Keluarnya Posisi Anak di Kartu Keluarga

[Parenting] Kartu Keluarga itu penting banget ya. Di dalam kartu keluarga itu terdapat beragam keterangan yang berguna untuk identitas seseorang dalam sebuah keluarga. Itu sebabnya ada banyak kepentingan yang urusannya mengharuskan seseorang untuk memperlihatkan kartu keluarganya terlebih dahulu jika ingin urusannya diurus. Biasanya, hal-hal yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan atau jenjang pendidikan serta sesuatu yang berhubungan dengan warisan dan pernikahan.

Data yang terdapat pada KK biasanya adalah data ayah, ibu, dan anak. Namun ada juga dalam satu KK yang terdiri dari orangtua, anak, dan cucu. Kartu Keluarga banyak dibutuhkan sebagai salah satu syarat administrative untuk berbagai keperluan misalnya syarat untuk melengkapi dokumen pernikahan, syarat untuk mengajukan BPJS, dan bahkan ada pekerjaan yang mewajibkan pelamarnya untuk melampirkan Kartu Keluarga. Terus, gimana ceritanya kok bisa ada kejadian keluarnya posisi anak di kartu keluarga?



Bukan cuma itu, bahkan jika kita akan menggunakan kartu telepon prabayar atau pascabayar maka kita harus bisa memperlihatkan kartu keluarga dan KTP untuk mendapatkan nomor kartu prabayar atau pascabayar tersebut.
Dan termasuk kerepotan ketika akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi jika anak-anak kalian ingin bersekolah. Dari TK ke SD negeri, atau dari SD ke SMP negeri, atau dari SMP ke SMA/SMK negeri. Semua memerlukan keberadaan kartu keluarga.

Kartu keluarga juga dibutuhkan ketika akan mengurus surat ijin menikah di KUA. Karena untuk mendapatkan penghulu yang akan menikahkan kalian dan kelak mendapat buku nikah resmi dari KUA, maka kartu keluarga masing-masing dari calon mempelai haruslah diperlihatkan.

Dan kelak, kartu keluarga ini juga harus diperlihatkan ketika akan membuat akte kelahiran anak-anak yang hadir di tengah kalian.

Karena pentingnya keberadaan kartu keluarga ini, maka, di rumahku, kartu keluarganya aku laminating dengan plastik. Karena begitu banyak keperluan yang menggunakkan kartu keluarga untuk difoto copy, aku khawatir jika tidak dilaminating maka kartu keluarga yang bolah balik digunakan, dimasukkan dalam tas, dipegang oleh banyak orang (termasuk tukang foto copy), maka bisa jadi selembar kartu keluarga ini bisa rusak.

Anak-anakku hafal semua isi kartu keluarga.
Eh. Sebenarnya, waktu anak-anak duduk di bangku sekolah dasar, di dalam pelajaran IPS, ada materi tentang identitas diri dimana di dalamnya anak-anak diperkenalkan tentang pentingnya kartu keluarga sebagai salah satu dari identitas diri.

ini contoh soal ulangan anak SD (credit foto: internet

Alasan Keluarnya Posisi Anak di Kartu Keluarga


Kalian tahu tidak. Sejak kecil, orang tuaku sudah berpesan pada kami anak-anaknya agar tidak keluar dari agama Islam, agama yang keluargaku anut, selamanya. Isi pesan orang tuaku tegas dan jelas:

"Jika kalian sampai murtad (keluar dari agama Islam), maka ayah dan ibu akan segera mencoret nama kalian dari dalam kartu keluarga dan membuat nisan atas nama kalian di atas gundukan tanah di pekarangan rumah. Kalian akan ayah ibu anggap sudah mati dan tidak ada di dunia ini. Terakhir, ayah dan ibu akan membuat pengumuman di semua surat kabar nasional untuk memberitahu semua orang bahwa kamu sudah benar-benar mati bagi kami."

Karena pesan yang tegas dan jelas ini, sejak awal kami jadi tidak berani melakukan sesuatu yang berpotensi bisa membawa diri kami ke arah kemurtadan.

Jadi, misalnya nih, naksir sama orang, baru tahap naksir ya, tetap saja hal pertama yang dilihat adalah, agamanya apa? Jika dia non muslim, sebelum cinta bersemi, lebih  baik mundur dan menarik diri.
PENTING banget sikap ini. Super duper penting.

Nah, hal ini juga aku ajarkan kepada anak-anakku. Jadi, jika ada seorang anak yang keluar dari dalam kartu keluarga itu, imagenya sudah pasti buruk lah. Mungkin itu kurang lebih yang ada di dalam benak anak-anakku.

Hingga akhirnya anakku menikah 2 tahun lalu, yaitu tanggal 17 agustus 2017.
Setelah menikah, anak sulungku dan istrinya ini mulai membuat KTP dan Kartu Keluarga tersendiri. Setahun terakhir mereka baru sempat mengurusnya, (karena istri anak sulungku ini berasal dari Kisaran, Sumatra Utara, jadi harus pindah identitas antar propinsi terlebih dahulu).

