Rekam Jejak Bangsa dalam Museum Nasional


[Parenting] Dua anak saya, yaitu yang pertama dan yang kedua, dahulu sekolah di Sekolah Dasar Negeri. Sebagai seorang ibu, saya selalu mendampingi anak-anak saya ketika sekolah berencana untuk melakukan perjalanan Study Tour ke luar sekolah. Tempat yang selalu dikunjungi oleh anak-anak saya ketika mereka bersekolah itu adalah mengunjungi Museum.



Jika dihitung-hitung, bisa dikatakan nyaris setiap dua tahun sekali saya mengunjungi Museum-museum yang ada di seputar Jakarta. Yaitu setiap kali anak saya duduk di kelas 3 (tiga) dan kelas 5 (lima). Dan terulang lagi ketika anak yang berikutnya punya tugas yang sama. Karena begitu seringnya saya mengunjungi Museum-museum ini, saya jadi agak menganggap remeh kehadiran museum-museum ini. Semua jadi tidak terasa istimewa lagi karena terlalu sering dilakukan. Hingga akhirnya saudara saya datang dari luar kota. Kedatangan mereka yang ingin mengisi liburan di kota Jakarta, selain mengunjungi tempat hiburan dan mall, memilih untuk mengunjungi Museum.

Saat ini, tahun 2014, tempat-tempat hiburan dan Mall-Mall memang sudah mulai merambah ke banyak kota yang tersebar di Indonesia. Bentuknya mulai mirip-mirip, dan juga isi Mall-nya. Ada Bioskop, Food Court, Counter Handphone, Kios Baju dan Tas Import. Itu sebabnya dua tempat ini (tempat hiburan dan mall) tidak lagi menjadi ciri khas kota Jakarta. Sebaliknya, museum tetap menyimpan kekhasan. Itu sebabnya saudara-saudara saya dari luar kota jika berkunjung ke Jakarta selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Museum.

Museum Collection Make Connection

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri.”

Kalimat di atas adalah kalimat terkenal yang pernah diucapkan oleh Sukarno, yang menjadi Presiden RI yang pertama. Kalimat ini, yang semula terdengar biasa saja di telinga saya, saat ini kembali terasa maknanya yang dalam ketika anak saya yang bungsu masuk sekolah dasar tapi bukan Sekolah Dasar Negeri seperti kakak-kakaknya. Anak bungsu saya masuk Sekolah Dasar Swasta. Putri bungsu saya ini, oleh pihak sekolah ternyata tidak pernah mendapat jadwal untuk mengunjungi Museum. Akibatnya terasa sekali. Dia jadi seperti kehilangan pemahaman tentang sejarah bangsanya, bangsa Indonesia. Jika menanyakan tentang hal-hal modern seperti gadget, film-film modern dan bahkan sejarah raja-raja di Korea sana plus budayanya, dia sudah amat mengenalnya. Karena itulah yang dia saksikan di televisi dan media massa; serta menjadi topik pembicaraan ketika berkumpul dengan teman-temannya. Tapi ketika ditanyakan tentang sejarah Indonesia dan budaya Indonesia, dia bengong. Dari sinilah saya baru merasakan bahwa mengunjungi Museum itu adalah sebuah hal yang positif bagi para generasi muda kita. Karena dengan mengunjungi museum, generasi muda jadi mengetahui bagaimana sejarah bangsanya sendiri, budaya bangsanya sendiri dan juga jasa para pahlwan yang telah mendirikan negara Indonesia. Dari pengetahuan-pengetahuan tentang sejarah tersebut, insya Allah akan muncul sebuah rasa nasionalisme tersendiri dalam benak mereka. Bukankah, tak kenal maka tak sayang?

Sejarah memiliki nilai yang sangat penting dan berharga di kehidupan masa depan. Karena, kehadiran sejarah akan membuat anak cucu kita mengetahui bagaimana bangsa ini didirikan, bagaimana perjuangan untuk mempertahankan bangsa ini dahulu, dan memahami bagaimana kehidupan masyarakat Indonesia. Kedudukan sejarah menjadi lebih penting dalam hal ini mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali sejarah yang dimulai dari zaman pra-sejarah hingga zaman teknologi modern seperti sekarang. 

"Kamu tahu nak, dulu, sebelum kita menggunakan pisau untuk mengiris makanan seperti sekarang, nenek moyang kita menggunakan alat-alat sederhana untuk memperoleh makanan dan mengolahnya."

"Kenapa bisa gitu bu?"

