para wanita yang luar biasa

Wanita. Makhluk dengan jenis kelamin yang satu ini rasanya memang selalu terus menerus membesut perhatian yang tiada pernah surut. Bukan.

Ini bukan tulisan yang mengupas tentang keindahan fisik seorang wanita. Terkadang, ulasan tentang apa itu cantik dan seksi serta siapa yang pantas menyandang predikat sebagai wanita tercantik hanya karena dianggap memenuhi point-point kriteria cantik, membuat seorang wanita menjadi terpenjara. Dalam hal ini, wanita pada akhirnya hanya dipandang sebagai sebuah objek barang pajangan. Bisa dibolak balik untuk menilai berapa taksiran harga tertingginya lalu jika tidak memenuhi syarat, dibuang. Aih.




Apa iya tidak ada sisi lain dari wanita yang bisa diperhatikan dan insya Allah punya nilai menarik? Terus terang. Ada banyak sisi lain dari seorang wanita yang menarik dan sesungguhnya amat kaya untuk dikupas. Salah satunya yang terkait dengan alat reproduksi yang dia miliki. Atau dengan kata lain, fungsi alamiah seorang wanita sebagai seorang ibu yang mengandung, melahirkan dan membesarkan anaknya.




(gambar dapat dari teman, gak tau dia dapat darimana)

Menjadi seorang ibu adalah sebuah pekerjaan yang amat mulia. Islam amat menghormati kedudukan seorang ibu. Rasulullah SAW pernah suatu hari ditanya siapa yang harus dihormati, maka Rasulullah SAW menjawab ibumu, ibumu, barulah kemudian ayahmu. Begitu pentingnya kedudukan seorang wanita sebagai seorang ibu sehingga peranan wanita di dalam rumah tangganya, jika dia berusaha untuk menjadi seorang istri yang sholehah dan seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya maka insya Allah dia akan mendapatkan pahala setimpal dengan pahala seorang mujahid (mereka yang pergi berperang fisabillah). Tapi, ada sebuah catatan yang amat jelas dalam Islam. Hendaknya, semuanya dilakukan dengan ikhlas dan niat untuk mencari keridhaan Allah semata. Tidak boleh dipaksa juga tidak boleh dalam keadaan terdzalimi.

Hmm.. adakah seorang wanita yang terdzalimi hanya semata karena dia menjadi seorang ibu? Jawabnya ada. Di pedalaman Ethiopia, Benua Afrika sana, seorang gadis kecil ternyata dipaksa menikah ketika mereka berusia 12 tahun atau kurang. Tentu saja, hal ini dilakukan karena gadis tersebut telah mengalami menstruasi pertama mereka (usia 10 - 12 tahun biasanya). Menstruasi pertama memang sering diidentikkan oleh budaya masyarakat sebagai saat yang tepat bagi seorang gadis untuk dinikahkan. Masalahnya adalah, tubuh kecil mereka (apalagi karena kebanyakan mereka tumbuh dengan gizi yang kurang) sebenarnya belum siap untuk melakukan tugas pertama seorang ibu yaitu: Mengandung dan melahirkan. Padahal, setelah menstruasi dan akhirnya menikah, seorang wanita biasanya akan hamil.

Alam Ethiopia yang keras, dimana tanahnya yang tandus, panas serta krisis air memaksa gadis-gadis belia ini harus berkutat antara kerasnya alam, beratnya tugas rumah tangga serta menjalani masa-masa kehamilan. Yah. Seorang istri di masyarakat Ethiopia memang harus bekerja keras membantu suaminya. Hal ini karena memang Ethiopia termasuk salah satu negara termiskin di dunia. Jadi, dengan tubuh kecil dan kurusnya, dengan perut membuncit karena mengandung, gadis-gadis kecil tersebut harus berlari-lari guna mengembalakan ternak suaminya, memanggul tempayan air yang berat di atas kepala, menggotong kayu bakar, bahan makanan serta berbelanja. Bisa ditebak. Bayi yang mereka kandungpun akhirnya sebagian besar lahir dalam keadaan tidak bernyawa. Tapi, sebagai istri yang harus melayani suaminya, dia tetap harus melayani suaminya sehingga sebelum sempat istirahat, kandungan tersebut harus mulai terisi lagi alias hamil lagi. Dan kejadian janin yang gugur karena kandungan yang lemah terjadi lagi. Sebuah penelitian menelusuri bahwa ternyata, sampai akhirnya seorang gadis bisa sempurna melahirkan bayi yang hidup itu, setelah sebelumnya mereka dua atau tiga kali mengalami keguguran atau melahirkan bayi yang telah meninggal sejak dalam kandungan. Padahal, di daerah keras tersebut, sama sekali tidak ada dokter atau rumah sakit bersalin yang kompeten untuk melakukan pertolongan pada mereka. Biasanya, penolong para gadis muda ini adalah seorang dukun beranak atau sesepuh wanita yang dianggap telah berpengalaman.

