Dia Hadir di Mimpiku

[Pernikahan] Kalian tahu tidak sebelum menikah, aku dan suami punya kegemaran menikmati pemandangan alam yang berbeda.
Suamiku, senang dengan pemandangan alam berupa gunung, dan yang serba hijau-hijau.
Sedangkan aku, senang dengan pemandangan alam berupa pantai, dan segala sesuatu yang ada unsur airnya.
Itu sebabnya destinasi liburan impian kami berbeda; dia pingin ke gunung sedangkan aku pinginnya ke pantai.


Terus... gimana kami mengkompromikan perbedaan ini setelah menikah?
Komprominya, kami sama-sama punya kesamaan dan itu yang didahulukan. Kami sama-sama senang shopping.
Hehehe.

Sejak tahun 90-an (aku menikah tahun 1994 setelah melalui masa pengenalan beberapa tahun sebelumnya), aku dan suami senang saja sih jalan-jalan mengunjungi pertokoan. Beli sih nggak, tapi sama-sama senang melihat barang-barang baru yang ditawarkan.

Bedanya, suami lebih senang bermain dengan barang-barang yang berbau teknologi, aku senang dengan sesuatu yang berbau fashion.

Sebelum mengenakan jilbab, selera fashionku adalah cuek dan berani menabrak warna dan motif. Seperti motif salur-salur melintang yang aku padukan dengan motif bola-bola alias polkadot.
Atau warna hijau stabillo yang dipadu dengan warna pink electric.

Prinsipku adalah: Yang penting kita percaya diri mengenakannya, maka orang lain akan merasa itu sesuatu yang pantas untuk kita kenakan. 

Tapi ya itu deh.
Usia bertambah, dan itu tentu saja membawa perubahan fisik.

Dulu, dengan tubuh tinggi, langsing, kulit putih, usia muda, aku bisa jadi pantas pakai apa saja.
Sekarang, semua kelebihan fisik itu sudah semakin menguap pastinya. Hahaha.

Badan yang dahulu langsing kini sudah melar dan melebar.
Tubuh yang tinggi, kini berkurang tingginya karena pengapuran di tungkai telah mengikis tinggi badan.
Lalu kulit yang dahulu putih mulus, kini semakin kusam karena terpapar matahari, panas dari masakan dan api kompor, serta asap dapur dan asap kendaraan bermotor yang lalu lalang ketika pergi ke pasar.
Usia muda? Tinggal kenangan. Separuh abad sudah di depan mata.

Yap. Usiaku sekarang 48 tahun. September nanti insya Allah 49 tahun. Dan tahun depan insya Allah 50 tahun.
JELITA.
Jelang Lima Puluh Tahun.

Jadi, demikianlah. Kegemaran berubah karena penyesuaian. Baik penyesuaian dengan kegemaran pasangan kita, atau penyesuaian karena usia dan perubahan fisik.

Tapi tentu saja tetap ada kegemaran yang tidak berubah sama sekali alias menetap. Apa saja? Banyak.

Kegemaranku yang tidak berubah meski usia dan fisik berubah :

1. Nonton film atau drama
2. Main game komputer
3. Menulis
4. Menikmati perkembangan fashion (bedanya, sekarang tentu saja disesuaikan yang sesuai dengan usia, fisik, isi kantong dan syariat Islam).

Kegemaran suamiku yang tidak berubah meski usia dan fisik berubah:

1. Melihat dan mencoba perkembangan teknologi komputer (sekarang merambah ke gadget)
2. Menonton tayangan film yang ada aksi laganya (baik film silat Mandarin, Korea, atau Hollywood)
3. Menonton tayangan olah raga, khususnya sepak bola

Khusus untuk kegemarannya menonton sepak bola ya, ada banyak catatan tersendiri sepanjang usia pernikahan kami. Karena, meski suamiku amat sangat gemar menonton sepak bola, tapi sampai detik ini aku sama sekali tidak tergerak untuk tertular menonton sepak bola.

Aku pasti akan jatuh tertidur beberapa menit setelah tayangan sepak bola itu terpampang di televisi rumah kami.
Bangun-bangun karena teriakan GOL dari mulut suamiku paling.

Meski demikian, aku malah berkenalan dengan beberapa orang yang gemar menonton sepak bola dan bela-belain buat begadang nonton pertandingan sepak bola yang sering ditayangkan malam hari.
Jadi, ceritanya tuh aku niat banget mau menemani suamiku menonton sepak bola. Tapi, karena kantuk mulai datang menyerang jadilah aku mencoba untuk membuka facebookku dan nulis status iseng. Respon dari sesama penggemar bola yang saat itu sedang menonton pertandingan live sepak bola ternyata lumayan. Hahaha. Lumayan lah menghilangkan kantuk.
Lalu, beberapa di antara mereka, malah keterusan bersahabat denganku di dunia maya.



