Enaknya jalan-jalan di usia
yang kita sudah cukup matang untuk mengerti segala sesuatunya itu adalah, kita
bisa merekam semua kegiatan kita dan menggabungkan rekaman kegiatan itu dengan
pengetahuan yang kita miliki yang lain yang ada di ingatan kita. Itu sebabnya
saya amat antusias sekali ketika berkunjung ke Candi Borobudur, Candi
Prambanan, Keraton, dan pantai Parangteritis.
Jujur. Setelah waktu kecil
dahulu saya ke sana, baru kali ini saya melihat kembali Candi Borobudur setelah
pemugaran dalam arti setelah reservasinya di tahun 1973 hingga 1983 itu. Candi
Borobudur diakui oleh UNESCO sebagai salah satu world Heritage di tahun 1991. Bentuknya
memang megah sekali. Dan setelah masa reformasi ini, maka ada kebebasan bagi
umat Budha untuk memakai candi ini sebagai salah satu tempat ibadah mereka,
maka ada beberapa aturan baru yang diberlakukan. Salah satunya adalah: kita
dihimbau untuk mengenakan pakaian yang sopan. Itu sebabnya disediakan sebuah
kain untuk menutupi tubuh bagian pinggang ke bawah.
Candi Borobudur ini memang
adalah candi agama Budha. Terlihat dari banyaknya relief tentang sejarah hidup
Sidharta Gautama yang terdapat di seluruh dinding Candi Borobudur. Riwayat
hidup Sang Buddha Gautama dimulai pada saat para dewa di surga Tushita
mengabulkan permohonan Bodhisattva untuk turun ke dunia. Di dunia, Bodhisattva
menjelma menjadi manusia bernama Buddha Gautama. Cerita ini bisa dilihat dari
teras pertama candi Borobudur (FYI: ada 9 teras berundak dan sebuah stupa induk di puncak
Candi Borobudur yang terdiri dari 6 teras
berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran).
Daaaannnn.... ini dia foto-foto waktu liburan ke candi Borobudur lalu.
ini sang Budha sedang memberikan pelajaran pada murid-muridnya di bawah pohon Bodi |
Sayangnya, saya tidak
mencatat lebih jauh perihal cerita tentang riwayat hidup Sang Budha Guatama ini
karena keterbatasan waktu yang saya miliki di masa jalan-jalan ini. Dari Candi
Borobudur, saya juga mendatangi candi Prambanan.
Nah; kebalikan dari Candi
Borobudur yang merupakan tempat peribadatan umat Budha, maka candi Prambanan
adalah tempat peribadatan umat Hindu. Sama seperti di candi Borobudur, di
sinipun kita diharapkan memakai kain yang disediakan untuk menghormati tempat
peribadatan umat Hindu tersebut.
Candi Prambanan, adalah
wilayan kawasan candi yang diperuntukkan untuk Dewa-dewa di agama Hindu. Ada
tiga candi besar di Prambanan yaitu candi yang diperuntukkan bagi dewa Wisnu,
Brahma dan Syiwa. Masing-masing candi besar itu didampingi oleh candi
pendamping yang lebih kecil. Dan pada reliefnya, terdapat cerita tentang kisah
Ramayana, dengan kisah cinta Rama dan Shinta yang terkenal tersebut.
ini foto-foto relief dimana Rama membawa pasukannya untuk menghadapi Rahwana yang telah menculik istrinya, Shinta. |
Ngomong-ngomong tentang
candi Hindu yang diwakili oleh candi Prambanan ini, saya jadi teringat dengan
Candi Angkor Wat yang terdapat di Kamboja. Kebetulan tulisan ini memang dibuat
dalam rangka menjawab sebuah pertanyaan terkati dengan tugas hari kedua #10daysfor ASEAN:
Sudah pernah berwisata ke Candi Borobudur? Menurut penjelasan ahli sejarah, relief Borobudur ada kemiripan dengan Candi Angkor Wat, yang berada di Kamboja. Padahal, Borobudur dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat ada. Apakah ini menandakan bahwa negara-negara di ASEAN itu serumpun? Apa pendapatmu mengenai hal itu?
Sebenarnya saya tidak
tahu pendapat ahli sejarah mana yang dipakai dalam pertanyaan tersebut sehingga
si "ahli sejarah" itu berani mengatakan pendapat bahwa ada kemiripan
antara Candi Angkor Wat dan Candi Borobudur. Karena, jika dilihat dari segi
tempat peribadatan, tentu saja keduanya berasal dari agama yang berbeda dan
tentu isinya otomatis berbeda. Terlebih, jika melihat dari isi reliefnya, jelas
sekali kedua candi ini berbeda isi cerita reliefnya. Karena Candi Angkor Wat,
dari cerita yang saya dengar dari teman-teman yang pernah berkunjung ke sana
menceritakan tentang kisah Ramayana dan Bharatayuda. Sama seperti relief yang
terdapat di Candi Prambanan mungkin lebih tepatnya. Bahkan kalau diperhatikan,
bentuk candi Angkor Wat dan candi Prambanan malah lebih mirip sih, khas bentuk
candi agama Hindu yang menggambarkan menara tinggi langsing yang disebut Puncak
Meru. Sedangkan candi Borobudur menceritakan tentang kisah hidup Sidharta
Gautama.
