Mungkin bagi orang lain hal ini sepele banget ya. Karena yang namanya sarjana itu di jaman sekarang sudah berjubel jumlahnya. Mau sarjana apa saja ada. Tapi, karena ini adalah anak sulungku, jadi rasanya sesuatu banget gitu. Mungkin karena aku bekerja sebagai ibu rumah tangga full yang tanpa pengasuh jadi mengikuti perkembangan dia secara langsung sejak dia lahir. Suka dukanya langsung teringat kembali. Jadi, ketika dia memberikan undangan untuk menghadiri wisuda sarjananya tuh rasanya... Masya Allah... mengharukan. Langsung terbayang kembali semua kenangan yang kami miliki selama ini.
Ibam ketika lahir, lalu usia 3 bulan dibawa ke Sydney |
Ibam yang sudah diajak kemana-mana sejak kecil |
berbagai kejadian bersama Ibam |
Ketika akhirnya kami pulang kembali ke Indonesia, aku dan Ibam mengalami banyak kejadian bersama. Ketika dia pulang dengan gigi seri yang patah karena terjatuh di kelasnya dan mengakibatkan gigi serinya patah.
"Duh, gigiku ngilu banget kalau ketawa atau ngomong." Lalu dengan bergegas ke dokter untuk menambal gigi serinya yang patah lalu ketika membayar terkaget-kaget karena ternyata tagihannya bikin tongpes. hahahaha.
Atau ketika dia terkena cacar air seluruh badannya. Biasanya, kami tidur di kamar yang sama. Tapi karena dia terkena cacar air terpaksa harus diungsikan ke kamar khusus sendirian. Mengolesi setiap bulir cacar airnya satu demi satu dengan salep, merawatnya agar cacarnya cepat sembuh, demamnya hilang. Ah... seru.
Atau ketika kami terpaksa harus menjalankan program Home Schooling karena kepindahan mendadak ke Malaysia selama beberapa waktu jadi tidak mungkin dimasukkan ke sekolah formal.
Atau ketika akhirnya kami memutuskan untuk memberinya adik lagi ketika dia sudah cukup besar.
Semuanya seru dan mengharukan.
Hingga tidak terasa dia akhirnya sudah semakin dewasa.
Lalu tiba-tiba sudah tidak mau lagi jika dipeluk-peluk.
Tidak mau lagi dicium-cium.
"Duh, ibu. Malu ah, emangnya aku anak kecil."
Padahal, meski dia sudah besar di mataku dia tetap anak kecilku yang masih ingin aku peluk dan cium (duh, berebes mili nih nulis curhat ini).
Lalu tiba-tiba dia sudah kuliah.
Itu sebabnya ketika bongkar-bongkar barang yang di gudang aku menemukan serpihan kenangan dalam bentuk barang-barang ketika Ibam masih kecil dahulu, aku menangis sesenggukan karena teringat semua kenangan yang seru, haru biru dan hangat yang pernah aku miliki bersama Ibamku.
kaus kaki dan kaus tangan Ibam ketika dia masih bayi baru lahir |
Baju kesukaan ibam waktu dia masih kecil. Sampai lusuh dan bolong tapi baju ini tetap baju paforit ketika dia masih kecil dulu. |
Beberapa waktu lalu, ketika aku memperlihatkan baju ini ke dia yang sudah kuliah, dia hanya meliriknya dengan senyuman. Dia tidak tahu, bahwa aku sudah menangis sesenggukan gara-gara ingat semua kenangan bersama baju ini ketika aku menemukan baju ini di dalam kardus. Ah... sepertinya aku ibu yang susah membuang kenangan.
Dan karena aku tahu Ibam sekarang adalah anak yang tidak mau dianggap seperti anak kecil lagi, aku hanya bisa mengikuti perkembangan dia diam-diam saja.
Diam-diam bersedih ketika dia pulang dengan kaki telanjang karena sepatunya dicuri di mushalla kampus.
Atau diam-diam prihatin ketika dia pulang dan bercerita bahwa notebooknya dicuri orang. Atau diam-diam berdoa dalam tahadjutku setelah mendengar bahwa di dalam notebook yang dicuri itu ada draft skripsi dia. Atau diam-diam penasaran bagaimana perkembangan kuliahnya, pertemanannya, pergaulannya.
Ahhh... semua harus dilakukan diam-diam. Padahal aku menyayangi dia amat besar.
Seperti ada dinding kaca dimana kita bisa melihat segala yang terjadi tapi tidak bisa menyentuhnya secara langsung. Buatku, itu sesuatu yang sering menyesakkan.
Penasaran tapi nggak bisa ngulik.
Kangen tapi nggak bisa meluk dan nyium.
Kesal tapi nggak boleh marah-marah.
Senang tapi nggak bisa jingkrak-jingkrak berdua.
Sedih tapi tidak bisa saling berpelukan.
Itu sebabnya, ketika dia akhirnya memberikan undangan untuk wisuda sarjana... rasanya aku senanggg sekali. Dan itu semua terjadi di bulan Agustus 2015. My Blessfull on August.