"Ya.. karena jaman dulu besi belum ditemukan. Jadi, awalnya nenek moyang kita menggunakan batu-batu yang mereka temui di jalan. Kan suka ada tuh batu yang ujungnya pipih dan tajam? Nah.. dengan batu itulah nenek moyang kita berburu binatang dan memotong tanaman. Lalu, lebih canggih lagi, mereka mreteli gigi-gigi hewan yang sudah mereka buru itu. Kan tajam-tajam tuh gigi hewan-hewan itu, nah, disatuin dengan kayu lalu nenek moyang mulai membuat pisau sederhana. Dan mereka terus berpikir untuk lebih mempercanggih penemuan mereka agar hidup bisa lebih mudah lagi sampai akhirnya dari pisau sederhana mulai dikembangin jadi pisau yang lebih rumit seperti sekarang kayak pisau lipat yang punya banyak kegunaan dalam satu gagang itu. Tuh.. hebat dan sabar ya nenek moyang kita hingga kita akhirnya bisa hidup dengan segala kemudahan seperti sekarang."



Ini foto-foto tentang diorama manusia purba yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia jaman pra sejarah. Diorama ini terletak di lantai satu Museum Nasional bagian manusia dan lingkungan. (foto diambil dari sini)

Dan sebuah peradaban sendiri, sebenarnya merupakan sebuah pertumbuhan dari denyut perubahan kondisi dalam masyarakat sendiri. Ada sebuah hubungan atau koneksi yang akan selalu terjadi dari sebuah peristiwa. Yaitu, apa yang terjadi di masa sekarang, dipastikan merupakan konsekuensi dari apa yang terjadi di masa lalu. Dan apa yang terjadi di masa lalu, akan menyumbangkan sebuah perubahan untuk terbentuknya sesuatu di masa yang akan datang. Rekam jejak sebuah bangsa akan selalu bisa dilacak lewat peninggalan sejarah dari bangsa tersebut. Itu sebabnya keberadaan sebuah museum menjadi amat penting. Manusia mungkin saja tidak berusia panjang untuk bisa menyaksikan perubahan di masa yang akan datang, tapi generasi di masa depan tidak akan pernah melupakan para pendahulunya karena keberadaan barang-barang peninggalan mereka yang tersimpan di sebuah museum. Barang-barang peninggalan inilah yang menjembatani generasi masa depan dan generasi jaman dahulu. 
Dan museum dalam hal ini adalah bangunan yang menyimpan semua barang-barang peninggalan tersebut. Tidak terkecuali Museum Nasional yang terletak di Jalan Medan Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat 10110 (Telepon +62 21 386-8172)


keberadaan patung gajah tepat di depan Museum Nasional inilah yang membuat Museum ini dikenal dengan nama Museum Gajah.  Patung gajah ini sendiri sebenarnya adalah hadiah dari raja Thailand, raja Chulalongkorn,  untuk Indonesia.

Gambar diambil dari sini


Sejarah Museum Nasional Hingga Menjadi Lembaga Kebudayaan Nasional



Keberadaan Museum Nasional diawali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (the Age of Enlightenment) yaitu dimana orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.

Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG) merupakan lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penetitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi dan sejarah, Berta menerbitkan hash penelitian. Lembaga ini mempunyai semboyan "Ten Nutte van het Algemeen" (Untuk Kepentingan Masyarakat Umum) (sumber info: website Museum Nasional).

Disinilah terlihat koneksi atau hubungan sumbangan dari sejarah kebudayaan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran ilmiah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan dan pemikiran ilmiah memang terus mengalami perkembangan karena memiliki sebuah tujuan yaitu untuk memberi kemudahan pada pekerjaan manusia dan sekaligus untuk membuktikan hal-hal yang selama ini terlihat tidak mungkin untuk dicapai menjadi mungkin. Lewat sumbangan keduanyalah sebuah kebudayaan dalam suatu bangsa terus mengalami perkembangan. Lewat rekam jejak sejarah pulalah maka sebuah bangsa belajar sistem pertahanan keamanan negaranya. Dan demikianlah Museum Nasional dalam sumbangannya terhadap sejarah Indonesia. Itu sebabnya pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar "koninklijk" karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah sehingga lengkapnya menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pada tanggal 26 Januari 1950, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen diubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia. Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi waktu itu, sebagaimana tercermin dalam semboyan barunya: "memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya".

pusaran waktu yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan lewat barang-barang peninggalan sejarah.
sebuah patung modern yang menggambarkan tentang pusaran waktu ini ada di depan Museum Nasional (foto diambil dari sini). Di depannya terdapat batu dengan tulisan:

(foto dokumentasi pribadi) ... "Ku yakin sampai disana" adalah harapan dari generasi sebelumnya pada generasi mendatang bahwa mereka akan selalu terhubung lewat tautan barang-barang peninggalan sejarah
Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962 Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat. Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.


