[Lifestye] Apakah kalian sudah mulai sering mengeluhkan hal-hal yang
beragam dari rumah yang kalian tempati? Atap bocor, mulai banyak sarang tikus,
dinding jebol, genteng yang turun, pagar yang karatan, tiang rumah yang miring,
listrik yang mulai sering padam tanpa sebab, dan sebagainya? Jika iya,
jangan-jangan itu disebabkan karena rumah kalian yang sudah waktunya untuk
direnovasi. Just like mine. hehehe.
Rumahku itu, dulu dibangun tahun 1978. Awalnya adalah tiga
buah rumah petak yang berjajar ke belakang di pinggir jalan (jadi satu rumah
menghadap ke jalan besar, dua sisanya menghadap ke gang sempit). Rumah yang
menghadap ke jalan besar itulah rumahku, dua sisanya adalah rumah orang lain.
Karena sesuatu hal, rumah petak di belakang rumahku akhirnya dibeli sehingga rumahku
pun memanjang ke belakang. Dan penyatuan dilakukan hanya dengan menjebol
dinding, dan melakukan penyesuaian agar tiga rumah serasi menyatu. Selanjutnya,
rumahku itu beberapa kali hanya melakuan renovasi kecil-kecilan saja seperti
tangga ke tempat jemuran yang dipindahkan letaknya, mesin air yang semula di
dapur dipindahkan ke depan rumah, garasi yang dilebarkan, ruang tamu yang
disulap jadi kamar tidur, dan garasi yang disulap jadi ruang tamu, dapur yang
berpindah letaknya ke beberapa tempat, penambahan kamar mandi, dan sebagainya.
Renovasi kecil-kecilan ini, jika dihitung-hitung ternyata biaya yang
dikeluarkan jika dikumpulkan sudah mencapai ratusan juta rupiah!
Beberapa Biaya Yang Dikeluarkan Ketika Renovasi Rumah
- Biaya memindahkan dapur plus tambah dak baru untuk tempat
jemuran: Rp80.000.000 (ini renovasi terbesar dari rangkaian renovasi
kecil-kecil kami karena mengubah struktur ruangan di rumah kami secara
keseluruhan)
- Biaya memindahkan tangga dari ruang keluarga ke pojok
rumah di belakang: Rp50.000.000 (membengkak karena ada ide untuk sekalian
menambahkan lemari di bawah tangga sebagai gudang tambahan)
- Biaya bikin kamar mandi baru: Rp10.000.000 (awalnya murah
tapi belakangan ternyata tukang kesulitan untuk menyalurkan tempat untuk
membuang kotoran dari WC, sehingga harus membuat lubang septitank baru).
- Biaya memperbaiki langit-langit di atas dapur yang bocor:
Rp30.000.000 (membengkak karena dkerjakan oleh seorang kenek yang mengaku
sebagai tukang tapi hasil pekerjaannya berantakan sekali dan tidak bertanggung
jawab sehingga terjadi kebocoran permanen)
- Biaya memperbaiki instalasi listrik yang rusak
berkali-kali: Rp5.000.000 (karena sudah ada jalan tikus yang terbentuk di bawah
atap, maka keberadaan kabel-kabel di atas langit-langit menjadi jembatan bagi
tikus untuk bepergiaan, akibatnya beberapa kali kabelnya terkelupas dan
korslet; belum lagi jika ada kucing yang berkelahi di bawah atap dan merusak
kabel-kabel listrik yang bertebaran. Ini masalah buat rumahku setiap tahun;
puncaknya, dua tahun terakhir, yaitu tahuun 2012 dan 2013, di musim hujan aku
harus mengalami rumah yang instalasi listriknya padam separuh rumah jika hujan
turun).
- Biaya memperbaiki atap rumah yang bocor: Rp15.000.000
(membengkak karena ternyata kebocoran diakibatkan karena jalur air di dak yang
tersumbat jadi harus diganti semua)
Nah. Banyak kan jika dijumlah-jumlah. Tentu saja hal ini
tidak bisa dihindari. Padahal, yang namanya rumah tua itu, selalu ada saja
keluhan yang muncul. Diperbaiki sayap kiri, beberapa bulan kemudian sayap kanan
yang rusak. Diperbaiki bagian depan, tidak sampai setahun bagian belakang juga
rusak. Dan begitu seterusnya bergantian. Melelahkan sekali. Dan sudah pasti:
menguras keuangan kami.
Itu sebabnya, dua tahun terakhir ini (yaitu tahun 2012 dan
2013) jika ada kerusakan di rumah, aku dan suami sepakat untuk
"mencueki"nya. Kami pikir, daripada uang habis terkuras untuk
memperbaiki kerusakan kecil dan satu-satu munculnya itu, lebih baik uangnya
dikumpulkan saja dulu, ditabung dulu, agar bisa melakukan renovasi total. Itu
sebabnya meski atap bagian depan rumahku di pertengahan tahun 2013 tiba-tiba
melorot dan roboh, kami tetap bersabar. Kami sanggah saja dengan tiang kayu
dari tempat tidur yang tidak terpakai lagi. Kami tidak akan memperbaikinya.
