[Parenting] Cita-cita anak-anak ketika masih kecil itu lucu-lucu deh jika kita mendengarkannya. Kakakku, ketika masih kecil dahulu bercita-cita ingin jadi dukun.
D-u-k-u-n.
Iya. Benar. Dukun.
Kenapa bisa bercita-cita sebagai dukun? Karena, dulu rumahku ada di pertengahan kampung. Dokter masih jarang. Jadi, jika ada yang sakit-sakit sedikit, biasanya seringnya sih manggil dukun pijat saja. Diurut sana diurut sini, sakit berkurang. Ada juga dukun patah tulang, yaitu orang yang punya keahlian mengobati keseleo atau patah tulang. Tanpa operasi tanpa obat. Hanya dipijat saja. Atau dukun beranak, yaitu orang yang membantu persalinan. Atau dukun jamu, yaitu orang yang punya keahlian meracik aneka macam ramuan hingga menjadi jamu. Jamu ini seperti obat, bias mengobati aneka macam keluhan penyakit.
Tahun 70-an yang namanya dokter itu memang masih jarang. Jika pun ada, biasanya mereka praktik di rumah sakit atau klinik. Jarang yang sudah membuka praktek di rumah. Jika pun ada ya mahal sih. Jadilah profesi dukun begitu popular di daerah rumahku dulu.
Kata ayahku dulu, setiap kali selesai mengobati, pasien akan langsung memberikan uang pada si dukun. Dan tanpa menghitungnya, dukun akan menaruh uang yang diterima dalam kantung bajunya. Kadang diselipkan di dadanya jika dukun itu perempuan.
FYI: setelah dewasa aku baru tahu bahwa ternyata model BRA jaman dulu itu memang selalu ada kantong kecil tambahan di dalam BRA yang dikenakan oleh perempuan jaman dulu. Itu sebabnya mereka selalu tampak menyelipkan uang ke dalam dadanya. hehehee. Waktu masih kecil aku pikir mereka menaruhnya begitu saja loh. Setelah agak besar bingung, kok uangnya nggak jatuh ke bawah ya? Setelah lebih besar baru deh mengerti, bahwa memang ada kantong kecil tambahan menempel di bra mereka.
Nah, karena melihat para dukun ini selalu menerima uang dari semua orang yang selesai dilayaninya ini, kakakku yang ketika itu masih kecil jadi merasa, bahwa profesi dukun itu adalah profesi yang berkelimpahan uang. Jadilah kakak bercita-cita jika sudah besar ingin menjadi dukun.
Jadi, apa boleh buat, malu tidak malu, jika ada kenalan orang tuaku yang bertanya, apa cita-cita kakakku, kakakku pasti menjawab dengan suara lantang, "mau jadi dukun."
Lucu ya. Dulu, aku sering mentertawakan cita-cita kakakku ini. Hingga akhirnya aku punya anak. Lalu, jika semua orang bertemu kami, anak sulungku yang masih kecil ini akan berkata lantang bahwa cita-citanya adalah:
"Aku ingin jadi supir bus."
hehehe.
Jadi, dulu, ketika anakku ini masih kecil kami memang bermukim di Sydney, Australia. Sebagai keluarga muda yang gemar menabung, kami kemana-mana jika bepergian naik bus kota. Jaman dahulu, system transportasi di Sydney sudah begitu maju. Bus nya canggih dan nyaman sekali. Dan system tiketingnya juga sudah modern. Penumpang tinggal naik turun sesuai dengan halte yang disediakan. Mirip dengan model busway trans Jakarta. Dengan begitu, supir bus tinggal fokus mengemudi saja. Dan mengemudi kendaraan bus yang canggih (di jaman itu) di depan mata anak sulungku yang masih Balita terlihat super duper keren. Apalagi mereka mengenakan seragam yang rapi, Wangi, diharuskan ramah pula. Jadi jangan membayangkan seperti supir bus metromini atau bus antar kota antar propinsi yang sering terlihat lusuh dan kasar. Mungkin, gambaran super duper keren supir bus ini yang begitu berkesan di mata anakku.