Menjelang Pemilu 2019 lalu (pemilu jatuh di tanggal 17 April 2019), anak sulungku dan istrinya memberitahu bahwa kartu keluarga mereka yang baru akhirnya sudah selesai.

Setelah selesai Pemilu 2019, kartu keluarga yang baru itu diperlihatkan pada keluarga kecilku di rumah. Ternyata, bukan cuma anak sulungku dan istrinya saja yang sekarang memiliki kartu keluarga baru. Tapi, berdampak pada kartu keluargaku juga. Kartu keluargaku juga ikut diperbaharui.

Jadi, sekarang di rumah ada 2 kartu keluarga. Yaitu kartu keluargaku yang berisi 4 orang, yaitu aku, suami, dan 2 anak kami, serta kartu keluarga anak sulungku yang baru berisi 2 orang saja saat ini, yaitu anak sulungku dan istrinya.

Sampai sini, semua terlihat sederhana ya. "B" aja mungkin istilah anak jaman sekarang mah. Hingga anak bungsu bertanya padaku dengan wajah bingungnya.

"Bu... kok mas keluar dari kartu keluarga kita sih?"

"Iya, emang sudah begitu waktunya." (aku masih menjawab santai)

"Terus... jadi mas gimana sekarang statusnya? Dia masih kakak aku kan?" (si kecil bertanya dengan nada cemas dan bingung; dan aku mulai menyadarinya)

"Ya, masihlah."

"Tapi kenapa dia keluar dari kartu keluarga kita jika masih keluarga kita?"

"Karena, dia sudah berumah tangga dan punya keluarga sendiri sekarang."

"Tapi bu, nanti jika orang-orang bertanya dia siapa kok namanya nggak ada di kartu keluarga tapi tetap tinggal bersama kita, gimana?" (okeh, sampai disini kalian bisa membayangkan nggak sih betapa bingungnya anak bungsuku melihat kenyataan bahwa ternyata posisi kakaknya, yaitu anak tertuaku, sekarang tidak lagi tercantum di dalam kartu keluarga kami? )

"Nak. Dalam keluarga, kadang ada hal yang tidak bisa berubah kedudukannya. Yaitu tali ikatan keluarga karena pertalian darah dan pernikahan. Tapi, kartu keluarga itu hanyalah pemberitahuan tertulis oleh negara. Catatan negara atas keberadaan keluarga kita, siapa saja identitasnya. Nah. Pengakuan ini bisa berubah pencatatannya seiring dengan berkembangnya perubahan dalam keluarga itu. Seperti ketika kamu lahir, nama kamu tadinya nggak ada di kartu keluarga ini. Tapi ditambahkan. Lalu keberadaan anang dan enin (ini panggilan untuk kakek dan nenek) yang setelah meninggal dunia akhirnya hilang dari kartu keluarga. Dan sekarang, kakakmu, sekarang dia sudah menikah, jadi otomatis berpindah ke kartu keluarga baru dia sendiri. Begitu."

Barulah anak bungsuku bisa mengerti kondisi ini.

----------------------------------------------
catatan tambahan: ini anak bungsuku pasti jika saat ini diberitahu bahwa ada keluarga yang sengaja menitipkan anak mereka di kartu keluarga orang lain demi untuk keperluan pencatatan 'zonasi sekolah' pasti akan bingung lagi mungkin ya. Hahaha. Orang Indonesia memang ajaib jika sudah berurusan dengan keperluan "mensukseskan suatu tujuan agar tercapai". Tapi, cerita ini, nanti sajalah diberitahukannya ke dia. Daripada nanti dia bingung lagi. 

26 komentar

  1. Sebegitu ingin tahunya si kecil sampai bertanya seperti itu ya Mbak hehe

    BalasHapus
  2. Wah jadi anaknya sudah menikah nih ya Mbak, selamat nih ya Mbak

    BalasHapus
  3. Waduh jangan sampai lah ya Mbak kalau sampai keluar dari agama islam ini

    BalasHapus
  4. Adiknya khawatir nih sama kakaknya. Takut ditinggal kakaknya a dik hehe

    BalasHapus
  5. Namanya juga si kecil nih ya, jadi ya gitu apa saja yang tidak diketahui itu ditanyakan

    BalasHapus
  6. Duh, baca judulnya aku mellow mba. Gimana ntar kalo anak lanangku nikah yak... ntar doi bikin KK sendiri, aku jadi mellow lagi deh :D
    Btw, yg soal zonasi itu emang gregeeett bgt mba.
    Aku pengin nulis soal itu, tapi takut menyinggung beberapa pihak hihihi
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  7. Mungkin si bungsu pernah mendengar cerita ttg dikeluarkan dari KK yg berarti dianggap bukan kelg lagi, shg dia pun khawatir karena kakaknya tidak masuk KK yg sama ya..

    BalasHapus
  8. Ya Allah mbak, anakmu kok lucu, sih. Takut kehilangan kakaknya kali, ya ��
    Btw panggilannya saya suka, Anang dan ening.

    BalasHapus
  9. Hihihi.. Ya ampun.. Ya pasti bingung dia. Semoga sekarang sudah bisa lebih paham ya, si adik.

