Tanya:Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ehhmm gini Bu', terus terang ana baru mendalami Islam sekitar setahun belakangan ini. Sebelumnya ana memang Islam juga tapi sekedar pelengkap KTP dan bawa'an dari lahir. Sedangkan Islam secara esensi dan sebenarnya belum pernah ana reguk. Namun Alhamdulillah segala kehendak hanya milik Allah, lewat sebuah perjalanan bathin yang nggak pernah ana duga, Allah menghantarkan ana pada sebuah keindahan yang di dunia ini nggak mungkin didapat. Dunia makin nggak semenarik dulu lagi dipandangan ana.
Langsung aja Bu' Ade, setelah stahun lebih Allah lebih menyita perhatian ana, ana koq makin lama makin merasa dunia dan segala materinya hanya penampakkan yg ditampakkan Allah. Semuanya kosong, wujud nyata dan absolut hanya Allah. Teman2, mobil, pohon, hewan, semuanya yg berwujud kasar dan fisik dan bermateri hanya kekosongan belaka.
Jadi ana berspekulasi kalau roh ana ini sebenarnya hanya diam di satu tempat (entah dimana) dan mungkin tidak bersama2 dgn roh mahluk hidup lainnya (begitu juga dgn yg lainnya). Tapi dgn kebesaran Allah, Dia selalu memberi rangsangan dan stimulus yg akhirnya ana merasa melihat, merasa mendengar, merasa mencium, meraba, sakit. Kalau begitu Allah sangat dekat dgn kita melebihi kedekatan kita dgn diri kita, buktinya Allah yg setiap 0,000000000000001 mili detik selalu memberi nikmatnya. Kita sangat bergantung pada Allah, dan tingkat ketergantungannya tinggi sekali.
Coba Ibu Ade bayangkan, kalau tiba2 Allah menurunkan pandangan yg tak lazim pada kita (mungkin sekali kan?), pandangan yg sebelumnya blum pernah kita alami. Dan gimana kalau Allah memutus salah satu nikmatnya, seperti pemancar yg terputus ke antena radio. Tentu radio itu tak akan berfungsi sebagaimana layaknya.
Akhirnya muncul lagi perkembangan pikiran gara2 trus memikirkan semuanya bisa berubah karena kehendak-Nya. Allah telah menetapkan sesuatu yang pasti agar hambanya bisa menjalankan hidup dengan lancar. Semuanya bersebab dan berakibat. Kalau kita akan "a" pasti efeknya "b", itulah kepastian yang Allah telah tetapkan. Tapi Allah mempunyai hak merubah hal2 yg permanen dlm hidup kita. Maka muncullah hal2 yg aneh, yg tak masuk akal, yg ajaib, miracle....itulah yg kita anggap bila sesuatu tak berjalan sesuai kepastian yg sudah kita hafal. Tapi sebenarnya itu adalah hal yang biasa bagi Allah. Dan kenapa kita tak berfikir ke situ ? kenapa ruang pikiran kita hanya terbatas " loh koq bisa begini yah ? Loh kenapa yah ?", lalu knapa kita tak berfikir "Subhanallah, sesungguhnya Allah akan berkehendak sesuai kehendak-Nya", dan akhirnya semuanya dipulangkan pada kebesaran Allah.
Apa yang Ibu Ade pikirkan ketika memencet tombol power di komputer ? pasti dengan kepercayaan 100 % Ibu percaya klo komp itu akan nyala. Apa yang Ibu pikirkan ketika ngedenger ringtone hp berbunyi, pasti Ibu percaya 100 % kan klo ringtone itu berbunyi karena ada yg mengoneksi nomer Ibu......dan Ibu dgn kepercayaan 100 % pula akan memencet tombol "answer" dan dgn kepercayaan 100 % lagi Ibu percaya pasti akan terhubung oleh si penelepon.
Trus....bisakah kita masuk kategori syirik dalam hal ini ??????
Karena kita dgn kepercayaan tingkat tinggi sangat percaya bahwa ini akan mendatangkan apa yg kita ingini. Dan kita pada saat itu tak berfikir (atau mungkin sama sekali nggak mikir) klo semua itu terjadi karena kepastian dari Allah tadi, dan semua itu masih sangat mungkin berubah. Lalu kenapa kita tak mencoba untuk memencet tombol power, tapi dipikiran kita semuanya meletakkan kepasrahan pada Allah. Semoga Allah tetap memberi kepastian kehendak-Nya pada kita seperti yg sebelum2nya
Kenapa tiap orang sangat percaya, sangat mengandalkan pada uang. Bahwa uang akan mendatangkan apa yg kita inginkan. Kenapa tiap orang ketika akan berbelanja dan bertransaksi, dgn keyakinannya yg sangat "ainul yaqiin" percaya bahwa uang itulah yg mendatangkan barang belanjaan yg diingini. Kenapa mereka percaya pula ketika uang sudah mendatangkan barang yg diinginkannya, kemudian barang belanjaannya akan mendatangkan kebahagiaan padanya. Lalu dimana Allah ketika kita dalam posisi seperti itu ? tak pernahkah kita bertanya pada diri sendiri, kalau itu semua tak bisa berfungsi jika Allah tak berperan ? itu semua akan timpang dan merusak tatanan jika Allah tak menurunkan kehendak-Nya.