Jadi, tidak ada yang namanya jahitan, pengobatan rahim yang luka, dan sebagainya. Ditambah dengan kegiatan dorong dan mengeluarkan (sesuatu yang terjadi ketika harus melahirkan atau mengeluarkan janin dari rahim), kegiatan seksual yang terus berlangsung tanpa jeda masa nifas, maka otot rahim, otot vagina, serta otot kandung kemihpun menjadi kendur, bahkan rusak dan tidak lagi dapat berfungsi dengan baik. Beberapa yang parah malah juga mengalami kerusakan/kekenduran hingga di bagian otot dubur. Akibat dari tidak berfungsinya otot-otot di daerah tersebut, maka para gadis muda ini pun tidak dapat lagi mengendalikan saluran pembuangan mereka.

Jadi, jangan heran jika mereka sedang berdiri atau duduk atau tidur, tiba-tiba dari alat pembuangan tersebut keluarlah cairan atau gas atau benda padat yang merupakan sisa pembuangan dari tubuh (maaf, maksudnya air kencing, kentut, darah menstruasi, cairan keputihan hingga buang air besar).

Benda-benda busuk ini mengalir keluar begitu saja dari tubuh mereka lewat saluran pembuangan tanpa bisa diketahui atau dikendalikan. Kondisi ini biasa disebut dengan Fistula. (Hmm.. mungkin kalau orang tua sering bilang, turun berok yah? Eh, apa sih istilahnya kalau di Indonesia? ) Wanita dengan fistula ini, pada akhirnya dikucilkan tidak hanya oleh suami dan keluarganya tapi juga oleh masyarakatnya. Mereka dianggap bau, jorok, dan...¦. Sampah! Beberapa gadis yang terbuang akhirnya membentuk sebuah komunitas yang tersendiri. Jadi, jangan heran jika ada sebuah desa yang isinya melulu adalah janda wanita tua atau janda wanita muda yang berwajah muram dan terlihat penyakitan. Keluarga mengusir dan menngucilkan mereka, masyarakat mengusir mereka, dan suami telah mencari istri baru yang muda, yang sehat dan "belum rusak onderdilnya".

Nasib para gadis muda ini memang amat mengenaskan. Setelah dipaksa menikah (saya tonton di televisi acara pernikahan paksa tersebut. Gadis tersebut dililit dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan gulungan kain berwarna putih. Persis seperti kepompong, hanya disisakan sedikit lubang untuk lubang hidungnya. Lalu kepompong gadis kecil ini dipanggul di pundak bapaknya untuk diserahkan pada keluarga mempelai pria dengan dilepas melewati iring-iringan pukulan kendang dan teriakan nyanyian adat. Nanti sang bapak memperoleh beberapa ternak dan bahan makanan sebagai mas kawin dari mempelai pria. Si gadis kecil yang tidak berpakaian sama sekali ini hanya bisa menjerit dan meronta-ronta dalam belitan gulungan kain putih tersebut. Tapi tidak ada yang peduli. Setelah diserahkan ke tangan mempelai pria, kepompong gadis kecil ini langsung ditaruh di kamar pengantin. Suami tinggal membuka lilitan kain putih tersebut dan siap menikmati malam pertamanya dengan istri barunya tersebut. Hik, Mengenaskan).

