Aku teringat ketika berhaji di tahun 2018 lalu.
Ustad pembimbing memberitahuku bahwa ketika berada di depan Ka'bah, insya Allah kita bisa mengajukan doa yang berisi permintaan apa saja. Karena janji bahwa doa akan dikabulkan Allah inilah maka aku membuat list panjang permintaan doa. Detil, hingga kertas itu harus digulung dan digenggam.
Tapi apa yang terjadi ketika sudah benar-benar bersimpuh di depan Ka'bah?
Masya Allah. Tidak sanggup untuk membaca tulisan list panjang doa yang ingin dipanjatkan. Yang ada adalah tangisan, sesak dan berat, dan air mata membanjir hingga mengaburkan pandangan mata.
Lutut gemetar.
Tangan gemetar.
Ternyata yang hadir adalah rasa rindu yang teramat sangat. Begitu besar rasa rindu yang hadir hingga tubuh terasa lunglai.
Kalian pernah merasa amat rindu pada seseorang hingga hanya bisa menangis dan memeluk orang tersebut ketika akhirnya bisa bertemu? Mungkin memeluk seerat mungkin dan menghujaninya dengan ciuman rindu. Memeluk erat agar tidak terpisah kembali. Tak bisa berkata selain rasa syukur karena bertemu.
Nah.... demikianlah rasanya rindu yang tiba-tiba hadir tersebut.
Masalahnya, tidak ada yang bisa dipeluk.
Kita hanya tahu bahwa akhirnya kita sudah bertemu dengan Ka'bah. Kita sadar banget di dalam hati bahwa pertemuan dengan Allah sudah amat dekat dan itu menghadirkan rasa rindu yang teramat sangat..... amat sangat rindu hingga rasanya seluruh tubuh ingin runtuh dan meleleh. Tak sanggup menyanggah lagi.
Dan ada kesadaran bahwa pertemuan tersebut tidak akan bsia selamanya. Nanti pasti ada waktu dimana kita harus pulang kembali ke rumah dan jauh kembali. Tidak bisa dicegah.
Juga kesadaran bahwa entah apakah masih ada kesempatan untuk bisa kembali mengunjungi Ka'bah lagi. Apalagi jika tahu diri bahwa kondisi badan dan keuangan tak terbayangkan di masa depan.
Rindu yang amat besar.
Baru bertemu tapi sudah diingatkan akan berpisah kembali.
Itu sebabnya, ketika melihat foto ini, rasa rindu tersebut teringat kembali. Dan mengacaukan isi hati.
Sungguh beruntung mereka yang bisa berhaji tahun ini. Semoga doa kebaikan mereka diijabah Allah. Karena aku tahu, pada akhirnya, ketika rindu sudah menguasai kalbu sedemikian kuat, kita akan lupa tentang nafsu untuk berdoa yang buruk. Yang hadir adalah doa yang tulus untuk kebaikan. Itu sebabnya para ustad di banyak kajian selalu mengingatkan kita betapa pentingnya memelihara rasa rindu pada Allah dan RasulNya, pada ibadah; agar terpelihara niat untuk berbuat kebaikan di dalam diri kita. Selamanya insya Allah.
2 Agustus 2020
Tidak ada komentar