Lepas dari masalah syirik atau tidak, yang jelas Allah tidak pernah tidur, tidak pernah berhenti, tidak pernah diam untuk terus menjaga teori2 kepastian tersebut untuk kebaikan hamba-Nya. Coba bayangkan kalau Allah merubah satu saja teori kepastian, contohnya.....bensin dgn kandungan kimianya tlh dipercaya sebagai bahan penggerak motor pada mesin, lalu Allah dengan kekuasaan-Nya merubah kandungan kimia pada bensin menjadi cairan biasa....akan kacau dunia ini. Dimana lagi mencari bensin ? butuh waktu bertahun2 lagi untuk mengeksplorasi dan mengobservasi bahan apakah yg bisa membangkitkan tenaga motor pada mesin ? dan masih untung kalau ada bahan yg minimal mempunyai sifat yg sama dgn bensin dan dipercaya bisa menggerakan mesin. Kalau tidak ? karena Allah telah menghilangkan sifat2 kimia bensin dari dunia ini ? gimana........dan bensin pun tinggal kenangan....dan tak ada mesin yg bergerak. Atau yg lebih kecil lagi....gimana kalau Allah merubah pemandangan pada tiap orang berbeda. Si fulan A memandang satu benda begini, sedang si fulan B memandang benda begitu, dan si C seterusnya......wah tak ada kesepakatan didunia ini.
Itulah kasih sayang Allah, yang tiap detik, tiap sepersekian mili detik terus mengalir dalam kehidupan setiap hamba-Nya. Apakah kita syirik bila mempercayai materi yg bisa mendatangkan apa yg kita ingini dilihat dari kasus diatas ? Kita pergi kedapur untuk ngambil makanan, tapi tak ada makanan. Lalu kita hanya mikir "ohh...belum beli makanan hari ini", kita sudah percaya pada dapur bahwa dapurlah yg memberi makanan. Kita tak pernah mikir kalau Allah belum memberi kita makanan ketika kita ngubek2 dapur. Sesungguhnya Allah-lah sumber segala sumber yang bisa mendatangkan apa saja.
Bukan klien yang mengisi periuk nasi sebuah perusahaan, bukan karena mesin hp yg membuat kita bisa berkomunikasi, bukan karena radio atau TV yg menghibur kita, bukan ibu-bapak yg mengasihi kita, bukan makanan yg mengenyangkan kita, bukan dosen yg memberi ilmu pada kita, bukan mobil yang mengantar kita ke tempat tujuan, bukan kaki yg membuat kita bisa berjalan, bukan alat kosmetik yg bikin kita menarik secara dunia, bukan presiden yg mengayomi kita, bukan pakaian yang menutup kemaluan kita, bukan hitam yg membuat kita tak merasa putih, bukan matahari yg membuat kita bisa melihat apapun disiang hari, bukan gelap yang menggelapkan kita, bukan gaji yg menghidupi kita, bukan wanita/laki2 yg membuat kita menikmati hubungan, bukan gravitasi yg membuat kita tetap sejajar, bukan einstein penemu bom, bukan edison penemu lampu, bukan buku2 yang membuat kita merasa pintar, bukan bahasa yang bikin kita saling interaksi, bukan setan yg membuat kita takut, bukan bayi yg membuat kita bahagia, bukan sedih yg membuat kita menangis, bukan malaikat Izroil yang mencabut nyawa kita, bukan padi atau dewa atau iwan fals yg bisa membuat karya yg dinikmati jutaan orang, bukan gempa bumi yg membuat hancur lingkungan, bukan ana yg nulis ini.......
Wah...maaf Ibu Ade, koq jadi kebanyakan yah......
Jadi gitu Bu, saya masih bingung menyikapi masalah ini, apakah kita masuk kategori sirik melihat kasus di atas ? Ana nggak mau terjebak dalam kondisi seperti dalam surat Al Kautsar : 1-2.
Ehhmmm terus, kita kalau sudah berfikiran dan berpandangan seperti itu. Maksud ana hidup dan tujuan kita hanya lillahita'ala, nggak ada yang laen. Bisakah kita mencari jalan sendiri yang kita rasakan lebih bisa "bermesraan" dengan Allah ? Esensi Islam kan pemahaman, pola pikir. Sedangkan untuk fiqh-nya hanya tuntunan, hanya aturan agar kita bisa mempunyai pola pikir dan pemahaman yg kaffah dalam Islam. Jadi intinya, apakah dibenarkan kalau kita sudah mantap tauhidnya dan pemahaman ttg Dienul Haq ini, lalu kita mendapatkan ritual sendiri yg kita percaya sangat bisa mewakilkan hubungan antara Khalik dan hambaNya ? Memang tidak ada satupun hadist dan ayat Qur'an yang mendukung ke arah sini, tapi banyak hadist Nabi yg didului kalimat "seandainya umatku tahu........." tapi Nabi tak menjelaskan seandainya itu ? Atau Nabi dan orang2 yang sudah paham seperti mempunyai kode etik bahwa "jgn memberitahu apa yg tak perlu diberitahu" kepada khalayak. Seperti perkataan Sunan Kalijaga ke Syekh Siti Jenar yg dianggap sesat.
