"Duh, itu cewek... emm... emg! Cakep luar dalam
kayaknya." Shioban mengerling ke arah seorang perempuan cantik yang
berjalan amat sangat anggun di pinggir jalan. Pakaiannya amat sangat indah.
Sebuah gaun panjang dengan kawat melingkar yang membuat bagian bawah gaun
tersebut mengembang menyerupai bunga terompet. Sebuah payung kecil yang terbuat
dari kain putih yang disulam dengan sulaman gambar bunga yang melingkar tampak
menghiasi bagian pinggir payung tersebut. Tangkai payungnya sendiri terbuat
dari kayu ramping yang dipernis dengan semprotan warna keemasan.
gambar diambil dari https://joedha.wordpress.com/2010/09/12/pangeran-dan-kereta-kuda/
[Cerita Mini] Rambut perempuan cantik itu tampak digelung melingkar
seperti keong. Ada sebuah sirkam indah yang terselip di bagian gelungan
rambutnya. Sirkam berbentuk burung merak dengan taburan batu-batu pertama yang
berkilauan. Tapi bukan apa yang dikenakan oleh perempuan cantik itu yang
membuat Shioban tertarik. Entah apa pastinya. Tapi Shioban merasa bahwa
jantungnya saat ini telah melorot ke bawah. Dia merasakan sebuah kesenyapan dan
kehampaan udara. Pesona yang dimiliki oleh perempuan itu luar biasa sekali. Seolah
menghisap semua udara yang ada di sekeliling Shioban.
Ya. Shioban telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada
perempuan tersebut. Tapi... aduh. Perempuan itu anggun dan keren sekali.
Bagaimana caranya menarik perhatian perempuan yang ketika berjalan bahkan tidak
peduli dengan kondisi di kiri kanannya apalagi jika melihat kereta kuda Shioban
yang hanya berupa gerobak kayu biasa dengan cat yang sekelilingnya sudah tampak
mengelupas. Mengenaskan. Shioban gelisah. Masih ada jarak 10 meter antara
dirinya dan diri perempuan itu. Maa Shioban berputar mencari akal. Dia ingin
berkenalan dengan perempuan itu Harus. Tapi bagaimana caranya?
Pikir. Pikir. Pikir.
Mata Shioban terus berputar mencari-cari sesuatu yang bisa
dipakai untuk mencuri perhatian perempuan yang berjalan dengan amat anggunnya
tersebut. Memperbaiki pakaian yang dikenakannya? Ah. Tidak menolong. Merapikan
sisiran rambutnya dengan cakaran tangan? Aih. Itu sudah kuno sekali.
7 Meter lagi jaraknya dengan perempuan itu.
Mata Shioban terus berputar mencari-cari sesuatu. Sementara
mata hatinya terus tertancap pada sosok perempuan yang setiap langkahnya
seperti sedang melayang di udara tersebut. Oh. Apakah perempuan itu seorang
bidadari yang sedang berjalan di bumi sehingga sayap di punggungnya disamarkan
dengan warna transparan?
5 Meter lagi jaraknya dengan perempuan itu.
Aha! Tepat di belakang gerobak butut Shioban ada sebuah
kereta kuda yang amat sangat anggun. Bentuknya seperti labu yang membesar lalu
diberi warna biru seperti warna langit yang cerah. Sebuah ukiran berbentuk
bunga yang melingkar sekeliling kereta kuda tampak menghiasi sekeliling kereta
kuda tersebut. Tidak lupa seorang sais kereta tampak bersiap sedia di bagian
depan kereta yang dituntun oleh empat ekor kuda yang amat perkasa. Shioban
langsung menggerakkan kakinya untuk mundur beberapa langkah. Hingga dia berdiri
tepat di sebelah kereta cantik tersebut.
2 Meter saja jaraknya sekarang dengan perempuan itu.
"Hello, ladies. What's up? Jalan-jalan yuk. Lihat, ini
kereta baru kudaku yang baru."
Jaraknya dengan perempuan itu kini hanya tersisa 45 cm saja.
Perempuan itu menatapnya sambil tersenyum gembira.
"Oh, boleh. Mau kemana?"
Hati Shioban langsuung melonjak gembira. Riang bukanalang
kepalang. Jaraknya dengan perempuan itu hanya tinggal dua jengkal. Bahkan wangi
parfum perempuan itu telah membelai-belai hidungnya. Shioban tahu, detak
jantungnya kini telah berhenti sejenak.
"Kemana saja kau menginginkannya, cantik."
Glek. Susah payah Shioban menelan air liurnya. Sempurna.
Kecantikan perempuan ini benar-benar sempurna. Perempuan itu memiringkan
kepalanya dan memamerkan sebuah senyuman yang paling sempurna.
"Mau pakai kendaraanmu atau kendaraanku?"
"Punyaku. Jelas pakai punyaku saja. Kereta...
ku...da...ku. Masih baru." Debar-debar di jantung Shioban seriuh gelombang
yang memecah pantai.
"Kereta kudamu keren. Setahuku, Kereta kuda hanya untuk
para ratu dan penyihir." Perempuan cantik itu masih tersenyum sambil
mengerling ke arah Shioban dan kereta kuda yang diakuinya.
"Memangnya apa yang akan kamu lakukan jika aku
menginginkannya?" kata Shioban sambil mendelik ke perempuan yang
ditaksirnya. Tentu sambil susah payah menelan air ludahnya sendiri. Nafasnya
terlalu memburu hingga menjadi sulit menelan air ludahnya sendiri.
"Wah. Berarti kita punya kereta kuda yang sama ya?..
ini... kereta kudaku." Tangan gemulai perempuan itu menyentuh pintu kereta
kuda yang diakui oleh Shioban sebagai miliknya.
Glek.
Ups. Shioban tahu, harapannya saat itu hanya satu: bisa
menghilang ditelan bumi saat itu juga. Sementara samar-samar telinganya
mendengar sebuah sapaan dari sais kereta kuda, "Ratu, kereta kudamu sudah
siap. Mau kemana tujuan kita selanjutnya?"
------------------
Penulis: Ade Anita
Tulisan ini diikut sertakan dalam event: Monday Flash Fiction Prompt #10: Shioban dan Kereta KUda
Sukses ya buat lomba nya.. :D
BalasHapushehehe.. ini bukan lomba yang berhadiah gitu.. ini cuma tantangan menulis yang asyik berat
BalasHapusini mbak, setahu saya dialognya prompt tidak boleh diubah. hehe. :D jadi harus sama gitu.
BalasHapusbtw, salam kenal. :)
ooo... hmm... diubah sedikit aja tetep gak boleh ya?
HapusTadi udah komen malah ilang.. :P
BalasHapusSetahu saya prompt-nya nggak bisa diutak-atik mba Ade. Yang boleh ditambah kalimat di awal sebelum prompt atau setelahnya.
Nah kalau punya mba Ade ini idenya udah bagus. Cuma jadinya melenceng dari prompt. Karena di prompt itu dialognya antara Shioban dan jin penjaga, tapi FF mba Ade ini dialognya antara Shioban dan putri cantik. Tuh.. bedanya jauh kan?