Dari Jaman Teknologi Batu hingga jaman Teknologi Maju

Ayo berlibur ke Museum Nasional. Image bahwa Museum Nasional adalah tempat yang angker sepertinya sudah lama ditanggalkan. Museum yang juga dikenal dengan nama Museum Gajah ini, kini tidak lagi hanya melulu memperlihatkan batu-batu yang mewakili teknologi yang dimiliki oleh nenek moyang kita jaman dahulu. Sekarang, Museum Nasional juga mendokumentasikan perkembangan teknologi  yang terjadi dalam masyarakat dan sudah otomatis menjadi bagian dari sejarah dari masyarakat tersebut. Itu sebabnya Museum Nasional kini tampil lebih dinamis.



batu-batu menhir dari jaman kerajaam Mulawarman

alat musik tradisional Indonesia warisan budaya nenek moyang Indonesia

Model Perahu suku di Papua

Model-model rumah tradisional di Indonesia


Keramik-kemarik koleksi dari pemberian negara-negara sahabat


kerajinan perak suku Riau

dari jaman batu hingga jaman teknologi maju, semua lengkap ada disini

Kursi kerajinan tradisional Indonesia. Betapa kayannya pengetahuan dan tingginya kreatifitas orang Indonesia ya?
(semua rangkaian foto ini diambil dari sini)
suasana dalam museum yang memperlihatkan perkembangan teknologi bangsa Indonesia. Mulai dari jaman batu hingga jaman teknologi yang lebih maju. 


Lihat kedua perhiasan di atas. Sebuah mahkota yang dikenakan oleh kerajaan Banten, sedangkan di bawah adalah sebuah anting-anting yang dimiliki oleh suku Mamuli. Luar biasa seni kreatif nenek moyang kita dan sekaligus luar biasa kekayaan sumber daya emas negara kita.
(gambar diambil dari sini)


salah satu pameran yang diadakan di Museum Nasional. Dari judulnya, terlihat bagaimana sumbangan benda-benda bersejarah terhadap perkembangan budaya kita


Saat ini, terdapat  lebih dari 240 ribu benda-benda yang menjadi koleksi di Museum Nasional,  yang berasal dari seluruh nusantara yang terbagi dalam beberapa kategori seperti history, geography, prasejarah, ethnography, archeology serta numismatic dan keramik. Sungguh sebuah rekam jejak sejarah yang luar biasa bagi pengetahuan dan kebudayaan. Itu sebabnya, sekarang misi dari museum nasional sudah mengalami perkembangan tersendiri: 

"Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban dan kebanggaan terhadap kebudayaan nasional, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antarbangsa".

Karena misi tersebut, maka Museum Nasional kini juga membuka diri untuk diselenggarakannya event-event besar yang bisa diadakan di area Museum Nasional. Seperti misalnya penyelenggaraan pameran, pertunjukan seni dan budaya, pemutaran film (yang ada hubungannya dengan sejarah dan budaya Indonesia tentunya) atau event-event besar lainnya. Bahkan pada bulan Maret 2014, Kumpulan Emak Blogger menyelenggarakan pagelaran Penganugerahan Srikandi Blogger Award 2014 di Museum Nasional.



Dan ini adalah video yang menampilan acara akhir pekan yang tidak biasa yang dilakukan oleh sebuah komunitas di Museum Nasional.



Oh ya.. ini harga tiket masuk Museum dan waktu bukanya:

Peta Lokasi Museum Nasional


----------------
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba  Blog Museum Nasional



bahan bacaan:
- https://www.facebook.com/museumnasionalindonesia
- http://www.museumnasional.or.id
- http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Nasional_Indonesia
- http://ifanjayadi1980.wordpress.com/2014/03/01/museum-nasional-jakarta/

3 komentar

  1. di museum inilah kita bisa bertemu ya

    BalasHapus
  2. woww...mak Ade super duper komplit...sukses ya untuk kontesnya. Tadi sore au udah BW di blog ini, sayang keputus listrik. Jadi baru bisa BW malem :D

    BalasHapus