Lapangan Badminton Portable

[Pernikahan] Kalian pasti sering banget lihat tiang lapangan badminton yang bisa dipindah-pindah kan? Jadi, lapangan yang tersedia bisa digunakan untuk aneka macam kegiatan. Tidak hanya kegiatan olahraga badminton saja. Nah, tapi kalian sudah pernah belum melihat lapangan badminton yang bisa dipindah-pindah alias lapangan badminton portable?

lapangan badminton portable

Kebetulan, sebelum memasuki bulan puasa Ramadhan tahun 2019 masehi ini (atau ramadhan 1440 hijriah), saudaraku menikahkan anaknya. Dan lokasi pernikahan anaknya ini bertempat di Gedung Mahkamah Konstitusi di Bekasi.




A post shared by Ade Anita (@adeanita4) on


Gedung Mahkamah Konstitusi ini yang letaknya di Bekasi ya. Bukan yang di Jakarta dan saat ini sedang dijaga ketat oleh aparat keamanan sehubungan dengan dimulainya sidang sengketa Pipres 2019 yang dimulai tanggal 14 Juni 2019.



Hm. Nggak mau ngomong politik ah.
Kita berdoa saja agar Indonesia diberi yang terbaik oleh Allah SWT dan Allah tetap melindungi orang-orang yang ingin tetap melakukan kebaikan dan menegakkan kebenaran di Indonesia. Aamiin.
Semoga Indonesia tetap damai dan berdaulat, adil dan makmur. Aamiin.

Aku mau ngomong tentang lapangan badminton portablenya.

Nah, di Gedung Mahkamah Konstitusi di Bekasi ini, jika gedung sedang tidak disewakan untuk acara hajatan resepsi pernikahan atau acara resepsi lain yang formal dan banyak orang, maka di tengah gedung pertemuan tersebut digelar karpet karet sintetis yang menyerupai lapangan bulutangkis alias lapangan badminton. Dan di tengahnya dibentang tiang dan net. Maka, menjelmalah lapangan badminton indoor. Lapangan badminton indoor ini bisa digunakan oleh para penghuni kompleks rumah dinas pegawai Mahkamah Konstitusi untuk berolahraga indoor.

Kebetulan, pas aku dan suami serta beberapa anggota panitia pernikahan meninjau lokasi sebelum acara resepsi pernikahan digelar di tanggal 21 april 2019, lapangan badminton portable nya masih terpentang.





Suamiku langsung antusias mencobanya meski tidak ada raket.
"De... de. Sini deh. Enak nih ternyata karpet plastiknya. Praktis lagi. Tuh, dia bisa digulung lagi. Materialnya juga tebal dan empuk lagi. Lumayan nih."

Aku masuk ke lapangan dan merasakan karpet gulung yang ketika dibentang menjadi lapangan badminton portable ini. Ternyata benar. Karpetnya padat. Jadi, tubuh kita tidak mendelep di dalamnya. Tetap bisa berlari kesana kemari dengan lincah, tapi jika pun ternyata harus terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi eh hush,  lutut kita tidak mengalami yang namanya benturan keras dengan permukaan lapangan yang keras. Jadi insya Allah tidak cidera parah.

Wah. Aku sih tertarik ya. Jadi langsung gugling dong. Ternyata, dibutuhkan lahan seluas 108 m2, atau seluas 7,5 meter  x 15 meter. hiks. Gede banget. Jika pun bagian atas rumahku di dak terus digelar, panjanganya kurang panjang euy. Padahal aku tertarik nih dengan keberadaan lapangan badminton portable ini.

Aku langsung membayangkan bakalan main badminton di atas atap rumah yang didak di sore hari bersama dengan suami atau anak-anakku. Hehehe.

Tapi, yang dibayangkan suami ketika mencoba karpet emput lapangan badminton portable ini malah berbeda.

"De... de. Ingat nggak dulu kita pernah main badminton di halaman belakang rumah kita yang di Bojong Gede waktu awal nikah?"

Aku langsung cekikikan mengingat itu. Hahahaha
Jadi nih, sebelum menikah, aku dan suami sempat bermain badminton di sore hari di tengah jalan yang ada di depan rumahku. Ya, jangan membayangkan adegan badminton layaknya permainan Susi Susanti dan Alan Budikusuma yang berhasil menyabet mendali emas pertama kalinya bagi Indonesia di  Olimpiade ya. Hahaha. Jauhhh... Karena, aku termasuk orang yang malas berlari mengejar bola. Tidak seperti Susi Susanti yang rajin mengejar bola hingga tidak ada bola yang masuk.

Aku menulis hal ini di status facebookku di tahun 2013 silam. Ketika belum ada instagram.

Yap.
Main bulutangkis dengan orang yang malas berlari mengejar bola itu berarti: kalian harus pandai mengarahkan bola agar bisa terarah ke arahku saja. Jadi, aku tinggal melempar balik dengan mudah.
Nggak usah main hitung-hitungan deh. Harus ikhlas. Hahaha... karena aku benci jika harus kalah gara-gara sering kebobolan bola akibat malas berlari.

Kalau dipikir-pikir, suamiku sudah sabar sejak sebelum nikah denganku sepertinya. Alhamdulillah, dia tidak berubah hingga sekarang. Sama seperti aku yang tetap istiqamah dengan sifat manja, malas berlari mengejar bola, dan ngambekan jika kalah. Peace.

5 komentar

  1. Wah memang bagus banget ya Mbak lapangan badmintonnya ini. Keren deh

    BalasHapus
  2. Wah suaminya antusias banget tuh ya Mbak, meskipun nggak ada raketnya hehe

    BalasHapus
  3. Keren banget dah Mbak lapangan badmintonnya. Jadi pingin main badminton nih hehe

    BalasHapus
  4. Ini nih yang disukai para pemain badminton. Soalnya lapangannya bikin nyaman dalam bermain

    BalasHapus
  5. Wah bermanfaat sekali nih Mbak artikelnya. Terima kasih atas informasinya ya

    BalasHapus