Gepetto amatlah terkejut. Kemarin malam sebelum tidur, batang kayu yang diukirnya hanyalah sebuah patung boneka anak kecil yang masih kaku dan belum lagi halus. Tapi pagi ini, berdiri di hadapannya seorang anak kecil setinggi boneka kayu buatannya. Kulit tubuh anak tersebut masih menyerupai serat-serat kayu, coklat dan menampakkan profil kayu. Di beberapa bagian engselnya, masih terlihat paku dan baut penyatunya. Gepetto menggosok matanya berkali-kali. Apakah mungkin ini boneka kayu yang dibuatnya kemarin? Tiba-tiba ada suara yang mengagetkan Gepetto.
Gepetto. Jangan terkejut, aku peri biru. Harapanmu telah aku kabulkan. Boneka kayu yang kau buat, kini telah menjadi seorang anak lelaki. Tapi dia belumlah bisa jadi manusia sempurna jika belum melalui ujian untuk mendapatkan hati nurani. Boneka kayu itu, panggillah dia dengan nama Pinokio.Sejak itulah cerita Pinokio, Boneka kayu yang lucu dan jenaka mulai terjalin. Setelah melalui berbagai macam ujian dan cobaan, pada akhirnya Pinokio menjadi anak manusia dan diadopsi oleh Gepetto yang memang tidak memiliki seorang anakpun.
Terlepas dari asal cerita ini dan gambaran tokoh yang bertebaran di dalamnya, cerita Pinokio menggambarkan sebuah harapan dari banyak orang tua untuk dapat memperoleh anak. Tapi tak ada harapan yang bisa terpenuhi dengan mudah begitu saja. Perlu ada perjuangan agar harapan itu bisa terpenuhi. Dan ketika harapan itu ternyata hanya tinggal harapan, maka jangan langsung putus asa dan melupakan semua harapan dan berhenti berdoa. Masih ada keajaiban yang akan datang pada siapa saja yang tidak pernah putus asa yang datangnya dari Yang Maha Pencipta.
Bicara tentang harapan dan usaha untuk meraihnya, ada cerita lain yang juga bertajuk tentang kehidupan sebuah boneka. Yaitu tentang kehidupan Boneka Barbie. Berbeda dengan Pinokio yang hidup dengan latar belakang kehidupan yang miskin dan nge-deso, Barbie hidup dengan latar belakang kehidupan kaya raya, Kosmopolitan dan kondisi serba enak. Inilah cerita tentang harapan dan impian kebanyakan wanita di seluruh dunia ini. Yaitu memperoleh semua nikmat hidup dalam kapasitas yang maksimal. Cantik, pintar, kaya, seksi, mulus, rambut yang indah, punya banyak teman, punya pasangan yang juga sama gantengnya, rumah yang besar, koleksi pakaian yang indah-indah dan mewah-mewah, ada ranch, mobil sport terbaru, caravan, kolam renang pribadi, dan bla bla bla.
Jika kita tilik lebih dalam dari dua cerita di atas lalu kita persandingkan dengan kehidupan di dunia nyata, ada sebuah gambaran yang akan kita lihat. Pada cerita Pinokio, gambaran itu adalah, mencoba untuk memasukkan nilai-nilai kemanusiaan dalam sebuah kisah khayalan. Sebaliknya pada cerita Barbie doll, justru terjadi hal sebaliknya. Mencoba untuk membangkitkan nilai-nilai khayalan dan mimpi dalam kisah kehidupan nyata. Kenapa harus bermimpi jika mimpi itu bisa kita wujudkan?
Banyak wanita yang punya mimpi untuk bisa menjadi sempurna. Punya wajah putih mulus, hidung mancung, pinggul yang seksi, betis yang bak jantung pisang tergantung, serta rambut yang mempesona. Persis seperti kecantikan yang dimiliki oleh boneka Barbie. Para gadis kecil yang beranjak remaja, mulai senang mendandani boneka Barbienya dengan aksesoris yang beaneka macam karena ada sebuah kesadaran bahwa hanya pada boneka Barbielah bisa dikenakan berbagai macam aksesoris yang menawan. Barbie punya kesempurnaan yang nyaris tiada cacat. Dipasangkan gaun tertutup dia tetap cantik, dikenakan pakaian serba minim kian mempesona. Dikepang terlihat manis, dikonde terlihat anggun, bahkan dipotong pendekpun terlihat kian imut-imut. Inilah enaknya punya banyak kesempurnaan. Diapa-apain saja tetap oke sepanjang waktu.
Pada akhirnya, banyak wanita yang mulai bermimpi jika saja dirinyalah yang menjelma seperti Barbie. Celah mimpi inilah yang ditangkap dengan baik oleh industri kecantikan. Dan era meraih impian lewat kosmetik dan pengobatan-pun mulai mengadakan persaingan.
Saya pernah bertemu dengan seorang teman lama. Ketika bertemu dengannya, hampir-hampir saja saya tidak mengenalinya. Dulu ketika kecil, kulitnya coklat kehitam-hitaman, dengan rambut keriting kusut dan hidung pesek. Tapi ketika kami bertemu, ternyata dia sudah jauh berubah. Rambutnya tebal dan lurus amat indah. Kulit wajah dan bahkan seluruh kulit tubuhnya putih mulus. Bibirnya yang dahulu tipis dan pucat kini tampak sedikit tebal dan amat seksi bergayut. Hidungnya mancung dan menggemaskan. Dagunya sedikit terbelah. Ah, cantik seperti boneka.