Menghirup udara pagi dengan leluasa dan merasakan aliran
oksigen yang sejuk masuk menelusup ke seluruh jaringan paru-paru kita adalah
sesuatu yang sederhana. Dan itu insya Allah akan menghadirkan kenyamanan yang
tiada tara dalam diri kita untuk memulai hari.
Tersenyum pada mereka yang memiliki wajah ramah dan
bersahabat, adalah sesuatu yang sederhana. Dan itu jauh lebih sederhana
daripada memasang wajah cemberut sepanjang hari lalu dijauhi oleh semua orang.
Merasakan angin menerpa wajah ketika sedang berjalan dan
membiarkannya menghapus peluh yang sedang mengalir, adalah sesuatu yang
sederhana.
Tidak menjadi pemilih yang terlalu pemilih, juga sesuatu
yang sederhana. Dan insya Allah pasti memberikan kemudahan bagi kita dalam beradaptasi di mana saja.
Dan bagiku, aku punya lebih banyak
lagi hal-hal sederhana yang aku sukai.
Aku suka es teh manis ketimbang aneka minuman lain yang
pembuatannya lebih rumit, dan itu adalah sesuatu yang amat sederhana. Murah lagi, dan nyaris tersedia di warung
makan atau tempat yang menjual minuman di manapun.
Aku juga suka jalan
kaki ketimbang naik kendaraan
ketika menuju ke sebuah tempat yang
masih bisa aku tuju. Dan itu amat mendatangkan keuntungan karena insya Allah
fisikku jadi lebih kuat dan aku punya kesempatan untuk melakukan pengamatan
pada banyak hal di sepanjang perjalananku.
Aku tidak suka mengemil. Dan itu tentu saja sesuatu yang
amat sederhana. Kemanapun aku pergi, aku
jarang tergoda untuk membeli gorengan, atau di waktu senggang sibuk mencari
cemilan untuk mengisi waktu. Aku mencukupkan diriku makan kenyang di kala waktu
makan tiba, apa saja aku bisa makan, tapi setelah waktu makan selesai,
sudah. Aku jarang
geratak mencari cemilan di jeda waktu kosong berikutnya.
Tapi.... pernah tidak terbayangkan jika sesuatu yang amat
sederhana itu suatu hari akhirnya menjadi sesuatu yang terlalu sulit untuk diwujudkan?
Pernah tidak terbayangkan jika suatu hari nanti, kamu
kehilangan hal-hal sederhana yang tidak dapat kamu lakukan seperti biasanya?
Dan di tahun 2012 ini, aku mendapatkan kenyataan, bahwa
tidak selamanya hal-hal sederhana itu bisa mudah kita lakukan.
Semua berawal ketika di bulan Oktober, ketika aku baru saja
ingin melangkahkan kakiku untuk memasuki taman dimana terdapat jogging track,
tiba-tiba merasa tercekik dan kehabisan udara. Aku ingat itu adalah hari kamis,
pukul 06.30 WIB. Hari baru saja dimulai sehingga pada pukul sekian itu semua
orang sedang bersiap-siap untuk ke kantor atau ke sekolah sehingga taman pun
sepi. Sementara aku semakin merasa
tercekik dan semakin merasa kehabisan udara.
Aku tidak dapat menghirup udara denga leluasa, bahkan meski
aku berada di areal taman yang hijau dan rimbun dimana oksigen yang dihantarkan
oleh dedaunan dari banyak pohon seharusnya terjadi.
Lalu aku oleng dan limbung karena merasa gagal menghirup udara. Kering mendadak
dan merasa ... hampa.
Ah. Begini rasanya ternyata ketika kita kehilangan hal
paling sederhana untuk bisa dilakukan. Menghirup udara untuk bernafas adalah
sesuatu yang amat sederhana tapi aku gagal melakukannya dan itu ternyata
amat.... menakutkan.
Aku langsung berpikir itu adalah hari dimana akhirnya aku
bertemu dengan ajalku. Bukankah demikian gambaran yang selalu ditampilkan dalam
film-film adegan orang yang menghadapi sakaratul maut. Memegang leher
seakan-akan sedang mempertahankan roh yang akan keluar dari ubun-ubun kepala. Seakan-akan
cengkeraman kita di leher tersebut bisa menautkan setidaknya pergelangan kaki
roh kita yang akan pergi dari tubuh kita. Aku sekarang tahu. Gambaran itu bukan
berarti kita sedang berusaha menahan laju roh yang sedang meluncur keluar dari
tubuh. Tapi karena rasa kering akibat kita gagal mendapatkan udara untuk
bernapas.
GAGAL MENDAPATKAN UDARA UNTUK BERNAFAS, MEMBUAT KERONGKONGAN KITA TERASA SEPERTI TERCEKIK, TERJEPIT. DAN ITU AMAT MENAKUTKAN.
(belakangan aku tahu, bahwa ternyata aku menderita
anemia yang tidak main-main. Karena anemia
ini, maka sel-sel darahku gagal menghantarkan udara ke otak dan akibatnya, otak
pun terganggu aktifitasnya dan itulah yang membuatku oleng dan limbung dan
gagal menghirup udara).
Rentetan kejadian setelah sakitku itu panjang.
Karena anemia itu,
maka aku dilarang dokter untuk minum Teh. Semua jenis teh termasuk.... es teh
manis kesukaanku. Minuman paling
sederhana yang aku gemari.
Dan aku juga dilarang untuk berjalan kaki untuk jarak jauh
seorang diri. Padahal, itu adalah hal sederhana yang sering aku lakukan dan
senang aku lakukan.
Subhanallah. Dari sini aku memetik sebuah hikmah. Bahwa
dalam kekuasaan Allah, hal sederhana ternyata bisa dibalik begitu saja menjadi
sesuatu yang sulit. Dan sebaliknya, hal yang sulit dengan mudah bisa dibalik
menjadi sederhana. Semua hal, segala sesuatu itu, terjadi karena kemurahan
Allah untuk memberi kepadaku, kamu,
mereka, kalian, kita semua, sebuah kesempatan untuk bisa melakukannya.
Jadi... mari bersyukur jika kalian masih diberi kesempatan
untuk melakukan apa saja, meski itu hal-hal yang amat sederhana. Sebelum kesempatan
untuk melakukannya terhenti. Sebelum kesempatannya hilang. Allahu'alam.
------
Penulis: Ade Anita (30 desember 2012)
Tidak ada komentar