk jadi bantalmu. Meski besoknya tangan ayah berasa kram-kram gitu. Terus kerja dalam keadaan tangan pegal-pegal. Tapi ayah selalu ikhlas. Kenapa? Karena ayah sayang banget sama kamu."
"Dulu, ayahmu lah yang selalu meminjamkan dadanya yang hangat untuk bisa merangkulmu jika kamu demam dan panas tinggi. Ini namanya pengobatan metode rangkulan kanguru. Jadi, karena badan kita panas, maka ketika kita bertemu dengan sesuatu yang juga bersifat panas, maka otomatis otak kita merasa bahwa panasnya sudah berlebihan nih. Jadi harus diturunin lagi. Nah. Ini nih metode menurunkan demam panas anak. Masalahnya, tubuh ayah lebih hangat daripada tubuh ibu, jadi ayah deh yang bersedia meminjamkan dadanya untuk ditempeli dengan tubuh mungil bayi yang demam panas. Kenapa? Karena ayah sayang banget sama kamu dan pingin kamu segera sembuh. Biar bisa main lagi deh."
Nah. Itulah peranan ibu untuk mengembangkan rasa sayang pada anak jika anaknya jarang bertemu dengan ayah mereka yang sibuk mencari uang.
Hal ini juga berlaku sebaliknya. Jaman sekarang, terkadang ayah lebih banyak di rumah dan melakukan banyak hal dan sebaliknya ibu bekerja di luar rumah dan mencari nafkah. Maka, ayah bisa menceritakan tentang kebaikan ibu dan betapa besar peranan ibu bagi anak. Hingga terbangun image positif ibu di benak anak. Akhirnya, rasa sayang anak pada ibu pun tetap dapat dipelihara.
Rasa sayang dan hormat anak pada kedua orang tuanya akan luntur jika ayah dan ibu mereka saling membuka aib pasangannya masing-masing.
"Ibumu tuh, suka narsis nggak karuan."
"Ayahmu tuh, kerja saja kerjanya. Jarang banget ada di rumah. Nyebelin."
"Ibumu tuh, boros banget jadi orang. Segala mau dibeli."
"Ayahmu tuh, mana ada perhatian jika kamu lagi sakit gini. Paling juga nyuruh ke dokter. Emangnya ke dokter bisa langsung sembuh apa? Nggak mau nyoba alternatif dulu."
STOP.
STOP saling menjelekkkan pasangan kita di depan anak-anak. Karena image anak-anak tentang kedua orang mereka akan membuat rasa percaya mereka pada orang tuanya terus menipis. Jika terus menipis lalu menghilang, maka , rasa sayang pun akan sulit untuk tumbuh.
Nah. Ini ada video yang mengabadikan betapa besar peranan ayah dalam hidup seorang anak. Yang mungkin peranan tersebut tidak disadari atau belum diketahui oleh anak-anak. Kadang, kejadian kecil memang sering terlewatkan. Dan itulah pentingnya sebuah kegiatan "menceritakan kembali", meski hanya sebuah kejadian sederhana.
Pelajaran bkn hanya utk ayah, tp calon org tua
BalasHapusIya Jiah. Karena orang tua itu paket lengkap dalam mendidik anak.
HapusSemoga kelak saya bisa menjadi ayah yang baik... :')
BalasHapusAyahku meninggal saat aku kelas 6 SD tapi terekam cintanya membekas banget. Padahal ayah dan ibu beda kota. Kami ketemu pas weekend aja.
BalasHapusahhh..aku haus kasih sayang ayah niy, coz sedari lahir tak ingat siapa ayahku,alhamdulillah mendapatkan perlakuan kasih sayang dr kakek, Ayah Tiri tapi rasanya mungkin beda ya Mak hiks..
BalasHapusMakanya sebisa mungkin mendekatkan anakku dg papanya agar mendapat kasih sayang yg seimbang :D
MAkasih maak mengingatkan, masih harus banyak belajar jadi orang tua niy ..
itu yg selalu aku dan suami lakuin.. saling dukung di depan anak2.. walo kdg kita ga sepaham, tp sebisa mungkin jgn tunjukin dpn anak :)
BalasHapuskarena peran orang tua tidak bertumpu pada ibu saja ya mbak ayah juga penting banget
BalasHapusJangan membuka aib dedepan anak-anak biar anak-anak menaruh rasa hormat pada orang tua. Saling memuji didepan anak-anak. Ayah dan ibu punya peran. Setuju.
BalasHapussaya ingat, dulu saat saya sakit, papa yang gak pernah tidur untuk jagain saya sepanjang malam..
BalasHapusbaca tulisan Mba Ade ini jadi teringat sama almarhum papa :'(
Saya suka tulisan ini ...
BalasHapusHarus diakui ... beberapa tahun yang lalu ... jika saya mengambil rapor anak-anak saya. Saya jadi golongan minoritas, sebagian besar yang ngambil rapor ibu. Saya paling ganteng. Saingan saya cuma pak guru wali kelas (itupun kalau walikelasnya seorang Bapak)
Tapi Alhamdulillah ... tiga empat tahun terakhir saya mulai banyak saingan. Banyak Bapak-bapak wangi macho yang ringan langkah datang ke sekolah menggandeng putra atau putrinya dan mengambil rapor di kelas plus diskusi dengan walikelas
salam saya
Ayah itu peranannya ngga main-main ya mba.. Dan terasa bedanya mereka yang mendapat kasih sayang ayah dan mereka yang tidak..
BalasHapus