candi Angkor Wat. Lihat penyusunannya yang mirip dengan Candi PRambanan. gambar diambil dari http://blog.kliktoday.com/traveling/kemegahan-bangunan-candi-angkor-wat-kamboja/ |
candi angkor wat yang mirip candi prambanan. gambar diambil dari |
http://sejarah.kompasiana.com/2011/07/15/menjenguk-masa-silam-di-angkor-wat-378040.html
Jadi, mari kita abaikan
pertanyaan yang berdasarkan pernyataan ahli sejarah tersebut. Persamaan bentuk
candi-candi di beberapa negara ASEAN itu menandakan satu hal: bahwa sejak jaman
dahulu bangsa-bangsa di ASEAN itu sudah dipersatukan lewat jalur agama dan
perdagangan.
Melalui jalur penyebaran
agama dan jalur perdaganganlah sejak dahulu nenek moyang negara-negara ASEAN
saling berhubungan satu sama lain dan saling melakukan kerjasama. Mereka
melakukan pertukaran ilmu pengetahuan, barter informasi, dan akhirnya saling
membantu perekonomian satu sama lain. Belakangan, melalui kerja sama ASEAN,
kerjasama ini kian ditingkatkan dalam berbagai bidang yang saling menguntungkan
satu sama lain insya Allah. Jadi, bukan tidak mungkin kelak kerjasama negara-negara
ASEAN bisa menjadi kekuatan sosial ekonomi dan politik tersendiri seperti
halnya negara-negara di Eropa sana dalam UNI EROPA.
Lalu pertanyaan
berikutnya; apakah negara-negara ASEAN itu serumpun? Ini mah sudah jelas ya
jawabannya: YA.
Kata ahli sejarah
antrolopologi (nara sumbernya dari http://nhikmahsuryani11.blogspot.co.id/2013/05/berapa-banyak-ras-yang-ada-di-dunia.html nih), di dunia ini sebenarnya manusia itu terdiri dari empat ras
besar. Yaitu ras Kaukasia
(yang umumnya terlihat dari kulit yang putih
kemerahan, hidung mancung, tubuh tinggi, rambut berwarna terang), ras Mongolian
(yang umumnya terlihat dari kulit yang kuning, mata yang mengecil, dahi
pendek), ras Negro
(yang umumnya terlihat dari kulit yang hitam, mata bulat,
dah lebar), dan terakhir ras Australoid
(yang ditandai dengan mata bulat, kulit
coklat tua, rambut keriting).
semua gambar tipe ras manusia ini diambil dari sini |
Nah, masyarakat ASEAN
masuk dalam ras Mongoloid konon. Tapi, tentu saja sudah terjadi percampuran
akibat perkawinan silang. Terlebih dahulu, beberapa wilayah ASEAN pernah
dipersatukan dalam beberapa kerajaan besar yang pernah ada di Tanah Air kita,
Indonesia, yaitu kerajaan Sriwijaya dan lalu kerajaan Majapahit. Oleh bangsa Khmer, orang-orang yang berasal dari kerajaan
Sriwijaya ini mereka sebut dengan orang-orang Melayu (narasumber dari http://sejarah-interaktif.blogspot.co.id/2011/12/kerajaan-sriwijaya.html)
gambar diambil dari http://belajarterusjanganmenyerah.blogspot.co.id/2009/11/kerajaan-sriwijaya-sriwijaya-adalah_03.html |
ini wilayah jangkauan kerajaan Majapahit (daerah yang diarsir). gambar diambil dari http://sains.kompas.com/read/2012/12/05/19045066/Majapahit.Jajah.hingga.Semenanjung.Malaya |
nah ini peta perdagangan yang terjadi sejak jaman dinasti bangsa China yang tanpa terasa akhirnya menghubungkan seluruh wilayah ASEAN karena selain berdagang terjadi juga proses tukar menukar budaya. Gambar diambil dari http://mengenalislam.blogspot.co.id/2007_11_01_archive.html |
Nah, jika dilihat dari
sisi ras dan sisi penyatuan wilayah akibat masa dinasti kerajaan-kerajaan jaman dahulu
itu, tentu bisa dikatakan bahwa antar bangsa-bangsa di ASEAN, kita masih satu
rumpun.
Lebih tegasnya lagi,
masih oleh para ahli antropologi, bahasa yang digunakan oleh bangsa-bangsa
ASEAN juga bisa dikatakan masih satu rumpun bahasa, yaitu bahasa Melayu
Polinesia. Itu sebabnya ada beberapa penggal kata yang mirip-mirip antara wilayah
di sesama negara-negara ASEAN. Bahkan saya sendiri. Setiap kali liburan ke
Malaysia dan Singapura, selalu merasa seperti sedanga pulang kampung karena ada
banyak sekali kosa kata bahasa Melayu di Singapura dan Malaysia yang mirip
dengan kosa kata bahasa Palembang.