    BalasHapus
  10. Si bungsu sangat melekat cerita anggota keluarga yang dikeluarkan dari KK sepertinya ya, mba. Tapi pertanyaan kebingungan itu sebagai pertanda bahwa si bungsu sangat menyayangi kakak tertua.

    Saya yg anak rantau, termasuk yang pernah numpang KK dan dapat tambahan anggota keluarga orang kampung di Kartu Keluarga :D

    BalasHapus
  11. hihi obrolannya mengundang senyum, pertanyaan saking penasaran kenapa kok dikeluarkan dari Kartu Keluarga. cerita ini jadi mengingatkan saya waktu berjuang bikin KK...

    BalasHapus
  12. Aku mau ketawa dulu ya sama komen Hawna hahaha. HAwna gak rela kalo masnya gak jadi kakanya lagi ya. Memang gak bisa ya mbak Danti yang masuk ke KK mbak ade? karena masih satu rumah gitu? eh aku gak ngerti sih pastinya gimana yang betul

    BalasHapus
  13. Iya saat kartu keluarga dari keluarga asalku berubah tanpa ada nama Dewi, rasanya sedih... Ih, dulunya selalu bersama. Namun berjalannya waktu semakin paham bahwa kartu keluarga itu utk keperluan administrasi saja, bukan berarti diri kita berhenti menjadi anak orangtua kita��

    BalasHapus
  14. Haha iya mbak aku pernah lihat ada warga yang minta tolong ke uwak ku yang kepala desa minta dibuatin kartu keluarga untuk keperluan zonasi sekolah sampai segitunya ya usahanha :)

    BalasHapus
  15. baca artikel ini aku langsung kebayang, duuh nanti kalau saatnya anak anak harus keluar dari KK ku juga gimana perasaanku ya, kok rasanya ga rela gitu...

    BalasHapus
  16. Duh jadi bahan penjelasan nanti nih saat anak anak mulai bertanya seperti ini, tapi memang aku juga keluar dari kartu keluarga saat aku menikah dan punya kartu keluarga baru.. tapi senengnya naman orangtua kita masih tercantum disana jadi nama ayah dan ibu akan selalu melekat dimanapun

    BalasHapus
  17. Kami masih jadi satu kk dg bapak mertua karena kalau kami ikut keluar dari kk, bapak mertua sendirian di kk nya. Kasihan aja gitu heheee. Kebetulan suami bungsu & ibu mertua sudah wafat. Kakak2 sudah duluan keluar dari kk.

    BalasHapus
  18. Si Bungsu kritis banget ya Mba. Baca ini aku malah kebayang sekarang KK ortuku 'sepi'karena 3 anaknya udah ngikut suami

    BalasHapus
  19. Hehe si bungsu khawatir kehilangan kakka, btw aku sendiri jg baru menyadari perubahan KK setelah aku nikah mbak. Aku akhirnya numpang alamat saudara suami di Jkt, sblmnya suamiku udah duluan numpang. Trus pas anak kami lahir, pas urus akta kelahiran ya akhirnya kami putuskan memiliki KK sendiri, walau alamatnya msh numpang jg zonasinya Jkt��

    BalasHapus
  20. Hawna ooh Hawna hehehe...tapi memang KK ini salah satu dokumen penting ya mba. Jadi kalua sudah menikah dan mandiri baik untuk punya KK sendiri

    BalasHapus
  21. Hehe lucu ya si kecil pengen tau banget. Mungkin bbrp taun ke depan aku jg mengalami hal spt ini nih ..huhu. Time flies so fast..

    BalasHapus
  22. Waah...ini loo yang aku takutkan kalau anak-anak sudah waktunya lepas.
    Huhuu~
    Cirambai gak siih, kak?
    Anak pertama gitu yaa...

    Barakallahu fiikum.

    BalasHapus
  23. anak-anak jaman sekarang kritis gitu ya
    tapi kritisnya lawak juga, hahaha...
    makasih cerita dan sharingnya mbak..

    BalasHapus
  24. Hehehe lucu juga adeknya. Saking sayangnya ama kakaknya sampe-sampe dia takut kehilangan sang kakak meski hanya di atas KK

    BalasHapus
  25. Aku beberapa kali harus update KK mba. Dulu pas nikah kan pindah tempat tinggal. Trus pas balik ikut ke rumah ibuku, ganti perbaruan KK lagi. Trus ada suatu keperluan, diubah lagi sehingga isi KKku ketambahan personil lain. Cuma sebentar trus dicoret nama personil itu. Eeeh..habis itu perbaruan lagi karena lahir anak kedua. Aktif banget nih KKku :))

    Aku keluar dari KK ibuku, jadi sekarang di KK beliau hanya ada nama beliau saja. Meskipun tinggal serumah punya KK berbeda. Duuh... bungsunya Mb Ade kira2 puyeng nggak ya kuceritain begini :))

    BalasHapus
  26. hehehe pertanyaannya cukup kritis ya, tapi selalu ada penjelasan

    BalasHapus