Karena bercita-cita ingin jadi supir bus, maka aku dan suami berusaha untuk memperkenalkan dia pada seluk beluk mengemudi bus.
catatan parentingku: bagi kami, cita-cita anak itu jangan dianggap sepele. Karena cita-cita itu sendiri lahir dari pengamatan dia akan sekelilingnya. Sebuah pengalaman yang amat berkesan di hati anak, akan membentuk persepsinya mengenai sesuatu. Sebuah cita-cita adalah, gambaran dari sesuatu yang ingin atau tidak ingin dilakukan di masa depan. Selalu beri pemahaman pada anak mengenai cita-cita yang ingin diraihnya. Karena, pemikiran dan pengalaman anak umumnya masih sederhana; jadi bisa saja cita-citanya salah karena pemahaman dia yang salah. Jadi, selalu beri informasi sebanyak mungkin pada anak untuk memberi gambaran akan cita-citanya.
Dimulai dari memberi dia rute perjalanan bus kota yang berlaku di kota Sydney. Dulu, anakku ini sampai hafal nomor-nomor bus kota. Berapa nomor bus jika ingin pergi ke pantai Bondi, berapa nomor jika ingin pergi ke Maroubra, berapa nomor bus jika ingin pergi ke Malabar, dst. Koleksi peta rute bus dia lengkap. Dipandangi lalu ditelusuri dengan jari telunjuk kecilnya.
Setelah itu, kami juga sering membawanya pergi ke taman yang menyediakan mainan mobil-mobilan. Dan dia akan tampak gembira sekali duduk di depan kemudi mainan mobil-mobilan ini. Seperti ini nih mainannya:
mainan perahu dengan steering wheel di pantai Malabar
|
ini bus di Sydney yang bikin anakku jadi bercita-cita ingin jadi supir bus credit foto: https://en.wikipedia.org/wiki/Local_bus_routes_in_Sydney |
Setelah itu, beranjak lagi kami mulai mengumpulkan mobil-mobilan bagi dia di rumah. Wah. Meski tidak bermesin alias memakai sistem genjot agar mobil ini bisa berjalan, tapi anakku senang sekali duduk di depan kemudinya. Suaranya mengikuti suara derum bus.
Karena semua orang tahu bahwa anakku ini senang mengemudi, akhirnya saudaraku memberi hadiah sebuah mobil mainan yang memakai tenaga accu. Mirip dengan mobil yang sesungguhnya. Makin senanglah anakku ini. Jika dia sedang mengemudi kendaraan ini keliling rumah, adiknya yang masih kecil sering diangap sebagai penumpang yang harus dia layani. Jadi, adiknya duduk anteng, bahkan hingga jatuh tertidur di bangku penumpang di sebelah supir.
adiknya jatuh tertidur di bangku penumpang. hehehehe
|
Tapi, seasyik-asyiknya kendaraan mobil-mobilan ini, tetap saja dia tidak bisa dibawa pergi kemana-mana. Padahal, maunya anakku ini, jika bepergian pun dia masih bisa mengemudi juga. Pokoknya, posisi tetap anakku ketika masuk kendaraan ini adalah duduk di belakang supir, Sehingga dia bisa merasakan sisi yang sama ketika sedang "berkhayal" mengemudi kendaraan.
Untuk itu, di dalam tasku selalu tersedia sebuah mainan steering wheel. Bersatu dengan baju ganti, susu, nappies dan cemilan anakku ini. Hehehe.
Jadi, jangan heran jika tas yang aku bawa tidak pernah bisa tas mungil. Selalu tasnya besar. Karena memang isinya mainan yang memang agak besar, yaitu steering wheel.
Itu sebabnya jika sedang membuka-buka website online store seperti mataharimall.com misalnya, aku selalu tersenyum-senyum sendiri jika melihat mainan steering wheel. Apalagi melihat perlengkapan anak dan bayi yang bagian mainan edukasi anaknya. Bukan apa-apa sih, aku ingat anakku ketika dia masih kecil dahulu soalnya.
Dulu, mainan setir-setiran seperti ini nih yang selalu ada di dalam tas bayiku dulu.
credit foto: mataharimall.com |
Bentuknya memang mungil, tapi pas di tangan anak balita. Enak digenggam, lengkap dengan tongkat persneling, dan klakson serta putaran kunci untuk menghidupkan mainan. Seruuuu. Besarnya juga pas di tangan anak balita.