Itu sebabnya, budaya
antara negara-negara ASEAN pun mirip-mirip. Gerakan tariannya, model
pakaiannya, jenis masakannya, kegiatan kesehariannya, dan adat kebiasaannya. Jadi, ya, mungkin kita semua harus lebih bijaksana dalam sikap dan penyampaian pandangan jika
ada pihak-pihak yang "mengompori" bahwa salah satu negara tetangga kita telah mencuri budaya
kita. Karena, pada dasarnya, karena berasal dari nenek moyang yang sama maka
mereka pun memang punya sesuatu yang kita tuduh dicuri dari negara lain itu. Jadi, mereka mungkin saja tidak mencuri tapi memang punya. Hanya saja sama nama tapi berbeda rupa. Atau sama nama tapi berbeda rasa. Jadi serupa tapi tak sama.
Misalnya saja, Rendang. Di Malaysia, ada juga rendang. Tapi memang rasanya berbeda dengan rendang Padang. Mereka lebih banyak cita rasa kari-nya karena terpengaruh juga dengan budaya India; sedangkan Rendang padang lebih banyak cita rasa santan dan bumbu berempahnya. Tapi, sama-sama disebut rendang (dan karena saya pernah merasakan perbedaan dua jenis rendang ini, saya pribadi lebih suka rendang Indonesia).
Misalnya saja, Rendang. Di Malaysia, ada juga rendang. Tapi memang rasanya berbeda dengan rendang Padang. Mereka lebih banyak cita rasa kari-nya karena terpengaruh juga dengan budaya India; sedangkan Rendang padang lebih banyak cita rasa santan dan bumbu berempahnya. Tapi, sama-sama disebut rendang (dan karena saya pernah merasakan perbedaan dua jenis rendang ini, saya pribadi lebih suka rendang Indonesia).
gambar diambil dari http://cafesenja.blogspot.com/2011/09/rendangan-dari-malaysia.html |
Atau batik. Di Malaysia
memang terdapat batik dan itu jelas berbeda motifnya dengan Batik Indonesia.
Batik mereka lebih mirip Batik Kalimantan; dengan pola besar-besar dan
didominasi oleh gambar bunga Raflesia, Anggrek dan kembang sepatu. Tidak sekompleks seperti batik
kita yang berupa-rupa bentuk dan ragamnya seperti model parang, mega mendung,
dan sebagainya (aku kurang mengerti tentang motif batik).
batik Indonesia. |
Ya... intinya, sebagai
sesama saudara serumpun, hidup berdampingan secara rukun dan damai haruslah
dinomor satukan ketimbang terus menerus melihat pada persaingan dan situasi
yang tidak kondusif. Dengan begitu, insya Allah kita semua bisa mencapai persatuan sebagai satu masyarakat serumpun.
Karena hanya melalui sebuah persatuanlah maka sebuah kawasan bisa menjadi kuat.
Karena hanya melalui sebuah persatuanlah maka sebuah kawasan bisa menjadi kuat.
-------------
Penulis: Ade Anita
bahan bacaan:
- Sejarah Candi Borobudur (http://www.websejarah.com/2012/02/sejarah-berdiri-candi-borobudur.html)
- MIsteri Sejarah Angkor Wat (http://paranormalindonesia1.blogspot.com/2011/11/misteri-sejarah-angkor-wat-keajaiban.html)
- sejarah agama budha di Indonesia (http://www.wihara.com/forum/topik-umum/1005-sejarah-agama-buddha-di-indonesia.html)
- Menjenguk masa silam di Angkor Wat (http://sejarah.kompasiana.com/2011/07/15/menjenguk-masa-silam-di-angkor-wat-378040.html)
bahan bacaan:
- Sejarah Candi Borobudur (http://www.websejarah.com/2012/02/sejarah-berdiri-candi-borobudur.html)
- MIsteri Sejarah Angkor Wat (http://paranormalindonesia1.blogspot.com/2011/11/misteri-sejarah-angkor-wat-keajaiban.html)
- sejarah agama budha di Indonesia (http://www.wihara.com/forum/topik-umum/1005-sejarah-agama-buddha-di-indonesia.html)
- Menjenguk masa silam di Angkor Wat (http://sejarah.kompasiana.com/2011/07/15/menjenguk-masa-silam-di-angkor-wat-378040.html)
Wah foto-foto di Borobudurnya bagus, Mbak..Senang banget ya yang liburan :)
BalasHapusiya alhamdulillah
Hapuspenjelasan tentang rumpunnya mencerahkan sekali :)
BalasHapusterima kasih
HapusSaya malah belum pernah ke kedua-duanya. Baru niat saja untuk berkunjung. Padahal banyak tiket pesawat murah ke Siem Riep atau ke Jogjakarta. Ah semoga tahun2 mendatang bisa menyempatkan berkunjung.
BalasHapusdatang ke sana deh.. eh.. lain kali aku tulis juga deh liburan ke candi borobudur itu enaknya ngapain aja.. heheh
HapusWuiiiiih....punya mbak Ade komplit banget.
BalasHapusternyata..tulisan peserta lomba ini banyak yang bagus-bagu ya, hehee...
iya bener... makanya deg degan juga..
Hapus