Atau ketika musim hujan turun dan instalasi listrik di rumah kami padam separuh
rumah, kami tetap bersabar. Bahkan meski tetangga mengeluh bagian depan rumahku
itu amat gelap seperti rumah hantu sehingga membuat mereka takut, kami tetap
bersabar (lah, pigimana urusannya coba? Kenapa mereka yang cuma lewat takut
padahal kami yang tinggal di dalam rumahnya bisa tenang-tenang saja meski sadar
padamnya listrik karena ada yang korslet?). Atap bocor, beri ember tadahan
di bawahnya. Pintu rusak, perbaiki sekedarnya. Pokoknya, kami benar-benar
bertekad untuk mengalokasikan keuangan untuk menabung agar bisa (sekalian)
merenovasi total. Tidak mau lagi melakukan renovasi kecil-kecilan yang
sebenarnya merugikan dari segi keuangan sekaligus menguras energi.
Akhirnya, tahun ini, 2014, uang tabungan itu sudah cukup
alhamdulillah. Dan mulailah kami menjalankan rencana untuk merenovasi rumah.
Alhamdulillah, rumah yang lama sekarang sudah tinggal kenangan. Pembangunan
rumah yang baru sedang berlangsung saat ini. Nah, tulisan ini aku buat untuk menuliskan
apa yang sebaiknya dilakukan (DO) dan tidak dilakukan (DON'T) jika kalian
berencana ingin merenovasi rumah; berdasarkan pengalamanku sendiri.
RENOVASI RUMAH (PLEASE DO):
1. Siap-siap pindah rumah sementara.
Renovasi rumah itu, identik dengan suara dentuman keras bangunan rumah yang dirobohkan, suara ketukan beruntun dinding yang akan dikelupas, suara benda berat jatuh, suara obrolan para tukang yang saling berteriak dengan bahasa yang kasar, debu yang beterbangan, pasir yang tertiup angin kemana-mana, dan kerikil yang bisa nyasar kemana saja. Nah, untuk itu, ada baiknya jika kalian pindah ke rumah kontrakan terlebih dahulu. Kontraktor bangunan sendiri, umumnya lebih menyukai merenovasi rumah yang tidak ditempati oleh penghuni rumah ketimbang rumah yang direnovasi tapi masih ditempati oleh penghuni rumah. Karena, pembangunan rumah memang selalu menguras emosi karena kondisi yang tidak biasa seperti di atas. Sering pemilik rumah jadi cepat marah, atau banyak protes, atau banyak permintaan jika masih tinggal di lokasi. Jadi, lebih baik sih pindah dulu deh sementara ke rumah kontrakan. Lagipula, pembangunan juga bisa lebih leluasa dilakuukan jika tidak ada banyak barang milik pemilik rumah di dalamnya. Tukang-tukang itu kan dibayar harian, jika satu hari habis dipakai untuk menggeser-geser barang, tentu saja kontraktor merasa dirugikan (dan biaya ongkos tukang juga jadi membengkak sih). Oh ya, aku ada buat tulisan tentang apa yang harus dilakukan jika ingin pindah rumah. Bisa dibaca di sini: pindah rumah 1, pindah rumah 2, pindah rumah 3.2. Temukan dulu kontraktor yang cocok.
Cocok disini bukan berarti murah di kantong. Harus hati-hati
juga jika ada kontraktor rumah yang menyanggupi untuk melakukan renovasi rumah
dengan harga yang amat murah. Sering kejadian di tengah pembangunan rumah, si
kontraktor kabur dengan uang anda karena ternyata pengeluaran yang tekor jadi
dia kabur untuk menyelamatkan sisa uang yang belum terpakai.
Atau, harus hati-hati juga, itu harga murah karena
perhitungan yang dibuat oleh orang yang bukan ahlinya jangan-jangan. Aku mengalami sendiri loh
hal tersebut. Yaitu ketika membuat dak untuk ruang tamu dan ruang makan. Biaya
pembuatannya murah memang. Pembuatannya juga cepat. Pembuatannya dilakukan di
musim panas. Tapi, ketika musim hujan tiba, baru ketahuan bahwa ternyata dak
yang dibuat itu sambungannya tidak bagus sama sekali. Akibatnya, ada kebocoran
permanen di atas ruang tamuku. Kian lama, kebocoran itu kian melebar karena
ternyata aliran air di dalam dak merembet terus hingga ke dinding. Argh.
Mengesalkan sekali jika ingat itu. Akhirnya, ruang tamu tidak bisa lagi
difungsikan sebagai ruang tamu karena kami malu akibat bocor permanen tersebut.
