Seiring perubahan waktu, tentu saja ada pergeseran keinginan dan impian. Aku tidak lagi ingin menjadi gadis model. Aku ingin menjadi seorang pematung atau pemahat. Di mataku, seorang perempuan dengan rambut panjang, kaus sederhana, memakai rok panjang, dengan alat pahat di tangannya itu luar biasa keren. Di hadapannya ada gelondongan kayu yang siap diukirnya. Dia duduk di atas kursi bulat dan meneliti semua serat kayu yang ada di hadapannya. Membaca usia kayu dan membayangkan sejarah apa saja yang telah dilalui oleh gelondongan kayu di hadapannya. Konon, setiap garis kayu yang terlihat berputar dan membentuk pusaran di tengah-tengah kayu itu menandakan berapa tahun usia kayu tersebut. Hingga akhirnya seorang teman menegur cita-cita jaman aku SMP ini sebagai cita-cita yang sebaiknya tidak usah diteruskan. Dengan cepat, aku pun beralih pada mimpi yang berikutnya.
Ya. Mimpiku memang banyak dan sepertinya tidak pernah ada habis-habisnya. Aku lalu bermimpi suatu saat nanti aku akan menjelma menjadi seorang penulis terkenal. Dan kalian tahu tidak, jika kau memimpikan sesuatu, maka aku tidak pernah memimpikannya setengah-setengah. Aku akan menyematkan sebuah mimpi dasyat di dalamnya. Dasyat dalam arti, "aku ingin sesuatu dan ketika sesuatu itu terjadi, aku ingin aku memiliki penampilan terbaik untuk memperlihatkannya pada orang banyak."
Jadi, jangan heran jika dalam impianku, aku menyematkan sebuah daftar panjang bagaimana penampilan terbaikku ketika mimpiku itu menjelma nyata. Tentu saja tidak akan aku sebut semua daftar itu disini. Aih, itu mah rahasia dapurku (hehehe). Tapi, salah satu penampilan terbaik seorang penulis dalam benakku adalah: aku duduk di sebuah kursi dengan alas duduk berbentuk bulat. Kaki kursi itu cuma ada satu, tinggi dan menyisakan sebuah pijakan kaki bulat aluminium di sepertiga kaki kursi yang tinggi sehingga yang duduk di atasnya tidak jatuh. Di hadapanku, ada sebuah meja kecil dengan sebuah notebook super tipis yang keren. Dan tidak jauh dari tempatku duduk, ada Andy F. Noya sedang memilin-milin pulpen di tangannya sementara jauh di hadapan kami ada banyak sekali penonton dan kamera-kamera yang bekerja merekam wawancara yang dilakukan Andy F. Noya padaku.
Ya. Ini penampilan keren seorang penulis dalam bayanganku. Di wawancarai dalam sebuah acara bergengsi di televisi nasional yang disaksikan oleh orang banyak di rumah-rumah sehubungan dengan buku best seller yang telah dicetak berulang kali yang telah kuhasilkan... WAAAAA.... mauuuuuu (maunya pake banget).
Memiliki sebuah notebook tipis yang ringan, tidak pakai ribet dengan belitan kabel yang berseliweran, tidak pakai rusuh karena sibuk mencari bangku dengan colokan listrik di dekatnya, adalah impian semua penulis kurasa. Karena dengan notebook yang tipis dan ringan dan tidak pakai ribet itu, seorang penulis insya Allah bisa menulis di mana saja.
Di restoran atau kafe sambil mendengarkan iringan musik group band yang menyanyikan lagu-lagu easy going di hadapannya sambil mengetik di atas meja restoran atau kafe tersebut. Di sebelah notebooknya, ada segelas minuman dingin dengan sedotan yang menekuk kepalanya, dan sebuah payung amat mini yang berdiri tenang bersama seiris jeruk di pinggir gelas minuman tersebut. Aih, itu keren abis kan.