Ihwal pertemanan? Pada tiap2 teman selalu terselip cerita mengapa aku akhirnya berteman dengan mereka. Salah satunya Aty...
Dikirim oleh Ade Anita pada Kamis, 07 September 2017







Jadi demikianlah kompromi unik untuk mengatasi perbedaan yang terbentang antara aku dan suamiku dalam pernikahan kami.

Lalu, tanpa terasa, ternyata kegemaranku mulai mengalami pergeseran nih. Ini terkait dengan perubahan bumi sih. Hehehe.
Yang semula aku gemar dengan pantai, tapi karena kondisi panas terik dan gersang yang sering menghias pemandangan pantai, aku mulai menyukai pemandangan gunung. Tetap suka dengan pemandangan yang ada airnya.

Jika diibaratkan nih, eh. maksudku jika diberi BANGKU lalu diberi kebebasan "terserah-elo-mau-ditaro-dimana-itu-bangku-nyang-penting-elo-bahagia", maka aku akan menempatkannya di pemandangan seperti di bawah ini nih:

sumber foto: pixabay
sumber foto: pixabay

sumber foto: pixabay
Dan demikianlah pemandangan yang aku sukai. Jadi kompromi antara pegunungan (yang disukai suamiku) dan unsur air (yang aku sukai) berpadu dalam satu frame yang sama.

Pemandangan seperti ini kerap muncul dalam mimpi-mimpiku yang bertema pemandangan indah sebagai latar belakang mimpinya.

Mimpi dalam arti mimpi si bunga tidur. Jadi kita tidur, lalu mimpi.

Termasuk semalam nih, tanggal 6 Juli 2019 pagi, setelah shubuh. Aku tertidur di sebelah suamiku. Lalu aku bermimpi.

Dalam mimpiku itu, aku disuguhi pemandangan yang indah sekali. Seperti gambar-gambar pemandangan di atas.
Ada gunung, danau yang hijau dan tenang riaknya, ada hamparan rumput dan bunga-bunga daisy, serta sebuah bangku yang diletakkan hingga jika kita duduk di atas bangku tersebut kita bisa melihat pemandangan indah sejauh mata memandang.

Ah.
Surga banget.
Nyaman.
Damai.
Sinar matahari juga bersahabat, tidak terik sama sekali. Tapi hangata.
Angin datang sepoy-sepoy berhembus.
Masya Allah... indah, tenang, damai.

Hingga tiba-tiba datang seorang tukang obat dengan perut gendut, baju kotak-kotak, dan kumis melintang tebal di atas bibirnya. Dia mulai gelar tikar dan aneka obat lalu berteriak menjajakan obatnya dengan suara yang kental aksen arabnya. bahasa yang dia gunakan juga bahasa arab deh sepertinya, aku nggak ngerti.


nih, kumis si tukang obat kayak gini nih, cuma warna kumisnya hitam di mimpiku (sumber foto: https://jurnal.maskoolin.com/jurnal/grooming/mengenal-10-model-kumis-pria/)
Nggak ngerti juga kenapa dia tiba-tiba muncul dan gelar obat tepat di belakangku.
Mana suaranya kencang dan mengganggu lagi.
Ya ampun, gigih banget dia menjajakan obatnya. Penuh semangat meski tidak ada yang beli.
Dan aku terganggu. Me-Time ku terganggu dengan kehadiran dia. Asli terganggu banget.

KESAAAALLLL.

Akhirnya, saking kesalnya aku pun bangun dari bangkuku dan berbalik badan untuk memarahi si tukang obat  mengganggu itu. Tapi... aku terbangun.

Tidak ada pemandangan indah di hadapanku.
Tidak ada bangku yang nyaman dan bikin mager.
Tidak ada udara sejuk bebas polusi.
Tidak ada desau angin di telinga.

Yang ada adalah suamiku, tengkurap di sebelahku nonton pertandingan COPA AMERIKA dimana pembawa acara sepak bola itu menggunakan bahasa Arab, lengkap dengan aksen kental arabnya seperti di mimpiku.

"Mas... aku baru saja mimpi indah, dan mimpiku rusak gara-gara dia hadir di mimpiku."
"Siapa?"
"ITUUU.... PENYIAR SIARA SEPAK BOLA KAMU YANG NYEBELIN YANG SUARANYA GANGGU BANGET DAN NYAMAR JADI TUKANG OBAT DI MIMPI AKUHHHH."


Huff.



18 komentar

  1. Ah, masih belajar banget bagaimana harus saling menghargai, memaklumi, dan kompromi. Beda kompromi dengan orang lain, karena dnegan pasangan, dua-dua nya adalah pilar.

    Yah, jadi merenung sendiri :'

    BalasHapus
  2. Terus memperbaharui komunikasi, itu yang selalu saya lakukan mba, seirig dengan perubahan demi perubahan yang memang menjadi sunatullah.

