Ibu rumah tangga adalah profesi utamaku dalam keseharian.
Lelah? Pasti. Pekerjaan apa yang tidak membawa kelelahan. Tapi aku senang melakukannya. Aku merasa istimewa ketika melihat anak-anak dan suami memperlihatkan senyum bahagia mereka di rumah. Itulah apresiasi yang mereka berikan padaku atas apa yang sudah aku kerjakan di keseharian. Dan bentuk apresiasiku pada diri sendiri adalah dengan cara menekuni hobi menulisku.
Di dunia ini, rasanya pekerjaan yang paling menyenangkan itu adalah melakukan hobi lalu kita mendapat hujan apresiasi dari orang lain setelahnya. Apresiasi dalam berbagai bentuk.
Aku merasa istimewa ketika apresiasi selain materi terus berdatangan menyemangati.
- Mbak, terima kasih ya. Setelah membaca tulisan mbak Ade, aku jadi punya keberanian untuk menerima beasiswa ke luar negeri.”
- Mbak, terima kasih ya. Setelah membaca tulisan mbak Ade, akhirnya aku alhamdulillah berani untuk datang ke dokter dan menjalani operasi untuk mengangkat tumor payudaraku.”
- Mbak, aku tidak pernah komen di blogmu. Tapi aku seorang silent readermu. Tulisan embak menemani hari-hariku yang galau dan berat. Bikin aku tersenyum, kadang terharu. Terima kasih ya sudah menjadi teman meski hanya lewat tulisan. Berharap suatu hari bisa bertemu betulan dengan dirimu, Mbak.
- Bahkan, putriku sendiri membaca blogku. Ini aku ketahui ketika suatu hari di bulan november 2015, aku sedang ngobrol dengan putriku. Waktu itu aku bertanya tentang sesuatu dan dia menjawabnya dengan jawaban yang tak terduga. "Aku tahu itu dari blog ibu."
Mungkin, ini sesuatu yang sepele bagi orang lain. Tapi, buatku ini bikin aku senang. Karena, ternyata aku dijadikan referensi pertama bagi putriku sendiri ketika dia mencari sebuah informasi. Ini membuatku jadi bersemangat untuk memperkaya blogku dengan konten yang lebih bermanfaat bagi putriku sendiri Insya Allah.
Pada setiap profesi tentu membutuhkan tenaga dan kekuatan agar bisa terus berkembang. Untuk itu aku memberikan apresiasi pada diri sendiri lagi.
Tahun 2015 ini, aku mencatat beberapa apresiasi yang aku berikan untuk diriku sendiri. Mereka adalah:
- Mengikuti kelas Fotografi singkat. Asli singkat, hanya 1 jam teori lalu 1 jam praktek. Materinya tentang still life fotographi. Ilmu singkat ini cukup memberi pemahaman buatku. Tahu sendiri kan, untuk memperkaya isi blog perlu foto-foto yang cantik.
- Mengikuti kelas menulis novel anak yang diasuh oleh Dian Onassis. Tujuannya akhirnya adalah menulis novel anak tapi tujuan awal aku mengikuti kelas ini adalah mempelajari cara berpikir dari sudut pandang seorang anak ketika menghadapi sebuah persoalan sehari-hari. Penting buatku karena blogku ini menulis tentang tema parenting.
- Mengikuti kelas menulis kisah inspirasi yang diasuh oleh Liza P. Arjanto. Dari kelas ini aku belajar cara menulis artikel yang menarik untuk dipublish di media cetak.
- Mengikuti kelas menulis cerita dewasa yang diasuh oleh mbak Nur Pujiastuti. Dari kelas ini aku jadi tahu cara menulis cerita untuk orang dewasa. Sayangnya, aku masih tertatih-tatih nih nulis tema ini. Susah keluar dari karakter diriku sendiri.
- Akhir tahun 2014, sebenarnya aku sempat ikut kelas menulis cerpen anak untuk majalah bobo yang diasuh oleh Bambang Irwanto .
- Menghadiri banyak undangan gathering blogger. Ini asli merefresh pengalamanku.
Itu sebagian catatan yang aku rangkum.
Untuk kesehatanku, aku mengapresiasi diriku sendiri dengan memberi kesempatan untuk diriku sendiri mengikuti kelas Pilates seminggu 2 kali. Ini kelas senam dengan menggunakan bola besar atau tali karet. Gunanya untuk melatih kelenturan tubuh, kekuatan dan keseimbangan. Sebenarnya, awalnya aku mengikuti kelas yoga. Tapi, ternyata kakiku kurang kuat. Mungkin karena pernah mengalami pengapuran ya. Jadi setiap kali selesai yoga malah jadi nyut-nyutan. Kebetulan, di hari lain ada kelas pilates. Dan ternyata penggunaan bola besar malah ramah untuk kakiku. Jadilah aku ikut kelas Pilates.
Menjalani dietkah aku tahun ini? Tidak.