Atau, duduk sambil memangku notebook tipis di atas bangku taman sembari mengawasi anak-anak bermain di taman. Sesekali anak-anaknya datang untuk menceritakan betapa serunya permainan yang mereka mainkan dan aku bisa mendengarkan cerita mereka tanpa perlu mematikan notebookku karena yakin selesai bercerita anak-anak pasti akan kembali ke permainannya. Sepeninggallan mereka, aku bisa kembali menulis.
Semua itu tentu saja bisa aku wujudkan jika saja:
1. Notebook yang aku miliki tipis. Super tipis lebih baik. Kenapa harus tipis? Karena dengan notebook tipis (bahkan yang super tipis lebih baik), aku tidak perlu kepayahan harus membawa tas notebook yang besar dan berat. Notebook itu bisa aku letakkan di tas tangan khusus notebook yang mungil yang bisa ditenteng. Dengan demikian, aku bisa tetap membawa tas tanganku yang cantik (hehehe, aku kan penggemar model tas tangan keren loh).
2. Notebook yang baterenya tahan lama. Repot banget rasanya jika harus membawa sebuah notebook yang Cuma tahan satu atau satu setengah jam-an. Itu kan sama saja artinya dengan kita harus membawa adaptor untuk mengisi ulang batere kemana-mana. Belum lagi harus mencari bangku yang dekat dengan colokan listrik. Aduhh... kebayang repotnya.
3. Notebook yang aku miliki bukan produk China dengan merek yang tidak jelas (hahahaha. Jujur saja, sekarang tuh ada banyak produk notebook tipis dengan harga murah dan merek gak jelas. Penampilan fisik mereka sih mirip dengan notebook dari merek yang kompeten. Tapi soal ketahanan barangnya, aduhhh.... temanku ada yang baru enam bulan pakai notebooknya tiba-tiba mengeluarkan asap karena kepanasan. Brrr... nggak deh).
Semua itu tampaknya kok... bisa didapat di notebook super tipis Acer ya. Loh?
Coba saja perhatikan deh notebook Acer Aspire E1-432.
Acer Aspire E1-432 |
Acer E1 ini tipis (Dimensi: 30% Lebih Tipis! Dibanding model notebook serupa di kelasnya), ringan (ya otomatisnya ringan karena ketipisannya itu), baterenya tahan lama (tahu nggak, ternyata sudah pernah dilakukan sebuah pengujian terhadap notebook ini dan hasilnya, Baterai dengan kapasitas 2500 mAh ini dapat bertahan hingga 6 jam (359 menit) untuk memutar konten multimedia (film HD), dan berkisar 3-4 jam saat menjalankan game), dan soal spesifikasinya juga tidak perlu diragukan lagi. Meski tipis, bukan berarti notebook ini membuang bagian-bagian yang dianggap penting seperti DVD-RW. Juga Aspire E1-432 memiliki tiga buah port USB, yang satu diantaranya sudah menggunakan USB 3.0 dengan transfer data 10x lipat lebih kencang dibandingkan USB 2.0, dan terdapat juga sebuah card reader yang dapat membaca memori berbasis SD Card dan MMC yang biasa digunakan pada kamera. Dengan begitu, kita bisa menulis sambil mendengarkan lagu yang berasal dari walkman yang dihubungkan dengan USB, dan sekaligus bisa berselancar dengan menggunakan modem yang juga disematkan lewat USB port. Wohooo.. keren banget itu.
Dan yang utama adalah, Merek Acer itu sudah tidak perlu diragukan lagi. Ini adalah merek terkenal yang sudah dipercaya oleh banyak orang. Jadi, amat jauh berbeda dengan merek abal-abal meski mungkin model notebook tipis seperti Acer E1 Sllim series banyak ditiru oleh merek tidak jelas lainnya.
Gimana? Setuju nggak jika Acer Aspire E1 Series itu keren?
-----------------
“Tulisan ini diikutsertakan dalam event “30 Hari Blog Challenge, Bikin Notebook 30% Lebih Tipis” yang diselenggarakan oleh Kumpulan Emak Blogger (KEB) dan Acer Indonesia.”