Diperkirakan, ada sekitar 9000 wanita di pedalaman Ethiopia yang mengalami Fistula. Dr Catherine Hamlin adalah seorang dokter wanita asal Australia yang merasa prihatin dengan kondisi para gadis muda tersebut. Maka dengan penuh keyakinan, dia mencari cara untuk mengobati penyakit tersebut. Lalu bersama dengan suaminya, mereka berdua terbang dari Australia ke Ethiopia sana untuk menetap dan memberikan pengobatan pada para wanita-wanita malang tersebut lewat rumah sakit yang mereka berdua dirikan, yaitu RS Fistula Addis. Subhanallah.

Dr. Catherine Hamlin of Ethiopia is awarded the "Alternative Nobel" Prize
"...for her fifty years dedicated to treating obstetric fistula patients, thereby restoring the health, hope and dignity of thousands of Africa's poorest women."
Source: rightlivelihood.org (keterangan dan gambar diperoleh dari sini.


Itulah salah satu gambaran dari wanita-wanita luar biasa yang mendapat Chutfah Award yang kebetulan saya tonton di Metro TV (30/4/2005, pk.10.00). Chutfah Award adalah penghargaan bagi para wanita yang dianggap telah melakukan hal yang amat luar biasa bagi orang lain tanpa pamrih. Para wanita yang menerima penghargaan ini, memang sungguh luar biasa. Mereka tidak lagi peduli dengan kesenangan dunia yang telah mereka miliki sebelumnya. Mereka lepaskan semua kemapanan yang sedang mereka genggam, mereka lepaskan semua harta, kesenangan dan kedudukan yang mereka miliki di kehidupan mereka demi membantu orang lain. Dan meski Chutfah Award ini adalah penghargaan versinya Oprah Winfrey, saya tetap meneteskan air mata haru melihat kehebatan para wanita-wanita tersebut.

Ada seorang wanita muda yang pandai, cantik dan punya segudang prestasi. Dia mendapatkan beasiswa untuk kuliah di universitas yang diidamkannya. Dia juga punya kehidupan sosial yang serba enak. Juga orang tua yang mapan. Hingga suatu malam serombongan perampok masuk ke dalam rumah mereka. Kedua orang tuanya dibunuh di depan matanya dan seluruh hartanya dikuras habis lalu dibawa kabur. Tinggal dua adik perempuannya yang menggigil ketakutan dan mengalami trauma hebat. Akhirnya, wanita tersebut dengan keberanian luar biasa mengendalikan kelangsungan keluarganya tersebut. Dia menjadi ayah, ibu, sekaligus "dokter pembimbing" bagi adik-adiknya yang trauma. Dari mulai tidak tahu apa yang harus diperbuat hingga akhirnya kini kedua adiknya telah berhasil jadi "orang". Kini wanita itu masuk akademi kepolisian dengan satu tujuan, ingin membantu orang lain agar terhindar dari kesulitan yang telah berhasil dia lalui.

Menyaksikan kisah keberanian wanita tersebut, saya jadi teringat betapa kita sebagai manusia benar-benar tidak dapat meramalkan apa yang terjadi di hari esok. Betapa semua yang kita miliki sebenarnya sama sekali tidak kita miliki. Semua hanyalah barang titipan yang bersifat sementara saja. Bisa lenyap dalam sekejap dan tidak terduga. Dan kehidupan seperti roda yang akan terus berputar. Tidak selamanya kehidupan yang serba enak, mapan dan mudah akan berlangsung. Suatu hari akan tiba masanya roda membawanya ke bawah, menyentuh lumpur dan tanah becek. Akan tiba masanya saat-saat sulit, penuh perjuangan, dan gelimang ujian. Hasbunallah wa ni'mal wakil. Dalam hati saya terus berdoa agar apapun kondisi di hari esok, semoga Allah tetap membimbing saya agar tidak terlepas dari tali agama Allah. Ammien.

