Anak sebagai Produk Pabrik Anak

Tulisanku yang dievakuasi dari rumah lamanya, Hello Myself-nya ade anita

FRIDAY, SEPTEMBER 05, 2003
Anak Sebagai Produk Pabrik Anak
Untuk ketiga kalinya, aku harus kehilangan harapan untuk memiliki anak lagi. Keguguran. Sebenarnya aku sudah memiliki dua orang anak yang manis. Alhamdulillah. Mereka berdua sungguh menjadi hiburan dan penyejuk mataku. Mereka juga menjadi sumber inspirasiku dalam berkarya. Ada banyak tingkah dan polah yang mereka lahirkan yang membuatku surprise dan terkagum-kagum karena terkadang aku merasa tingkah polah anak-anakku adalah perpanjangan dari tangan malaikat untuk menegurku sekaligus memahami sesuatu dan itu berlaku dalam banyak hal. Kini keduanya sudah mulai beranjak besar. Dan nostalgia serta kerinduan untuk kembali dapat menimang tubuh mungil seorang bayi yang lembut, halus, hangat dan manja membuatku ingin hamil lagi. Tapi mungkin Allah berkehendak lain.

Jika ada yang bertanya, sedihkan aku? Tentu saja aku akan merasa itu sebagai sebuah pertanyaan basa basi. Dalam kepalaku, ada sebuah pernyataan yang rasanya terpatri begitu besar dan lekat, mana ada seorang ibu yang tidak bersedih kehilangan anak-anaknya. Tapi ada hal yang lebih mulia yang harus dilakukan oleh para orang tua terhadap anak-anaknya. Mengikhlaskan segala sesuatunya karena anak sesungguhnya adalah amanah Allah yang bersifat sementara dan merupakan ujian tersendiri bagi orang tua. Itu sebabnya ada sebuah hadits yang mengatakan sebuah imbalan surga bagi orang tua yang mengikhlaskan kepergian dua orang anaknya akibat kematian. Bahkan di sekolah-sekolahpun ada sebuah pepatah yang diajarkan oleh para guru di pelajaran Bahasa Indonesia, “Seganas-ganasnya Harimau, dia tidak akan memangsa anaknya sendiri”.Tapi pernyataan ini, rasanya harus segera dikaji ulang.

Bagaimana tidak?

Selama bulan agustus dan hingga september ini, pihak keamanaan berhasil menangkap pelaku penyelundupan bayi. Para bayi ini diselundupkan dengan menyimpan mereka dalam kotak yang biasa dipakai oleh para nelayan untuk mengirim paket ikan gabus di dalam kotak peti kemasan. Peletakannyapun ditaruh di bagian penyimpanan barang-barang di perahu. Yup. Bayi-bayi mungil dan tak berdosa ini diletakkan seperti halnya barang-barang yang hendak diselundupkan ke luar negeri dengan menggunakan jalan laut (satu-satunya jalan yang paling aman untuk aktifitas penyelundupan karena negara kita memang dikelilingi oleh lautan yang luas.Astaghfirullah. Rasanya tak ada lagi hal yang lebih kejam dari hal tersebut. Rasanya, bayi-bayi tak berdosa itu benar-benar tak diperlakukan sebagaimana halnya seorang manusia. Padahal mereka sesungguhnya masih bersih dari berbagai macam noda dan dosa. Mereka lahir dengan fitrah yang putih bersih. Tapi peletakan mereka seperti itu dalam penyelundupan itu, tak lebih dari sebuah penghargaan bahwa mereka tak lebih dari sebuah barang yang ringan dan mudah dibawa kemanapun dikehendaki. Mereka tak ubahnya seperti barang-barang elektronik ilegal atau bangkai-bangkai ikan yang dibawa nelayan atau gelondongan-gelondongan kayu yang dibawa oleh para penjarah hutan untuk dijual ke negara tetangga secara ilegal!!