    BalasHapus
  3. Mbaaa...aku boleh numpang ketawa?? Bagian akhir tuh epik banget deh! Haha...
    Dan aku terpesona dg foto2 pemandangan indahmu..aku mau juga kaalu itu hadir di mimpiku malam ini..tapiii..jangan dengan tukang obatnya yaaa.. haha..

    BalasHapus
  4. Hahaha... Seru!!

    Kalau saya, mencoba mengikuti keinginan suami saja, Mbak. Dan ternyata saya juga bisa. Seperti naik gunung, pnajat tebing, mengajar dll. Begitu juga suami belajar mengikuti hobi saya: menulis dan ngeblog. Suami belajar bikin cerpen, banyknya cerpen anak,katanya biar mudah, dikirim ke majalah Bobo, beberapa ada yg nyangkut.
    Awalnya nganter saya ke acara ngeblog, dia ikut daftar dan menulis juga. Alhamdulillah meski sambil belajar dan banyak bolosnya, suami jadi blogger juga, hehehe
    Dan masih banyak yg saling kami pelajari sama sama

    BalasHapus
  5. mba ade itu cantikkkk, ga terlihat "jelita" udah pkai hijab pun selera fashionnya keliatan kok, selalu match, sederhana tapi enak dipandang. kalau aku dari dulu ga suka main game, berusaha suka main game tpi ttp g bisa, kenapa yaa, hehe, padahal suami gamers banget

    BalasHapus
  6. Hwaaa, aku baca artikel ini dan kalbu rasanya semriwiiiinggg
    Makasii ya Mba Ade. Tulisan mba Ade ini beneran dari hati banget, makanya nyampe ke hati pembaca juga
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  7. Saya juga tadinya punya perbedaan selera. Satunya orang gunung, satunya orang kota. Dalam hal selera maksudnya hehehe. Baru beberapa tahun terakhir ini aja saya mulai ikut naik gunung :D

    BalasHapus
  8. Ah mba Ade meski jelang lima tahun, jujur masih awet muda kok. Haha.. dari gunung sama pantai, jadi menyatukan pendapat ke shopping. Tapi nih, window shopping emang enak sih, jalan-jalan aja tapi ga beli.

    Saya juga sering melakukan itu. Tapi sendirian karena belum ada yang bisa digandeng haha

    BalasHapus
  9. Ya ampun aku baru tahu mba ade udah mau setengah abad, aku pikir masih 30 atau 42 an gt hehe. Btw aku lebih suka pegunungan sih mba soale ademm aja liatnya kalau pantai ya panas hehe tapi tergnatung mood juga sih.

    BalasHapus
  10. Suami istri..
    MashaAllah~
    Ibadah yang paling panjang dan semoga berkah hingga jannahNya.
    Aamiin~

    Barakallahu fiikum, kak Ade.

    BalasHapus
  11. Satu yang ku pelajari dari cerita Mba Ade adalah dalam rumah tangga perbedaan merupakan pelengkap dalam keharmonisan rumah tangga ya. Yang penting dikompromikan saja hehehe

    BalasHapus
  12. aku sama suami ngga suka bola mbaa hehehe..tapi Udi pecinta MotoGP dan grand prix yang kadang acaranya di Minggu pagi (jadi ngga bias jalan - jalaaaan) or weekend. Tapi bener, sekarang kami pun mulai menyesuaikan diri dengan segala perubahan. Yang belum matching nih hobiku diving di bawah laut dan suamiku sepedaan down hill di atas gunung hehehe

    BalasHapus
  13. Hahahaa... kok bisa ya suaranya masuk ke dalam mimpi gitu. Bisa banget berkolaborasi mengganggu tidur Mba Ade. Aku ngakak lho baca endingnya.

    BalasHapus
  14. Mba kita kok sama siy sukanya pantai2 hihi kalo suamiku juga sama sih suka pantai. Kami sama2 males mendaki sih anaknyaa haha

    BalasHapus
  15. AKu dan suami sama-sama suka gunung dan air terjun, jadi kalau wisata yang dicari selalu tempat-tempat seperti itu. DUduk di bangku berlatar pemandangan luas gitu juga kami suka banget, biasanya sih sekalian camping :)

    BalasHapus
  16. hihihi jadi kebawa sebel sampe bangun ya, emang paling gak enak kalo tidur diganggu dengan suara dari kehidupan nyata terus kebawa mimpi, jadi gak karuan gitu kualitas tidurnya.

    BalasHapus
  17. Bunda Ade, ayunya awet banget. Putih juga, itu kacamatanya modelnya sama terus ya
    Kisahnya epik banget bund, aku juga pernah gitu wkwwk bobok yang keganggu suara dunia nyata.

    BalasHapus
  18. Hahaha, endingnya epiiik.. Saya pernah Mbak, lagi mimpi serem, trus kayak ada yang bilang "assalamu'alaikum" gitu. Ternyata emang TV masih nyala dan lagi ada acara uji nyali. Astaghfirullah... mimpi buruk banget itu mah..

    BalasHapus