[Catatan Akhir Tahun] Ini catatan akhir tahunku yang masih terkait dengan pengalaman spiritual yang aku dapatkan dari perjalanan ibadah haji 2018 yang aku jalani. Yaitu tentang sebuah doa.
Kalian, pernah tidak pada akhirnya yakin bahwa jawaban sebuah doa yang kalian panjatkan adalah doa itu sudah dikabulkan? Ini, adalah catatan akhir tahunku tentang sebuah doa yang aku panjatkan dan sepertinya dikabulkan dengan segera oleh Allah SWT.
Ketika melakukan manasik haji di Aston Hotel and Resort Bogor, kami, para calon jamaah haji dari travel Patuna Mekar Jaya, kami dibekali oleh berbagai ilmu agama yang terkait dengan rangkaian ibadah haji. Salah satunya adalah, tentang adab berdoa.
Lalu, perjalanan haji 2018 ku pun dimulai.
Tentu saja dimulai dengan naik pesawat menuju Jedah.
Lihat doa yang aku panjatkan di atas kursi pesawat:
Ya Allah, sebagaimana Engkau izinkan orang yang ingin beraktifitas ekonomi beriringan dengan niat haji mereka, izinkan aku mendapatkan hikmah, pelajaran, nasehat, agar bertambah ilmu agamaku, dan mampukan aku untuk bisa menulisnya agar bisa membawa kebaikan dan keberkahan.
Egois sekali ya kegemaranku menulisku ini hingga terselip dalam doa yang aku panjatkan di atas pesawat.
Dan itu belum terasa cukup.
Setelah keterpanaanku melihat awan-awan yang tersaji luas di langit yang dilalui oleh pesawat, aku masih menambahkannya dengan doa tambahan lagi.
"Ya Allah, beri aku taufik dan hidayahMu, lembutkan hatiku agar bisa mudah memahami taufik dan hidayahMu."
Dan jawaban sebuah doa yang aku panjatkan itu adalah, aku dan suami, kehilangan satu buah ransel yang berisi seluruh uang yang suamiku miliki untuk bekal selama menjalankan ibadah haji yang panjang. Sedangkan di tanah air, anak-anakku kemalingan. Bahkan ketika aku dan suami menyadari masih punya kartu kredit di kantong, kartu kredit itupun tertelan oleh mesin ATM.
Lalu perjalanan menjemput hidayah dan meraih taufik Allah pun kami (aku, suami dan anak-anak kami) alami. Kami mulai dari nol. Saling bantu dengan saling memnberi dukungan, saling bantu dengan memberikan doa, dan saling bantu dengan memberikan kasih dan sayang.
Dahulu, ketika pertama kali aku mengenakan jilbab (tahun 2000an), aku sempat bergabung dengan komunitas orang-orang yang mencintai Islam dan ingin belajar Islam secara kaffah. Ada satu nasehat yang sampai sekarang aku ingat dari teman-teman di komunitas ini.
"Ikhlas itu, baru akan terlihat justru ketika antara susah dan senang, sama saja rasanya. Kesusahan tidak terasa menyusahkan, dan kesenangan tidak membuat kita merasa lebih gegap gempita. Semua sama. Begitu sama hingga tidak ada yang bisa menyita perhatian kita untuk mengurangi rasa syukur dan sabar kepada Allah."
Hmm. Sampai sekarang, aku masih belum mencapai titik ini sih sepertinya.
Tapi, lumayan lah, terasa sedikiiiittt banget. Setidaknya, kalian bisa membaca tentang perubahan yang sedikit ini pada tulisan catatan akhir tahunku yang lain, yang berjudul LEBIH DEWASA.
Selama di tanah suci MEKAH dan MADINAH, aku juga punya doa-doa yang lain. Salah satunya adalah, aku memanjatkan doa agar diriku dan anak-anakku dimudahkan untuk bisa mempelajari Al Quran, mengingat Al Quran, mencintai Al Quran, dan menerapkan isi Al Quran dalam kehidupan sehari-hari diriku, suamiku, anak-anak dan semua keturunanku.
Waktu itu, aku sama sekali tidak dapat gambaran seperti apa kelak doa ini bakalan diberi jalan untuk bisa terwujud. Tapi aku percaya bahwa doaku akan dikabulkan Allah karena selain berusaha memenuhi semua 10 adab berdoa yang diajarkan oleh ustad pembimbing haji ketika manasik haji, juga karena aku berdoa di tanah suci. Di tempat dimana ada banyak tempat dimana doa insya Allah akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Tapi, Masya Allah. Begitu sampai di Indonesia kembali, tiba-tiba seorang teman menghubungiku memberitahu bahwa ada teman yang ingin belajar mengaji dan butuh tambahan orang yang sama-sama mau belajar mengaji juga. Akhirnya, kini aku dan anak-anak serta menantuku alhamdulillah belajar mengaji Al Quran dari dasar sekali. Dan perlahan merasa nyaman untuk belajar Al Quran.
Kita, memang tidak pernah tahu bagaimana jalan menuju jawaban kita akan diberikan Allah SWT. Dan karena hal inilah maka kita harus terus memelihara rasa percaya kita bahwa Allah mendengar doa-doa yang kita panjatkan dengan tulus dan penuh kesungguhan.
Di tahun 2018, aku menasehati diriku sendiri, mengingatkan diriku sendiri, dan jika kalian anak-anakku membaca tulisan ibu ini, ibu juga ingin mengingatkan kalian dan menasehati kalian. Agar jangan pernah berputus asa akan rahmah Allah. Allah, tidak akan pernah memberi kita cobaan di luar kemampuan kita.
Jadi... ayo anak-anakku, pertama kita sama-sama terus berusaha secara maksimal untuk melakukan yang terbaik yang kita bisa, lalu kedua berdoa pada Allah SWT. Tidak perlu menunggu jawaban sebuah doa itu. Yakin saja bahwa doa itu akan dikabulkan Allah entah dengan cara yang bagaimana. Lalu, kita kerjakan hal lain dan mulai dari poin pertama lagi.
Tidak ada komentar