Setelah lelah menjalani saran untuk aneka metode diet, aku berhenti mengikuti saran-saran itu. Tahun 2015 ini aku tidak menjalani diet apapun. Tapi, berusaha menerapkan pola hidup sehat. Banyak minum air putih, makan sehat, kurangi cemilan (meski berat) dan berusaha makan buah sebelum makan.
Untuk rohaniah. Tahun 2015 ini, hmm... masih harus terus belajar.
Untuk pertemanan. Aku akhirnya memutuskan untuk keluar dari beberapa group whats app dan group komunitas facebook. Setelah dipikir-pikir, lebih baik aku mulai selektif untuk bergabung dengan sebuah group. Jujur saja, beberapa group memang aku merasa kurang nyaman ketika berada di dalamnya.
Ada beberapa kebiasaan yang membuatku tidak nyaman jika berada di dalam group. Yaitu:
1. Jika itu group yang terdiri dari cewek dan cowok. Aku kurang suka jika bercandanya memakai candaan yang berbau pornoaksi atau pornografi.
2. Aku juga kurang suka group yang anggotanya berbicara kasar.
3. Aku tidak nyaman berada di group yang isinya hanya forward dan share ulang. Tidak ada interaksi di dalamnya.
4. Aku juga tidak nyaman jika di dalam group tersebut, isinya hanya full bercandaan saja. Atau nasehat dan tausiyah saja. Kedua sudut berbeda dalam pembicaraan ini menurutku malah membuat hati menjadi mati karena porsinya yang sudah lebay. Aku kan manusia biasa, perlu juga obrolan ringan tapi tidak bikin bete. Kebanyakan bercanda bikin bete. Kebanyakan denger nasehat dan tausiyah terus ya idem, bikin bete juga.
5. Aku tidak suka group yang banyak bicara atau bercanda kasar. Seperti menghina orang lain, atau menghujat, atau mengkerdilkan orang lain, atau membuat lelucon dengan maksud untuk menghujat atau menghina atau mengkerdilkan orang lain.
Akhirnya, dari ratusan group yang ada di facebook, aku seleksi lagi. Hasilnya, aku kini hanya bergabung dengan 39 group saja.
Untuk group whats app, aku hanya bertahan di kurang dari 10 group saja. Tapi, aktif hanya di 5 group saja. Yang lain silent reader. Karena memang group lainnya itu banyak memberi manfaat tapi lelah jika diikuti obrolannya.
Prestasi terbesar tahun ini: berhasil mengendalikan diri sendiri agar tidak terlalu banyak berbelanja dan menghambur-hamburkan uang untuk hal yang tak berguna. Belajar sabar itu berat. Dan belajar bersyukur itu juga berat. Itu sebabnya aku merasa istimewa tahun ini karena berhasil mengendalikan diri sendiri untuk sesuatu yang aku sulit untuk melakukannya.
Bahagia itu sederhana. Yaitu ketika kita merasa istimewa.
Dan aku alhamdulillah merasa istimewa memang karena aku ibu yang istimewa, Masya Allah.
Mbak ade gak masukon prestasi sbg blogger dlm hal apresiasi berupa materi? 😊😊
BalasHapusMbak ade gak masukon prestasi sbg blogger dlm hal apresiasi berupa materi? 😊😊
BalasHapusHwaa 10. Aku cuma 3 grup wa. Yg aktif ngikut pun cuma 1 xixixi.
BalasHapusHiiyaaaa... jadi ibu memang istimewa.
BalasHapusSama, mba, aku juga ga suka grup yang saling menghujat gitu.
Waaaaar biasaaah Ibu yang satu ini. Dan aku terkejut saat membaca ada 100 group FB yg diikuti. :D
BalasHapusya ampuuun banyak banget group WA-nya, Mbk :) btw, prestasi jadi blogger enggak ditulis ya?
BalasHapusAku merasa belum bisa jadi ibu yang istimewa macem dirimu mbak. Masih harus banyak belajar darimu mbak
BalasHapusAamiin.. Mudah2an selalu menjadi ibu yang istimewa. Grup wa ku cuma dua deh, baru mulai aktif wa nya. Itupun untuk hal kerjaan hehe...
BalasHapusPingin juga sih, mulai membatasi diri untuk mengikuti grup WA. Kadang merasa waktunya terbuang untuk hal yang tidak produktif kalau terlalu banyak baca WA. Tapi sekarang sih sudah berkurang banyak grupnya.
BalasHapusmemang ibu yg istimewa :)
BalasHapusYou are indeed special, Mba...like everyone of us. Seneeeng bisa kenal dan dekat dengan mba Ade walaupun fisik terpisah. Banyak belajar juga aku dari dirimuu..peluuuuuk :)
BalasHapusya terbukti mbak Ade ibu yg istimewa bagi anak2 ya
BalasHapusIbu Ade memang istimewa buat Ibam, Hawna, juga Arna . tentunya special buat suaminya juga hehehe
BalasHapusBahagia bisa mengenal mbak Ade :)
BalasHapus