Kenangan Masa Kecil Tak Terlupakan

[Keluarga] Suatu hari kala aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Sekolahku, ada di pinggir sungai Ciliwung. Tapi, meski ada di pinggir Sungai Ciliwung, letak tanahnya tinggi. Sehingga sungai Ciliwung terlihat ada di bawah tebing jika kita berdiri di pinggir bantaran sungainya. Itu sebabnya sekolahku tidak pernah mengalami kebanjiran setiap kali Sungai Ciliwung meluap. Eh, di tahun 76 s.d 81, Sungai Ciliwung belum pernah mengalami kondisi meluap hingga menyebabkan banjir parah untuk kota Jakarta sih. Sungai Ciliwung masih ada buayanya bahkan.



Pengadegan tempo dulu, daerah sekitar sekolah dasarku berada, adalah daerah yang belum banyak penghuninya. Suasananya masih rimbun oleh pepohonan. Rumah-rumah penduduk yang ada, adalah rumah-rumah khas Betawi, yang memiliki jendela berdaun ganda yang dibuka keluar, dengan pintu di tengah, dan teras rumah dengan bale-bale kayu di depan rumah untuk duduk-duduk sambil bersila di atas bale-balenya. Pepohonannya besar-besar. Dan akar pohonnya sering mencuat keluar hingga menyerupai lengan gurita yang besar. Beberapa akar pohon, bahkan muat untuk tempat kita bersembunyi di antara akar pohon besar tersebut. Di sekitar pohon besar inipun masih banyak tanah lapangnya untuk anak-anak bermain.

kurang lebih seperti ini nih kondisi akar pohon yang masih dimiliki oleh pohon-pohon di belakang sekolah dasarku dulu. credit foto: https://www.adeanita.com/2015/09/10-hal-menarik-seputar-bogor.html
Sekarang, pohon besar dengan akar besar yang mencuat ke luar seperti ini, sudah tidak ada. Begitu juga dengan tanah lapangnya. Pengadegan sekarang sudah dipadati oleh perumahan dan apartemen yang terus tumbuh.

Dulu, di atas tanah lapang ini, aku bermain bersama teman-temanku ketika istirahat sekolah datang. Kami berlari berkejaran, atau main petak umpet. Atau main galasin, atau main nenek gerondong, atau main saya anak orang miskin dan saya minta anak.

Semua permainan anak-anak ini, adalah kenangan masa kecil yang tak terlupakan buatku.

Permainan Saya Minta Anak


Ini adalah permainan merebut anak. Jadi awalnya, kita gambreng dulu. Yaitu semua anak dalam waktu bersamaan memperlihatkan tangan mereka. Telapak tangan mereka boleh terbuka hingga memperlihatkan telapak atua punggung. Terserah. Tapi, jika ada satu orang yang berbeda sendiri (semisalnya semua orang memperlihatkan punggung tangan tapi ada satu orang yang memperlihatkan telapak tangan) maka orang itu keluar dari kegiatan pengundian mencari tangan yang berbeda yang disebut gambreng ini.

Terus begini hingga akhirnya tersisa 2 orang saja. Jika sudah begini, maka maka 2 orang tersisa ini harus melakukan suten atau suit. Di waktu bersamaan memperlihatkan 3 pilihan jari, boleh jempol, atau telunjuk atau kelingking.

Jempol mewakili gajah, dia bisa mengalahkan manusia yang diwakili oleh telunjuk. Tapi, jempol akan dikalahkan oleh kelingking, yang mewakili semut. Nah, kelinking bisa dikalahkan oleh telunjuk.

Orang yang kalah, akan menjadi orang kaya.
Eit. Jangan senang dulu terpilih jadi orang kaya. Karena orang kaya itu, tidak punya anak. Hahaha.
Nah. Permainan pun dimulai.

Semua anak bergandengan tangan memanjang ke samping di samping orang miskin membentuk keluarga besar. Dan orang kaya datang pada orang miskin untuk meminta anak. Si orang miskin, dengan senang hati akan memberikan anaknya yang banyak tersebut pada orang kaya. Tapi si orang kaya terus meminta anak hingga akhirnya anak orang miskin habis.











Nah. Tentu saja karena si orang kaya terus meminta anak akhirnya anaknya orang miskin habis.
Sedih dong pasti. Itu sebabnya si orang miskin harus merebut anaknya kembali. Caranya bagaimana? Semua anak, harus berdiri memanjang di belakang si orang kaya. Setiap anak berpegang pada pinggang atau pundak orang di depannya. Terus begitu hingga menyerupai seperti gerbong kereta api yang panjang.

Nah. Disitu serunya. Karena setiap anak merasa seru sendiri jadi belum tentu kompak gerakannya. Ketika si orang kaya berlari ke kiri misalnya, rombongan di belakangnya harusnya ikut berlari ke sebelah kiri saja. Karena memang pegangan mereka tidak boleh terputus. Nah, tapi karena ada panjang sekali buntut ini dan tiap anak kemampuan berlarinya juga tidak sama, maka si miskin nyaris bisa berhasil merebut kembali anak-anak mereka. Lalu merebutnya agar keluar dari barisannya. Jika sudah berhasil direbut semua, permainan pun selesai.

Bisa diulang dari awal lagi.
Seru kan?

Permainan Nenek Gerondong


Nah. Permainan Nenek Gerondong adalah permainan yang mirip dengan permainan minta anak. Bedanya, jika si orang miskin berusaha mengambil anak dengan cara mengejar ekor orang kaya, maka di nenek gerondong berusaha menarik ubi.

Jadi, ada sekelompok anak. Seperti biasa, yang menang pertama kali, harus berpegangaan pada batang pohon atau tiang atau apa saja yang kuat. Sedangkan mereka yang menang gambreng selanjutnya akan mengalungkan lengan mereka di pinggang si pemenang pertama. Terus begitu hingga mereka membentuk barisan panjang.


Nah, yang kalah terakhir akan menjadi nenek gerondong. Nenek gerondong ini adalah nenek-nenek yang sebenarnya punya kekuatan super. Dia lapar, jadi harus mencabut ubi untuk bisa dimakannya. Nah, orang-orang yang berpegangan di pohon ini adalah buah-buah ubi yang akan dicabutnya.

Kalian tahu kan ubi yang ditanam di dalam tanah? Untuk mencabutnya, diperlukan tenaga yang lumayan.


Ini prolog yang harus dinyanyikan oleh si nenek gerondong sebelum mencabut ubinya. Dia bertanya pada orang yang paling depan yang memeluk batang pohon.








Nah. Jika si pemilik ubi menjawab belum matang, maka si nenek gerondong tidak boleh mencabut ubinya. Tapi ini aturan yang bisa dilanggar oleh si nenek gerondong sih. Jadi, jika memang si nenek gerondong lapar banget, dia bisa aja merebut ubinya.
Tapi, lebih enaknya sih mencabut ubi ketika si pemilik ubi menjawab bahwa ubinya sudah matang.


Nah. Disinilah serunya. Jadi, si nenek berondong berusaha keras mencabut ubinya dengan cara menarik orang paling belakang agar terlepas dari rantai manusianya. Si orang paling belakang harus berpegang erat-erat pada pinggang orang di depannya. Tuh. Kan. Seru banget ya.



Itu lah salah satu permainan masa kecil yang tak terlupakan olehku.
Dan sepertinya, anak-anak jaman sekarang sudah tidak memainkan permainan ini lagi ya?

Tidak ada komentar