[Lifestyle: Keuangan] Aku mendapat sebuah email. Isinya, tentang kegalauan seorang ibu yang memiliki 4 orang anak yang masih kecil-kecil (usia 4, 6, 8, 10). Kenapa si ibu ini galau? Karena, suaminya, tiba-tiba saja mengajukan permintaan untuk bisa menikah lagi dengan perempuan lain.
"Gimana ya mbak? Apa yang harus saya lakukan? Anak-anak saya masih kecil-kecil. Saya sebenarnya tidak ingin suami saya menikah lagi. Saya tidak ikhlas. Tapi, jika saya keberatan saya takut suami saya menceraikan saya. Jika saya jadi janda, bagaimana kehidupan saya selanjutnya? Karena, saya selama ini hanya menjadi seorang ibu rumah tangga saja."
Akhirnya, kami email-emailan (dulu waktu belum musim email, mungkin kami sudah surat-suratan ya).
Ada beberapa hal yang aku minta pada si ibu untuk dilakukan:
1. Jangan buru-buru minta cerai sebelum dia yakin bahwa itu adalah keputusan yang benar dan terbaik (karena Islam, memang membolehkan perceraian tapi itu sebagai pintu darurat saja. Itu sebabnya meski dibolehkan tapi perceraian itu dibenci oleh Allah).
Apa patokan bahwa bercerai adalah keputusan yang terbaik?
- yaitu jika suaminya sudah menelantarkan dia dan anak-anak setelah melakukan pernikahan kembali dengan perempuan lain (ketika poligami sudah terjadi)
- atau ketika suami ternyata tidak dapat berbuat adil dan hal ini tidak dapat diperbaiki oleh suami
- atau telah terjadi perilaku kekerasan (baik fisik maupun psikis) akibat pernikahan poligami (sering karena suami stress ketika membagi waktu, tanpa sadar dia mulai melakukan kekerasan pada salah satu istrinya)
- atau suami sudah melalaikan apa yang menjadi kewajiban dia sebagai suami pada istrinya
- (sebenarnya ada hadits yang mengatakan seorang wanita bisa mengajukan perceraian ketika cinta sudah hilang dalam dirinya; tapi karena ini terlalu subjektif maka yang alasan terakhir ini tidak bisa digunakan sih menurutku. Terlebih karena wanita sering mendahulukan emosi ketimbang logika ketika sedang galau).
Imam Ibnu Qudamah telah menyebutkan kaidah dalam hal ini. Beliau mengatakan,
وجمله الأمر أن المرأة إذا كرهت زوجها لخلقه أو خلقه أو دينه أو كبره أو ضعفه أو نحو ذلك وخشيت أن لا تؤدي حق الله في طاعته جاز لها أن تخالعه بعوض تفتدي به نفسها منه
“Kesimpulan masalah ini, bahwa seorang wanita, jika membenci suaminya karena akhlaknya atau karena fisiknya atau karena agamanya, atau karena usianya yang sudah tua, atau karena dia lemah, atau alasan yang semisalnya, sementara dia khawatir tidak bisa menunaikan hak Allah dalam mentaati sang suami, maka boleh baginya untuk meminta khulu’ (gugat cerai) kepada suaminya dengan memberikan biaya/ganti untuk melepaskan dirinya.” (al-Mughni, 7:323).
2,
Jangan buru-buru minta cerai sebelum yakin bahwa kita punya kemampuan untuk bisa hidup secara mandiri.
Saran kedua ini, penting sekali.
P-E-N-T-I-N-G.
Kenapa? Karena, memang sih di persidangan perceraian ada pasal dimana lelaki, harus menafkahi anaknya dari hasil pernikahan sebelumnya hingga anaknya tersebut bisa mandiri. Juga ada ketentuan agar lelaki memberi tunjangan pada mantan istrinya selama beberapa waktu ke depan. Tapiiiii.... percaya deh, itu cuma mentereng di atas kertas saja. Ketika sudah ketok palu, biasanya sih yang namanya urusan duit, sudah susah untuk dipegang.
Apalagi jika gaji lelaki sudah diatur seluruhnya oleh istri barunya... Beuhhhh.
Atau istri barunya ternyata manja-kenes-menal-menul jadi mau minta apa saja rasanya sayang jika tidak diberikan.... Beuhhhh.
Atau istri barunya punya keluarga yang ternyata harus dibiayai juga... Beuuuhhhh.
Atau di pernikahan barunya, keluarga ini harus terpisah jauh tempatnya... Beuhhh.
Pokoknya,
say good bye deh sama ketentuan harus ngasih tunjangan.
Nah... jika sudah begitu, jika perempuan yang dicerai tidak punya kemampuan apapun untuk bisa hidup secara mandiri... duh... alamat-alamat deh... bakalan runyam urusan ekonominya. Apalagi jika sudah punya anak-anak. Kecil-kecil lagi anaknya. Makin double runyam.
|
sumber foto |
Jadi...
PUNYA KEMAMPUAN UNTUK BISA HIDUP SECARA MANDIRI bagi seorang perempuan itu menurutku sih... WAJIB! Karena Cinta saja tidak cukup memang bagi sepasang suami istri.