Tentu saja, di website mataharimall.com ini kita bisa melihat juga sih koleksi steering wheel yang lain sih. Aih, jika saja fitur mainan seperti ini sudah ada di jaman anakku masih kecil dahulu, enak banget ya. Dengan begitu kita nggak perlu kecegat macet, antri di kasir, kepanasan, dan sebagainya. Tinggal klik, transfer, lalu menunggu kiriman di rumah.
Mungkin kalian tertarik membaca tulisan terkaitku yang lain: Cara Mengenali Toko Online yang aman
credit foto: mataharimall.com |
Eh, tapi selain model steering wheel yang mini dan bisa dimasukkan ke dalam tas, aku juga membelikan loh model steering wheel seperti di bawah ini. Ini, dulu aku letakkan di atas kursi makan anakku. Jadi, sambil menyetir aku bisa lancar menyuapi dia makan. hehehehe.
credit foto: mataharimall.com |
Beberapa tahun kemudian, ketika anak sulungku ini duduk di bangku SMA, ternyata cita-citanya berubah. hahahaha. Bahkan, berbeda jauh dengan cita-citanya yang ingin jadi supir bus atau seseorang yang duduk di bangku mengemudi kendaraan.
Ketika SMA, anakku ini malah berkata,
"Menurutku, kita nggak perlu punya kendaraan pribadi deh. Karena disamping lebih boros karena harus membeli bensin, uang parkir kendaraan, biaya perawatan, kendaraan itu menyumbang peningkatan tingkat polusi di perkotaan lewat asap kendaraannya."
Ya sudahlah. Ngomong-ngomong, adakah di antara kalian yang cita-cita sejak kecil belum berubah dan terus menetap hingga cita-citanya tercapai?
haha, jadi teringat cita cita waktu masih sd. pengen jadi dektektif . :D
BalasHapuskayaknya karena banyak baca buku cerita tentang ditektif ya?
HapusYa bun, dektektif 3 sekawan. Salah satu buku nya.;)
HapusCita2ku juga berubah2 dari kecil. Dari jadi astronot hingga kasir mcdonald. :'D
BalasHapuspercaya ngga..ternyata aku nulis cita-cita diplomat di buku SD hehehe...pas udah besar malah lupaaa hehehe
BalasHapussetuju mba bahwa kita ga boleh remehin cita-cita anak karena memang mereka mengamati y mba, anakku cita-citanya pengen bikin pesawat karena aku sering baca buku Eyang Habibie bahkan nonton filmnya jadi dia terinpirasi padahal anakku cewek hehehe
BalasHapusBtw kalau anakku nanti cowo pengen deh beliin setir2an kayak gitu xixixi lucu y mba sambil suapin sambil dy pura2 setirin :)
Anakku malah pernah pengen jadi tukang parkir hahaha
BalasHapusCita2 anak2ku berubah-ubah heheee.... Aku sesuaikan dengan bakat terbaiknya saja. Apapun cita2 mereka, kalau itu benar2 mereka sukai, insya Allah mereka akan menjadi yang terbaik di bidangnya. Aamin.
BalasHapusSetuju, Mbak. Dulu anak saya pernah bercita-cita menjadi tukang becak. Saya gak melarang tapi mengajak bicara dulu. Ternyata dia seneng banget sama lagu anak-anak yang judulnya becak. Apalagi saya suka nyanyiin kalau mau tidur. Jaid mungkin di dalam pikiran dia, naik becak itu aisk hingga dia mau jadi tukangnya :D
BalasHapusMenarik,, Kalo cita-cita anak pertama saya malah ingin jadi ultramen, karena dia sering nonton filmnya.. yah namanya anak kecil ketika ditanya cita2 kemungkinan besar jawabannya pasti hal yang ia sukai..
BalasHapusanak sulungku, kalau habis naik kereta langsung ambil mainan kereta keretaan, nyusun kereta sendiri dan pingin kerja di kereta api. Trus, pas jalan-jalan ke tempat wisata lihat dinosaurus, pulang ke rumah mainin dinosaurus dan kepingin menemukan fosil dino dan berkhayal masih ada dino yang hidup. Anak-anak memang daya imaginasinya tinggi ya, Mbak
BalasHapus