Satu lagi kisah wanita dalam acara tersebut yang membuat saya trenyuh. Yaitu kisah Leslie. Dia seorang arsitek yang merasa prihatin dengan sepak terjang negaranya, Amerika Serikat, menyerang Afghanistan. Terlebih setelah menyaksikan bahwa setelah Afghanistan runtuh dan porak poranda, Amerika Serikat sama sekali tidak mempedulikan nasib rakyat di negara yang telah diserangnya tersebut. Maka Leslie pun merasa terpanggil untuk membantu rakyat Afghanistan sebagai rasa tanggung jawabnya sebagai warga negara dimana negaranya telah bertindak sewenang-wenang pada orang lain (luar biasa nggak sih nih, dia yang warga negara biasa merasa bahwa negaranya yang salah tidak bisa diharapkan untuk memperbaiki kesalahan maka dia sendiri yang turun tangan untuk memperbaiki kesalahan yang diperbuat oleh negaranya).

Semula Leslie adalah seorang jurnalis dan pemilik toko susu dan yoghurt. Maka Leslie pun berangkat ke Afghanistan dengan cita-cita ingin mendirikan kembali atau memperbaiki bangunan perumahan yang telah dirusak oleh bom Amerika Serikat.

Tapi, seorang wanita di Afghanistan tidak bisa dengan mudah lalu lalang mengerjakan banyak hal di tengah masyarakat. Leslie tidak habis akal, maka dia pun mengenakan pakaian seperti laki-laki. Tentu saja tidak mudah. Wajah cantiknya tetap terlihat. Maka banyak sekali pihak yang menentang cita-cita mulianya. Bahkan setelah Leslie menjelaskan bahwa dia bukan mata-mata tapi murni ingin membantu rakyat pun tetap saja kehadirannya dicurigai oleh rakyat yang trauma perang dan penguasa setempat yang arogan.

Leslie tidak putus asa. Dia dengan berani menghadap pemimpin setempat, menjelaskan maksud kedatangannya dan meminta ijin serta kemudahan untuk mewujudkannya. Pemimpin setempat tidak setuju, dia maju lagi menghadap atasan pemimpin setempat tersebut, lalu atasannya atasan pemimpin setempat tersebut lagi hingga dia akhirnya berhasil meyakinkan mereka dan akhirnya memperoleh bahan material untuk mendirikan bangunan perumahan rakyat tersebut. Akhirnya, setelah bangunan pertama berhasil dia dirikan, rakyat pun tidak lagi memandang sebelah mata pada status keperempuanannya dan niatnya tersebut. Mereka mulai percaya dan mulai membantunya. Akhirnya beberapa rumah berhasil dia dirikan.

Oprah Winfrey: "Apa yang membuat kamu ngotot ingin membantu rakyat di Afghanistan sana dan melepaskan kehidupannya disini? Berapa penghasilanmu?"

Leslie: "Pendapatan saya sekarang di Afghanistan hanya $1,80 sehari. Pekerjaan saya semula memberikan $30 sehari. Tapi, saya merasa ini adalah tanggung jawab saya sebagai manusia. Pekerjaan saya sebagai wartawan mengharuskan saya menulis kebenaran. Tapi, jika hanya menulis dan mengkritik tapi tidak pernah melakukan sesuatu untuk perubahan, adalah sebuah kesia-siaan. Kita tidak bisa hanya mengkritik untuk menyuruh orang lain yang melakukannya atau mengandalkan orang lain akan melakukannya. Harus dimulai dengan diri sendiri. Dan ini adalah panggilan nurani saya."

Aih. Lagi-lagi saya jadi malu hati menyaksikan kisah wanita-wanita luar biasa tersebut. Sedih juga mengingat diri ini. Sampai sejauh ini, apa yang telah saya lakukan untuk orang lain? Padahal, kelak di pengadilan tertinggi nanti, pertanyaan yang harus saya jawab adalah kemana kaki ini telah saya langkahkan dan apa saja yang dilakukan oleh tangan ini. Padahal nanti juga ada pertanyaan kemana harta dan ilmu yang saya miliki ini telah saya gunakan.
Astaghfirullahaladziim. Ternyata diri ini amat kecil seperti debu di padang pasir. Padahal Rasulullah SAW telah memberitahu kita bahwa manusia yang paling baik adalah mereka yang paling bertakwa dan paling bermanfaat bagi orang lain.

---- jakarta, 30 mei 2005.

Penulis: Ade Anita
Masih banyak artikel lain di http://www.kafemuslimah.com.... mampir ya.^_^

Tidak ada komentar