Huff. Apa kabarnya coba? Tapi demikianlah yang terjadi. Kan, rasa suka itu tidak bisa dipaksakan ya? Hanya saja, rasa tidak sukaku itu bukan berarti benar-benar anti banget sama yang namanya ikan sih. Aku tetap penggemar Pempek dan Tekwan dan Model dan Celimpungan dan kerupuk Palembang. Semua itu kan menggunakan bahan dasar ikan. Aku kurang suka makanan yang masih dalam bentuk ikan. mau digoreng kek, disayur, dipepes, dibakar. Kurang suka saja. Itu sebabnya jika tiba waktunya untuk mudik, jadi kurang begitu nafsu untuk kulineran.
Nah. Ibuku almarhumah, tahu pasti bahwa aku kurang begitu suka ikan. Itu sebabnya jika tiba saatnya untuk mudik sekeluarga ke Palembang dan ke dusun kami di Musi Banyuasin (dusun Bumiayu), ibu pasti membawa serta makanan olahan selain ikan. Umumnya sih tempe, bihun, kecap. Nanti di rumah yang kami tumpangi, ibu akan menggoreng tempe dan membuat bihun goreng sendiri.
Itu sebabnya, jika sedang mudik, ketika masih kecil dulu, kerabat luasku selalu menjuluki aku sebagai "anak jawe". Artinya anak dari pulau jawa. Tapi bisa juga berarti anak orang jawa atau seperti anak dari keluarga jawa. Karena orang-orang makan ikan dalam berbagai macam variasi olahan masakan, akunya malah makan tempe goreng dan kecap saja.
Setelah remaja dan mulai memperlihatkan tanda-tanda akan menjelma jadi gadis yang rupawan (uhuk uhuk), saudara-saudaraku mulai menggodaku dengan ramalan iseng mereka: "ikan anak jawe kagek kawin ngen orang jawe". Artinya, anak jawa ini nanti bakalan nikah sama orang jawa juga kayaknya.
Dan sepertinya benar. Aku mendapat jodoh pria Jawa; lebih spesifiknya sih suamiku itu keturunan Solo dan Bogor. Ayahnya dari Solo, ibunya dari Bogor. Karena budayanya Patrilineal jadi dianggap orang Solo, alias orang Jawa.
2 hari setelah kami menikah, suami mengajakku ke kampung halamannya di Solo sana.
Oh ya, kalian bisa membaca kisah bulan maduku di Solo di tulisanku yang ini: Bulan Madu yang Tak Terlupakan
Nah, selain melakukan bulan madu (bulan madu itu memangnya ngapain? Kok pake penekanan melakukan bulan madu? hahahaha. Udah, diiyain saja okeh); kami juga melakukan wisata kuliner loh.
Hmm. Ternyata ada banyak sekali makanan dari Solo yang enak-enak.
Suami mengajakku makan sate buntel solo dulu sih. Eh. Tapi aku sudah tahu tentang sate buntel ini. Jadi, ketika dulu aku katakan pada suamiku:
"Mas. Waktu kecil, sate buntel ini termasuk makanan kesukaan aku loh. Dulu ayah sering membawa kami makan sate buntel yang ada di daerah Kenari sana. Tapi aku nggak tahu dimana persisnya tempatnya. Pokoknya aku suka banget deh ama sate buntel. Eh... ternyata sekarang makan lagi di Solo nya langsung."
Iya, Aku memang senorak itu dulu. Sekarang mah sudah lebih elegan sepertinya. Ehem. ehem.
Selain sate buntel Solo, aku juga diajak makan ayam goreng yang enak, empuk dan gurih. Rasanya mirip- mirip dengan ayam goreng suharti gitu.
Ternyata ya ternyata. Resep ayam goreng Suharti yang kukira eksklusif di Jakarta, di Solo resep itu adalah resep tradisional. Jadi ya ada banyak rumah makan yang menyediakan menu serupa itu. Nah. Ini juga aku baru tahu.
Selain itu, aku juga diajak makan SERABI SOLO.
Waktu pertama kali melihat Serabi Solo ini, aku yang orang Jakarta merasa bahwa kue ini adalah jiplakan dari kue Ape betawi. Karena bentuknya yang memang mirip. Tapi setelah aku coba, ternyata rasanya beda jauh.
Tentang Kue Ape Betawi, kalian bisa lihat di tulisanku yang ini ya: 30 jenis aneka minuman dan makanan khas Betawi
Beda Serabi Solo dan Kue Ape Betawi
ini kue APE |
ini kue SERABI SOLO |
1. Bahan dasar pembuatannya.
Serabi Solo, ternyata dibuat dari tepung beras.Sedangkan kue Ape Betawi, dari tepung terigu biasa.
2. Cara memasaknya
Kue Ape Betawi, bagian tengahnya yang empuk dan basah matang, disisakan hanya sedikit. Nah, bagian pinggirnya yang dibanyakin.Serabi Solo, justru bagian pinggirannya yang dibuat sesedikit mungkin, bagian tengahnya yang dibanyakin.
3. Ada bagian yang utamanya.
Kue Ape Betawi, bagian pinggirnya yang utama. Itu sebabnya dibuat segaring mungkin. Lebar, garing, crunchy. Kriuk-kriuk deh.Tapi Serabi Solo, bagian tengahnya yang utama. Itu sebabnya mereka sering menambahkan banyak hal di bagian tengahnya yang basah dan lebar itu. Bisa nangka, coklat, keju, kismis, daging, irisan daging buah kelapa. Hmm. Bahkan potongan daging sebesar dadu loh atau irisan tipis daging ayam.
Nah. Sepertinya sementara ini 3 itu dulu deh perbedaan antara Kue Ape dan Serabi Solo yang aku temukan.
Terus, makanan khas Solo apa lagi ya? Sepertinya sih banyak. Mungkin, jika kalian ingin tahu lebih jauh tentang serba serbi makanan khas dari Solo atau ada apa di SOLO, kalian bisa mengunjungi blog temanku ini nih. Namanya, Ayaa, bungsu dari 4 bersaudara dan kebetulan cuma dia cewek sendiri di keluarganya. Blognya adalah Cahaya Theprincess. Kalau instagramnya, mungkin bisa lihat yang ini nih:
Nah. Beberapa macam kuliner khas Solo bisa kalian temukan di blognya Ayaa. Seperti selad Solo (ini juga aku baru tahu setelah menikah nih, bahwa ternyata Solo mengenal yang namanya Salad. Aku pikir Salad itu berasal dari Eropa dan Amerika saja. Ternyata, di deretan makanan daerah khas, Solo, mereka juga punya Salad. Mampir sendiri saja ya untuk tahu lebih jauh. Oh iya, Ayaa ini masih terhitung pengantin baru juga sih. Jadi, dia banyak menulis curhatan sebagai sepasang suami istri yang masih unyu-unyu. Cocok untuk kalian yang ingin mengetahui tentang seluk beluk pernikahan pada pasangan muda.
kalau aku malah suka serabi yang sudah modifikasi karena kurang suka makanan yang manis :D
BalasHapusSelama gak terlalu manis, saya suka juga dengan serabi solo
BalasHapus