Nah, itu gara-gara ternyata, orang yang mengaku biasa merenovasi rumah
sebenarnya adalah seorang kenek biasa (alias kuli bangunan) yang biasa diajak
dalam pembangunan proyek perumahan. Karena sering diajak membangun rumah, dia
belajar secara otodidak. Masalahnya, otodidaknya dia itu tanpa ilmu. Jadi asli
Cuma "kira-kira" saja alias "mirip" saja. Hasilnya,
pekerjaannya memang sekilas bagus, padahal kualitas pekerjaannya jeleknya minta
ampun. Dinding yang miring, sambungan dak yang tidak rapat, pipa air yang berantakan.
Ugh. Parah deh menyebalkannya (saking kesalnya, aku sampai tidak mau menegur
dia duluan loh jika berpapasan di jalan. Hehehehe).
3. Persiapkan tabungan anda untuk rencana renovasi ini.
Sebelum
melakukan sebuah renovasi, kami diberitahu oleh beberapa orang untuk selalu melebihkan
minimal 10% dari biaya anggaran yang diperlukan. Jadi, jika kontraktor yang
kita tunjuk mengatakan biaya totalnya misalnya 100 juta rupiah, maka itu
berarti uang yang harus kita persiapkan adalah sebesar minimal 110 juta rupiah.
Kenapa harus dilebihkan? Karena, selalu muncul biaya-biaya tak terduga selama
proses pembangunan itu berlangsung. Lebih seringnya sih biaya tak terduga itu
muncul karena ide-ide dadakan dari pemilik rumah.
4. Persiapkan surat-surat yang terkait dengan pembangunan renovasi rumah tersebut.
Meliputi:
surat ijin dari dinas tata kota (ada di kantor kecamatan); surat ijin
mendirikan bangunan (IMB, juga diurus di kantor kecamatan). Nah, mengurus
surat-surat ini tentu saja ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan di kantor
kecamatan tersebut). Jangan sampai di tengah pembangunan, lalu tiba-tiba datang
penertiban dan dibentanglah papan pengumuman.
"BANGUNAN
INI DISEGEL" hanya karena tidak memiliki kelengkapan surat-surat
perijinan (ini informasi tambahan; surat-menyurat yang terkait dengan pembuatan rumah, baik itu renovasi atau membangun kembali, urusannya dengan kantor kecamatan; bukan kantor kelurahan. Jadi, jika ada oknum yang mengaku dari Kelurahan meminta retribusi macam-macam, bisa dipastikan itu adalah retribusi liar yang duitnya akan masuk ke kantong mereka pribadi).
5. Buat selalu rencana perubahan apa yang akan kita lakukan dalam renovasi kali ini.
Jadi,
pembangunan dilakukan dengan sebuah rencana yang transparan jumlah total
anggaran yang diperlukan; jelas apa saja bagian yang akan direnovasi; batas
waktu renovasi itu sampai kapan pun sudah bisa diketahui. Bahkan, harus jelas
juga apa kewajiban kita sebagai pemilik rumah dan pemilik modal dan apa hak-hak
kita. Termasuk disini, harus jelas juga, apakah biaya makan tukang sehari-hari
itu masih kewajiban kita atau bukan kewajiban kita? Lalu jika terjadi
kecelakaan kerja atau ada tukang yang sakit, siapa yang harus
bertanggung-jawab?
6. Buat selalu rencana pemasangan instalasi listrik dan instalasi air serta saluran pembuangan limbah dari rumah yang akan direnovasi tersebut.
Jangan
sampai sudah membuat WC, eh, gak tahunya belum tahu mau dibuang kemana limbah
WC itu ke depannya? Atau, setelah dibuat sumur air bersih, ternyata jaraknya
terlalu dekat dengan septitank rumah. Wah, bisa-bisa busuk air yang dihasilkan
nanti. Juga, harus jelas dulu, rencananya saklar listrik di satu ruangan itu
dimana letaknya dan bentuknya seperti apa. Jangan sampai karena lupa direncanakan lalu
dibuatlah pipa tambahan yang hasilnya merusak keindahan ruangan karena letaknya
yang berantakan.
Nah.. itu
hal-hal yang harus diperhatikan dan harus dikerjakan dalam rencana renovasi
pembangunan rumah. Selanjutnya, ada lagi nih, hal-hal yang sebaiknya dihindari
ketika kita sedang melakuan renovasi pembangunan rumah. Apa sajakah itu? Ada di
kelanjutan tulisan ini berikutnya. Baca terus ya.
2 tahun lalu aku juga membuat kamr mandi baru biayanya kurang lebih segitu ya
BalasHapusgood luck ya!!!
BalasHapusmakasih atas infonya, sangat keren!!!
BalasHapusterima kasih infonya sangat keren
BalasHapusTips yangsangat bagus, perlu persiapan yang matang walau hanya "sekedar" renovasi rumah
BalasHapus