Mengapa Anak-anak Suka Bermain?

 [Parenting] Kalian tahu tidak perbedaan orang dewasa dan anak-anak? Yap, jawabannya orang dewasa cenderung untuk bersikap serius sementara anak-anak cenderung untuk bersikap main-main saja. Seperti syair yang ada di lagu pembuka  serial Crayon Sinchan:

Seluruh kota merupakan tempat bermain yang asyik
Oh senangnya aku senang sekali

Kalau begini akupun jadi sibuk
Berusaha mengejar-ngejar dia
Matahari menyinari semua perasaan cinta
Tapi mengapa hanya aku yang dimarahi

Di musim panas merupakan hari bermain gembira
Sang gajah terkena flu pilek tiada henti-hentinya
Sang beruang tidur dan tak ada yang berani ganggu dia
Oh sibuknya aku sibuk sekali

si crayon sinchan, yang khas dari Sinchan itu alisnya tebel banget


Kurang lebih, memang demikianlah dunia di mata semua anak-anak. Seluruh tempat yang mereka lihat adalah tempat bermain yang asyik. Apa saja jadi sebuah imajinasi tersendiri dalam pikiran mereka dan ujung-ujungnya jadi tempat bermain. 

Tapi, kenapa sih kok anak-anak suka bermain? 

Mengapa anak-anak suka bermain?

Nah, kebetulan aku menemukan bacaan ringan di Twitter yang mempertanyakan hal yang sama dan membuatnya menjadi sebuah Thread tersendiri untuk disimak. Ada di akun twitter milik @rebelEducator .

Menurut dia, di tahun 1998, Jaak Panksepp, yang dikenal sebagai seorang neuroscientist atau ahli syaraf, menemukan bahwa ternyata bermain itu adalah sebuah sirkuit fundamental dalam otak manusia seperti rasa lapar dan haus.

Anak yang lapar, mereka akan otomatis mencari makan. Dan kemampuan ini, Masya Allah,  sudah dimiliki oleh semua anak bahkan sejak mereka berada dalam kandungan. Begitu juga ketika anak merasa haus, maka mereka akan mencari minuman. Meski demikian, tetap saja sih, urusan makan dan minum harus tetap ada campur tangan orang dewasa untuk membantunya karena anak-anak sering mengabaikan rasa lapar dan haus mereka ketika sedang asyik bermain. 

Nah, kapan anak akan bermain? Yaitu ketika mereka merasa penasaran akan sesuatu. Jika informasi tentang sesuatu yang membuat mereka merasa penasaran itu ternyata hanya sedikit informasinya, maka mereka akan mengembangkan daya imajinasi mereka untuk mengerti cara kerja atau fungsi dari sesuatu yang membuat mereka penasaran tersebut. Nah, bisa jadi imajinasi ini salah, bisa juga benar, yang pasti imajinasi ini membuat mereka belajar dan mendapat informasi baru tentang sesuautu yang membuat mereka penasaran tersebut.

Bermain adalah bagian penting dari bagaimana anak-anak belajar. 

Lewat bermain, anak secara otomatis akan belajar dua kali lebih cepat. Itu sebabnya bermain menjadi bagian penting dari bagaimana anak-anak belajar tentang dunia. 

Tapi, bermain juga mengarahkan anak pada gaya tidak teratur dan spontan dan bisa menyebabkan sekelilingnya terlihat berantakan memang. Sehingga tidak cocok alias bertolak-belakang dengan periode rapi  dan teratur sebagaimana yang diajarkan oleh sekolah. 

Meski demikian, tetap saja beri kesempatan anak untuk bisa bermain.

Karena lewat bermain, anak belajar tentang berbagai macam hal. Di masa depan, dimana karir atau pekerjaan sering berganti-ganti tuntutannya dan ternyata tidak selalu paralel dengan apa yang dipelajari di sekolah sebelumnya, daya imajinasi yang terbentuk dari pengalaman bermain ketika masih usia anak-anak, akan membuat seseorang menjadi kreatif dan kreatifitas ini yang akan menuntunnya untuk lebih cepat menemukan sumber daya yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah yang sedang dia hadapi. 

Dengan kata lain, masa bermain pada masa kanak-kanak, akan melatih naluri seseorang untuk secara kritis mengarahkannya menuju kesuksesan. 

Pembentukan karakter pada seorang anak untuk bisa jadi sosok yang kreatif, kolaborasi, pemikir yang kritis, semuanya terbentuk ketika mereka bisa memenuhi kebutuhan untuk bermain di masa kanak-kanaknya. Karena semua karakter ini terbentuk ketika seorang anak sedang bermain. 

Bahkan, kebahagiaan seseorang di masa depan, juga ditentukan apakah ketika masa kecilnya, kebutuhan untuk memenuhi hak bermainnya terpenuhi atau tidak.

Bagaimana pandangan Islam tentang pemenuhan kebutuhan anak untuk bermain?

Dalam Fikih Perlindungan Anak disebutkan bahwa bermain adalah hak anak. Hak ini kerap terlupakan karena dianggap tidak penting. Padahal, jika dirujuk ke beberapa riwayat, ditemukan bahwa Nabi Muhammad Saw membiarkan cucunya bermain kuda-kudaan di atas punggungnya walaupun itu membuat sujud Nabi menjadi lebih panjang.

Wahai Rasulullah, saat salat engkau memperlama sujud, hingga kami mengira bahwa ada sesuatu yang telah terjadi atau ada wahyu yang diturunkan kepadamu? Rasulullah saw. menjawab: “Bukan karena semua itu, tetapi cucuku (Hasan atau Husain) menjadikanku sebagai kendaraan, maka aku tidak mau membuatnya terburu-buru, (aku biarkan) hingga ia selesai dari bermainnya” (HR an-Nasa’i).


Beberapa hikmah dari adanya hak bermain bagi anak salah satunya agar anak tumbuh dengan tubuh yang kuat dan fisik yang prima. Islam sangat menghargai kebugaran fisik, bahkan Rasulullah pun menyebutkan bahwa mukmin yang kuat memiliki keunggulan dibanding mukmin yang lemah. Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan) ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah” (HR Muslim).

Selain perkembangan fisik, bermain juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir bagi anak. Dalam Islam, kemampuan intelektual menjadi salah satu faktor ditinggikannya derajat seseorang oleh Allah setelah faktor keberimanan terpenuhi. “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS al-Mujadilah: 11). (mengutip dari https://muhammadiyah.or.id/salah-satu-hak-anak-dalam-islam-adalah-bermain/ )

Hmm.. informasi yang menarik kan? Dan Masya Allah ya ternyata Islam tidak bertentangan dengan aturan ilmu kekinian jaman sekarang. 

Semoga bermanfaat. 


 

3 komentar

  1. Refleks nyanyiin lagu di atas dengan nada lagu doraemon padahal harusnya lagunya Sinchan. Tentang anak ini kadang jadi pertanyaan sih apa memang anak-anak harus dipenuhi kebutuhan mainnya atau dibatasi di usianya karena harus diseimbangkan dengan belajar. Jadi terjawab, setuju sih. Terima kasih sharingnya!

    BalasHapus