Seperti ada kembang api di dalam dadaku yang meletus dan menggelegar memenuhi seluruh angkasa. Gegap gempita penuh pesona. Masya Allah.
yeaaa... foto sekeluarga |
Ibam, rektor UI Pak Anis, Dekan Fasilkom UI Bu Mirna, dan suamiku yang juga guru besar FISIP UI, Isbandi R. Adi |
Ibam dan aku |
Alhamdulillah. Masya Allah. Semoga ke depannya segalanya menjadi lebih mudah bagi dirinya. Selalu mendapat yang terbaik.
---------------------------
tulisan ini diikut sertakan dalam give away Blessful August Giveaways by indahnuria.com
ANak cowok kalau sudah merasa besar kebanyakan begitu ya mbak.
BalasHapusIkut terharu baca tulisan ini
Masya Allah. Udah wisuda ya, mba Ade? Moga selalu dimudahkan untuk tahap selanjutnya.
BalasHapusSubhanallah, bahagia ya mb melihat flash back masa2 anak.
BalasHapusTau2 sudah wisuda.
Tahniah untuk mb n klg :)
Salam kenal mb
Blogger baru tapi lama (lama g ngeblog)
Hai hai..salam kenal juga makasih ya
Hapus, baru ajah kemarin meluk yah mbak eh skrg udah g terasa dewasa lagi hihi
BalasHapusmbaakk. kirain yg ibam masih SMA,, mukanya imut2 sangatttt hihihi..
BalasHapussukses terus ya buat Ibam, bahagia terus buat Mbak dan keluarga :)
Aamiin..makasih ya
Hapusya ampuuun Ibaaam...luuucuuu bangeeet sih mbaaaa....dari kecil udah ngegemesin hihihihii...selamaat yaaah udah wisuda, alhamdulillaaaah :)
BalasHapusThanks for joining my GA #BlessfulAugust..bon courage mbaaa :)
Iyaa..aslinya waktu kecil pipinya putih dengan blushing kemerahan kayak tomat..gemesin
HapusBundaaaa, Mas Ibam sudah punya calon belum? xixixixi
BalasHapusHahahha gak tauuu
HapusMasyaallah kebayang bangga nya... selamat buat mbak ade dan Ibam ya... moga2 sukses :)
BalasHapusMakasihh mom...
HapusIbam selamat ya sudah wisuda... satu tahap telah dilalui. Sukses untukmu....
BalasHapusMbak Ade, rajin ih nyimpen2 benda2 kenangan saat Ibam masih kecil dulu.
Ibam sejak kecil sudah keliatan ganteng ya Mbak hehehe
Iya..krn ada nilai sejarahnya buat aku jadi aku simpen
HapusJadi ikutan terharu membacanya... pasti sangat bangga sekali dan sulit diucapkan dg kata2...
BalasHapusMungkin seperti ada beribu-ribu bunga memenuhi hati ya mak...selamat utk mas Ibam, semoga kesuksesan selalu bersamanya...
Ikut terharu mbak. Semoga Ibam tetap rendah hati dan selalu sayang ibunya. Aamiin
BalasHapusselamat ya ibam.. Wah, ternyata udah ganteng sejak lahir :D
BalasHapusIbaaaam gak apa-apa dong ibunya masih suka nyium-nyium & meluk itu tanda sayang :)
BalasHapusIkut teharu....mas ibam cuco deh imut2 jd ngebayangin Sean nanti besarnya speti apa yaaa???
BalasHapusGutlak ya mba GA nya :)
Mbaaaak, ya ampun terharu masih menyimpan baju ibam waktu kecil, mau dipakein ke anak ibam nanti gak?
BalasHapusMau dipeluk Ibu? Kalau dipeluk Tante Pungky gmn? :D
BalasHapusPas kecil kayak artis2 gituuu. Ibam ganteng dari keciil ternyataah. :D
APA INIH BAWA BAWA AKUH. Mau komen serius jadi ngikik ngikik ngarep baca ini. EH? :v
HapusIbamnya ganteeeng mbaak ade... hehe... saya harus siap2 nih bakalan nggak bisa meluk2 dan nyium2 anak saya lagi ketika dia sudah beranjak dewasa. sekarang mau puas2in dulu deh...
BalasHapusSubhanallah, mamahnya masih kece gini punya anak sudah sarjana. Pantesan suami kalau difoto wajah serius terus ya mbak, ternyata beliau guru besar, sinau terus heheheee.... Lovely family.
BalasHapusIbam waktu kecil lucu hihihi. Selamat buat Ibam.
BalasHapusAku juga sama mbak Ade, suka terkenang saat2 anak kecil dulu, tau2 aja anak2 sudah remaja :)
Aakkkkk...ibammmm...
BalasHapusAlhamdulillah ya mba ade :")
Waktu berjalan begitu cepat :")
mengharukan sekali mbak, anaknya udah wisuda... selamat mbak. :D
BalasHapusKisahnya jleb banget mbak, semoga saja karirnya semakin bagus. :D
BalasHapusEnaknya liburan ke sydney,, apalagi anak sudah besar,, sudah jadi sarjana. pasti bangga sekali rasanya .. merasa ikut senang setelah membacanya :) artikel yang sangat menginspirasi bagi ayah yang merindukan momongan seperti saya ini :)
BalasHapus