Kira2 begitu Ibu Ade, semoga Ibu bisa menjelaskan dgn dukungan dari hadist dan Qur`an sehingga ana menjalankan Islam tetap seperti yang Rasul ajarkan
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
jawab:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Subhanallah. Panjang sekali e-mail yang akhi tulis. ^_^. Semua penuh dengan semangat dan perenungan-perenungan. Tapi secara keseluruhan, tulisan akhi ini merupakan paparan dari ajakan untuk memahami takdir.
Alam semesta berikut semua isinya ini, ia tidak bergerak asal-asal. Dan tiad ada di alam ini yang tercipta percuma tanpa arti. Apa pun yang terjadi di jagad raya ini, semuanya sudah dalam ilmu dan rencana Allah. Sesungguhnya, ilmu Allah SWT meliputi segala sesuatu sebelum terjadi. Dia sudah menentukan ukuran yang pas pada suatu benda, ukuran waktu, tempat, kekuatannya, bentuknya, karakteristiknya, sifat-sifatnya, dan keadaannya. Semuanya terekam rapi di dalam Al Quran, tidak ada sedikitpun yang tertinggal. Sebab ia ada karena kehendak dan kekuasaan Allah sesuai dengan kadarnya masing-masing. Firman Allah, “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kadarnya.” (Al Qamar: 49).
Dalam ayat lain dikatakan,
“Dan Dialah yang menciptakan segala sesuatu, Dia membuatnya sesuai dengan kadarnya.” (Qs 25:2)
Untuk lebih lengkapnya silahkan simak apa yang tersaji di dalam Al Quran berikut ini:
”Dan tidak ada sekecil biji atom pun di bumi ataupun di langit yang luput dari (pengetahuan) Tuhanmu, tidak juga benda yang lebih kecil dari biji atom ataupun lebih besar dari itu, melainkan telah tercatat dalam kitab yang nyata.” (Qs 10:61)
“Dan tidak ada sehelai daun pun yang jatuh,melainkan Dia mengetahuinya. Tidak juga biji-bijian di kegelapan bumi, benda basah ataupun kering, melainkan telah tercatat dalam kitab yang nyata.” (Qs 6:59)
“Dan sekiranya Rabb-mu menghendaki, maka mereka tidak akan melakukannya.” (6:112)
“Dan kalau saja Allah mau, orang-orang sesudah mereka yang telah mendapatkan penjelasan (kebenaran) tidak akan saling berperang. Akan tetapi mereka berselisih pendapat, sehingga di antara mereka ada yang beriman dan ada juga yang kafir. Dan sekiranya Allah menghendaki, mereka tidak akan saling berperang. Namun Allah melakukan apa saja yang Dia inginkan.” (Qs 2: 253)
“Apakah mereka akan menjadikan sekutu-sekutu untuk Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya, sehingga ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka? Katakanlah, Allah adalah Pencipta segala sesuatu, dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Qs 13: 16)
“Dan Kami tidak akan meninggalkan sesuatu pun dalam Al Kitab.” (Qs 6: 38)
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa dibumi ini, dan tidak pula pada dirimu, melainkan telah tertulis dalam Al Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.” (Qs 57:22)
“Katakanlah, Tidak akan menimpa kamu kecuali apa yang telah digariskan Allah pada kami.” (Qs 9: 51)
“Katakanlah, kalau kalian berada di dalam rumah-rumah kalian, pasti orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh, akan keluar juga ke tempat mereka terbunuh.” (Qs 3: 154)
Dan terakhir, saya kutip sebuah hadits sebagai penutup tanggapan dari e-mail akhi:
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda:
”Dan ketahuilah, sesungguhnya jika umat ini berkumpul untk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan memnberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan jika umat ini berkumpul untuk memberikan suatu mudharat kepadamu, mereka juga tidak akan dapat mencelakanmu kecuali denan suatu mudharat yang telah ditetapkan terhadap dirimu. Telah diangkat semua pena dan lembara-lembaran pun telah mengering.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Abu Ya’la).
Jadi kalau boleh kasih saran, jangan selalu memberikan jaminan kepastian 100%, tapi katakanlah, Insya Allah. ^_^
Semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ade Anita
Yang bertanya adalah seorang filsuf... :p
BalasHapusiya, yang bertanya lebih tahu daripada tempat dia bertanya
BalasHapus