Apa
yang aku sukai dari sebuah jendela? Aku suka, karena lewat sebuah jendela aku
bisa melihat banyak hal. Juga mengamati banyak kejadian.
Waktu
kecil, kamarku adalah kamar dengan banyak sekali jendela. Ada banyak sekali hal
yang aku dapatkan dari keberadaan jendela di kamarku itu. Waktu pintu kamarku
terkunci dari dalam dan aku tidak bisa membukanya, aku menggunakan jendelaku untuk masuk ke dalam
kamar lalu menjebol pintu kamarku dari dalam. Dengan begitu, kerusakan pintu
kamarku tidak terlihat dari luar.
Aku
juga pernah amat sangat ketakutan ketika dari jendela kamarku, untuk pertama
kalinya aku melihat sosok "makhluk dari dunia lain". Gara-gara ini
akhirnya aku harus tidur menghadap tembok dan harus mengalami kondisi dimana
bentuk rahangku bergeser menjadi tidak simetris kiri dan kanan.
Dari
jendela juga aku bisa mengetahui jika pohon Rambutan yang ada di sebelah
kamarku terserang hama ulat bulu. Dan itu rupanya merupakan tanda-tanda bahwa
kami sekeluarga tidak lama kemudian akan mengucapkan selamat tinggal pada
keberadaan pohon rambutan yang berjumlah dua pohon besar itu untuk selamanya.
Wah. (dan anehnya, sejak itu aku jadi tidak pingin lagi makan buah rambutan.
Jadi agak trauma gitu).
Nah,
setelah menikah, aku ikut suamiku yang menjalani pendidikan di Sydney,
Australia. Awalnya, kami tinggal di sebuah rumah dengan sebuah dengan bentuk
jendela yang dibuka dengan sistem geser ke atas. Pengganjalnya tidak memakai
selot, tapi diganjal dengan sebatang kayu keras di bawah jendela. Bentuk
jendela ini membuat ruangan tetap hangat di musim dingin tapi tidak berubah
menjadi panas di musim panas.
Dari
rumah dengan model Old Style khas Australia itu, lalu kami pindah untuk tinggal
di apartemen. Tidak tanggung-tanggung, kami tinggal di lantai tertinggi
apartemen tersebut, yaitu apartemen di lantai 3 tanpa lift. Apartemen 2 kamar
yang besar sekali (bahkan meski ini
termasuk apartemen murah, tapi besarnya tetap jauh lebih besar ketimbang
apartemen di Jakarta. Di apartemen ini, saya punya jendela super lebar di kamar
tidur kami. Australia memang menerapkan program hemat energi, meski
kenyataannya pasokan listrik ke rumah-rumah penduduk tidak dibatasi jumlahnya
sebagaimana di Indonesia. Jendela besar ini, memiliki fungsi ganda. Di musim
panas, dia akan menghantarkan angin yang memudahkan pertukaran udara di dalam
ruangan sehingga ruangan tidak terlalu panas. Tapi yang paling asyik lagi
adalah, aku bisa menatap bintang-bintang yang bertaburan di langit di malam
hari. Asyik sekali. Aku senang memiliki pemandangan yang aku dapatkan di
jendela ini. Dan rupanya, inilah kamar yang aku sukai dan idolakan. Yaitu kamar
tidur dengan jendela super lebar dan memiliki pemandangan yang cantik.
Sekarang,
jika aku menginap di hotel-hotel maka pemandangan yang bisa aku dapatkan di
kamar hotel adalah sesuatu yang amat aku sukai. Senang rasanya bisa menatap
banyak hal dari jendela dan bisa menemukan banyak hal menarik dari pemandangan
tersebut. Seperti halnya pemandangan yang saya dapatkan di jendela kamar hotel
di Pulau Penang, Malaysia ketika liburan tahun lalu ini (bahkan saking
senangnya dengan jendela ini ketika room service datang, saya meminta agar
mereka merapihkan tempat tidur saya tapi meletakkan bantalnya bukan di kepala
tempat tidur karena saya akan tidur menghadap jendela. Si pelayan berwajah
oriental itu hanya bengong saja, dan saya harus mengulang kalimat saya hingga
tiga kali dengan intonasi yang lambat agar mereka mengerti. Setelah melihat
wajah bingungnya dan lelah harus mengulang perintah lagi yang ke 4 kalinya,
tiba-tiba si pelayan berlari keluar kamar dan masuk lagi dengan pelayan lain
yang mungkin berkebangsaan India. "Sorry, she can't speak english."
Oalaaaahhhhh.... akhirnya, aku
menjelaskan pada pelayan india itu apa mauku dan si pelayan India melakukannya.
Ah. Syukurlah.)
Nah, berikut ini adalah parade jendela-jendela kamar yang super keren dan kiut dan aku memimpikannya suatu hari nanti bisa memilikinya salah satu di antaranya (hehehe, aamiin, ya setidaknya bisa tidur di kamar seperti itu deh, meski hanya satu malam.).
Mba Ade...saya tinggalin jejak di sini..biar bisa nulis kayak mba Ade..secara...saya lagi rajin baca ocehan mba Ade, meski banyak yg ga sempat ninggalan jejak..
BalasHapus