(Sebagai seorang ibu, apalagi karena baru saja kehilangan calon bayinya, aku sungguh sedih membaca berita ini). Ketika ditangkap, bayi-bayi itu ada yang baru berusia dua minggu. Bahkan seorang bayi yang berhasil sampai ke Malaysia (kota tempat tujuan penyelundupan ini sebelum mereka disebarkan ke tempat-tempat pemesanan yang entah dimana letaknya) ada yang masih bayi merah berusia satu minggu. Entah dimana nurani manusia-manusia yang terlibat dalam bisnis haram tersebut.Pada umumnya, bayi-bayi tersebut dikirim dari berbagai klinik bersalin (entahlah legal atau tidaknya) dengan disertai surat keterangan dari dokter pengirim bahwa para bayi-bayi tersebut bebas dari HIV-AIDS dan penyakit berbahaya lainnya. Yang lebih spektakuler, polisi akhirnya berhasil membekuk dan menangkap basah para pelaku di tempat kejadian.

DI sana (sebuah klinik bersalin di kota Lampung, Republika, 4 sep 2003), selain menangkap dokter, penadah juga ditangkap seorang ibu yang sedang hamil. Ibu tersebut sedang menunggu saat kelahiran sang bayi yang segera akan diserahkan pada klinik tersebut untuk dijual. Ah.Jika pepatah yang aku utarakan diatas, yaitu bahwa seekor Harimau ganas tidak akan memangsa anaknya sendiri, entahlah dengan sebutan seperti apa untuk menyebut ibu seperti itu. Dia tega menggadaikan anaknya sendiri. Anak yang sudah susah payah dikandungnya selama sembilan bulan lebih!!! Alasannya karena kesulitan hidup telah membuatnya sulit untuk mengais rejeki dari semua sudutpun dan anak di jaman sekarang ternyata merupakan pasokan modal yang menjanjikan. Ada juga alasan lain yang terlontar dimana si ibu hamil di luar kemauannya sendiri dan keberadaan si jabang bayi hanya akan menyulitkan pekerjaannya saja (yang terakhir ini umumnya dilakukan oleh para wanita yang berprofesi sebagai wanita penghibur).

Dengan kata lain, masalah yang akan ditimbulkan karena kehadiran anak yang tidak dikehendaki itu lenyap tapi di sisi lain ada pamasukan keuangan yang cukup memadai bagi mereka. (Ah, entahlah harus berkomentar).Beberapa tahun yang silam, kasus jual beli bayi ini juga pernah terjadi dan mencuat ke permukaan. Saat itu, terungkap bahwa seorang bayi harganya berkisar antara satu hingga dua juta rupiah.

Biasanya, bayi akan semakin mahal jika usianya semakin muda. Juga terungkap bahwa bayi yang disukai oleh para pembeli biasanya adalah bayi-bayi yang berkulit putih, sehat dan bermata agak sipit. Mungkin karena daerah pemasaran bayi-bayi tersebut adalah daerah Asia sehingga tipe-tipe bayi seperti itulah yang dicari orang. Aku ingin marah pada manusia-manusia tidak beradap tersebut. Tapi, kalau dipikir-pikir, mungkin akan lebih baik bagi sang bayi untuk dipelihara oleh pembeli yang berhati mulia tapi tidak bisa punya anak ketimbang dibesarkan oleh orang tua yang hanya melihat kehadiran anak sebagai sebuah produk dari pabrik anak yang bisa dimanfaatkan, harus dimanfaatkan, tak ubahnya barang-barang keluaran pabrik. Bagi mereka anak tak ubahnya seperti sepeda yang suatu saat bisa digadaikan hanya untuk membeli sebungkus nasi. Innalillahi wainnailaihi rajiun.WallahuÂ’alam.Semoga Allah memberi perlindungan pada kita semua agar selalu terhimpun dalam golongan orang-orang yang memeperoleh perlindungan-Nya dimanapun kita berada agar tidak terperosok pada kesesatan dan kejahilan. Aamiin.
posted by ade anita @ 1:03 PM

Tidak ada komentar