(
Ish, mbak Ade ini, memangnya semua pernikahan itu pasti bercerai, kok pake ngewajibin segala sih? Loh? Bukan gitu. Kan, usia dan masa depan kita tidak pernah tahu loh. Lagipula, perceraian itu terbagi dua, ada yang cerai hidup ada juga yang cerai mati. Tuh... itu tuh maksudku).
Dalam rangka memandirikan diri sendiri bagi seorang perempuan yang sudah menikah, yang aku maksud disini adalah, tidak harus dalam bentuk harus berkarir di luar rumah. Jadi ibu rumah tangga pun, kita bisa kok mewujudkan langkah untuk bisa mandiri. Yaitu dengan membiasakan diri untuk disiplin menabung.
Aku sendiri, selalu mengusahakan agar bisa menyisihkan uang belanja untuk ditabung. Yaitu dengan cara, aku ikut arisan. Nanti, begitu dapat arisan, uang arisannya aku masukkan deposito deh.
Kenapa harus ikut arisan segala? Karena, kalau mendisiplinkan diri untuk tertib menyisihkan uang atas kemauan sendiri, dan tidak mengambilnya lagi itu susyaaaahhh jenderal!. Sejak ada teknologi ATM, jika kurang duit dikit, aku pasti lari ke ATM. Jadilah aku tidak pernah bisa menabung meski cuma sedikit. Nah... kalau ikut arisan, mau nggak mau aku kan harus setoran tiap bulan. Bisa digetok orang sekelompok arisan jika aku menolak untuk setoran. Nah, setelah dapat, biar duitnya aman aku masukkan ke deposito deh.
Mau tanya lagi nggak kenapa aku masukkan ke deposito dan bukan ke tabungan biasa saja? Ya itu tadi, karena sejak ada teknologi ATM, duit di tabungan biasa pun tidak selamat dari semangat menguras yang berkobar dalam dada.
Kebetulan, sekarang ada website keuangan yang menurutku amat membantu para ibu atau perempuan agar bisa lebih melek untuk urusan Finansial. Tidak perlu panas-panasan dan bermacet-macetan ke bank hanya untuk mendapatkan informasi tentang cara aman menabung. Apalagi sekarang yang namanya bank itu banyak banget. Nggak mungkin rasanya didatangi satu persatu cuma untuk mendapatkan informasi tentang pelayanan jasa mereka. Website ini adalah
Cermati.com. Tagline website cermati sendiri adalah: sumber keuangan yang bisa dipercaya.
Produk-produk yang ditawarkan oleh Cermati memungkinkan kita untuk membuat keputusan finansial yang paling tepat dan cermat untuk situasi finansial Kita.
Berikut produk-produ keuangan yang terdapat di Cermati.com:
sumber foto
Sekarang, jika kalian ingin tahu mengapa aku menabung dan memilih tabungan deposito di bank syariah, disana ada tuh keterangannya. Lengkap lagi tentang
deposito syariah dan
tabungan syariah. Eh... malah sekarang Bank Syariah juga sudah mengeluarkan
kartu kredit loh. Tentu saja
kartu kredit syariah.
Aku sendiri, sejak regulasi dibukanya keran kebijakan pemerintah untuk keberadaan Bank Syariah, aku langsung meninggalkan semua kegiatan keuangan yang selama ini aku lakukan di bank konvensional. Semua aku pindahkan ke Bank Syariah.
Apa perbedaan antara Tabungan dengan sistem syariah dengan Tabungan umum selama ini (bank konvensional)?
Kelebihan sistem syariah dibandingkan sistem konvensional adalah usaha syariah berdasarkan Syariat Islam yang mengkedepankan rasa keadilan dan transparansi dalam melakukan transaksi/deal dengan nasabah. Dalam hal perbedaan antara Tabungan Syariah dan Tabungan umum, yang paling utama adalah Tabungan (dan juga produk dana lainnya) dalam sistem syariah tidak mengenal bunga (interest) yang tetap seperti bank konvensional, melainkan dikenal dengan istilah bagi hasil (nisbah). Jadi pada saat awal pembukaan rekening dilakukan perjanjian bagi hasil yang tetap antara bank dengan calon nasabah (sumber: cermati).
Jika kalian ingin tahu apa yang disebut dengan nisbah (bagi hasil), silahkan baca di tulisan ini: "Apa yang dimaksud dengan nisbah (bagi hasil)?".
Menabung itu... bukan cuma untuk gaya-gayaan saja kok. Tapi, menabung itu berguna untuk mempersiapkan masa depan. Jika terjadi sesuatu, kita tetap punya tabungan yang setidaknya bisa membuat kita lebih leluasa dalam memikirkan apa langkah selanjutnya. Karena, untuk bisa melangkah dengan penuh percaya diri itu, diperlukan kemampuan keuangan yang bisa cukup untuk menyanggah dan menopang segala rencana yang akan dilakukan.
Cermati: karena cinta saja tidak cukup. Harus ada kemampuan untuk bisa mandiri. Makanya jangan terlena dengan nikmatnya jadi ibu rumah tangga lalu lupa bahwa meski sudah jadi ibu rumah tangga yang namanya menabung untuk masa depan itu tetap harus.
KUDU. Baik itu menabung uang, menabung ilmu, dan menabung pahala juga.
Semoga rumah tangga kita semua senantiasa Sakinah, mawaddah Warahmah. Aamiin.