#AyoHijrah : Cerita Hijrahku bersama Bank Muamalat Indonesia

[Lifestyle] Proses perjalanan hijrah adalah proses meniti hidayah yang dijemput untuk mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Tentu saja kebahagiaan disini sifatnya subjektif. Dalam arti, meski ada definisi tertulis tentang segala sesuatu untuk mendapatkan kebahagiaan, tapi pada akhirnya yang bisa merasakan "rasa bahagia" itu hanyalah pada individu yang bersangkutan saja. Karenanya, harus ada kehendak dari individu bersangkutan; dari sinilah sebab mengapa  hidayah itu harus dijemput. Jangan hanya ditunggu saja. Dan ini adalah cerita hijrahku.




Hijrah Karena Cinta pada Pasangan Hidup



Lahir sebagai seorang muslimah di keluarga yang menjunjung tinggi demokratis, aku dan saudara-saudaraku dibesarkan dalam suasana Islam yang "permisif". Tidak apa-apa shalatnya bolong-bolong yang penting masih ingat shalat. Tidak mengapa lupa, nanti diperbaiki dan jangan diulang lagi. Tidak mengapa salah, nanti belajar.

Jadi semua serba boleh dan bebas dilakukan. Ayah dan ibuku hanya memberi batasan :
1. Jangan murtad (keluar dari agama Islam)
2. Jangan memilih pasangan hidup orang yang berbeda akidah.
3. Jangan berzina.
4. Jangan bikin malu orang tua dan keluarga.
5. Jangan "buyan" (*ini tuh bahasa daerah Sekayu, Sumatra Selatan, julukan untuk orang yang tidak bisa menggunakan otaknya hingga berakhir dibodohi orang lain).

Hanya 5 itu larangan yang tidak boleh dilanggar. Selebihnya, bebas dan demokratis. Dulu, aku sih merasa asyik dengan kondisi keluarga seperti ini.Dibanding keluarga yang terlalu disiplin, keluargaku jelas lebih asyik karena terasa bebasnya. Sedangkan jika dibandingkan dengan keluarga yang terlalu bebas, keluargaku tetap dirasa lebih asyik karena punya aturan tersendiri. Terlalu ketat dengan aturan itu membuat kita kagok dan ragu. Tapi terlalu bebas tanpa sanksi dan aturan malah membuat kita tidak terkendali dan berpotensi kehilangan arah.

Hingga aku menikah, dan pernikahan ternyata membuatku berubah secara perlahan. Dari yang tidak bisa masak jadi belajar masak. Dari yang cuek dengan makanan mulai disiplin hanya makan yang halal dan thoyibban saja. Dari yang bebas dan cuek banget memilih pakaian, perlahan mulai belajar untuk "menghargai dan melindungi" aurat. Hanya saja, di awal pernikahan ini, aku melakukannya bukan karena Allah, tapi karena aku mencintai pasangan hidupku. Aku senang melihat dia gembira, senyum bahagia, karenanya aku bersedia melakukan apa saja untuk menyenangkan suamiku ini. Dan alhamdulillah, suamiku seorang Muslim yang taat, sehingga upaya menyenangkan hati suami membawaku ikut menjadi muslimah yang juga taat.


Tahun 1999, ketika putriku lahir, suami memintaku mengenakan jilbab. Sebenarnya, suami sudah lama memintaku mengenakan jilbab tapi aku masih enggan. Aku keberatan jika harus mengganti gaya berpakaianku. Dari yang modis, menjadi model karung yang lurus-lurus saja. Aku juga keberatan membungkus rambutku. Nanti nggak bisa lagi pakai jepit cantik, ikat rambut lucu, dan gonta-ganti model rambut nggak ada yang lihat dong. Buat apa gonta-ganti model rambut kalau nggak ada yang lihat? Lagian, nanti kelihatan tua kayak ibu-ibu pengajian jika pakai jilbab. Jaman dulu, tahun 90-an, model pakaian muslim yang lucu, trendy, tidak banyak. Model yang ada nyaris seragam dan itu tampak membosankan di mataku. Meski begitu, suami tetap berusaha memintaku untuk mengenakan jilbab. Akhirnya, untuk menghindari permintaan ini, aku mengatakan padanya, bahwa aku akan mengenakan jilbab jika dikaruniai anak perempuan saja.


Anak pertamaku laki-laki. Jadi, aku lolos dari kewajiban berjilbab. Tapi, selanjutnya, anak keduaku gugur di dalam kandungan. Dan ini cukup menyentakkanku.

"Apa karena aku sombong pada Allah ya makanya anaknya gugur?"  Dalam perasaan merasa tersungkur karena sedih ini, aku mulai mendekati Allah karena kesadaran sendiri bahwa aku ternyata tidak bisa apa-apa tanpa pertolongan Allah.

Hijrah Karena Allah, Hijrah Menuju Allah

Saat menangis karena kehilangan anak dalam keguguran itu, aku masih merasa malu untuk terlihat lemah di depan suami. Aku tahan tangis dan kesedihanku di depan dia. Ketika suami sudah berangkat kerja, aku baru menangis sedih. Tapi, menangis tidak menghilangkan kesedihan. Air mata tidak bisa menghapus duka. Justru yang terasa adalah rasa kosong dan merasa diri tidak berarti. Semakin menangis, semakin merasa sendiri, semakin merasa hampa.

Akhirnya, aku mendirikan shalat dan menumpahkan tangis dalam shalat dan doa yang panjang. Hal ini, untuk pertama kalinya kurasakan membawa ketenangan. Karena hal ini maka aku berani menyampaikan sebuah NAZAR, bahwa jika aku dikaruniai anak perempuan, maka aku akan mengenakan jilbab dan akan berusaha menjadi muslimah yang taat.

Tahun berikutnya, Indonesia dilanda krisis ekonomi 98. Tahun 1999 putriku lahir. Dan suami langsung mengingatkanku untuk memenuhi nazarku. Aku pun mengenakan jilbab. Jika mengenakan jilbab adalah penanda hijrahnya seorang muslimah untuk berani lebih baik, maka tahun 1999 adalah tahun hijrahku. Tapi ada sesuatu yang harus diingat dalam keputusan hijrahnya seseorang. Yaitu hijrah saja tidak cukup. Karena hijrah itu hanyalah awal, selanjutnya adalah istiqamah dan terus berusaha untuk menambah pengetahuan dan informasi agar rasa cinta berhijrah itu tumbuh dan berkembang dengan subur di dalam hati.


Cinta karena berhijrah itu sama dengan rasa cinta pada umumnya.
Cinta itu, datang karena pengetahuan yang merasuk ke dalam diri kita dan memberi kekuatan untuk berubah agar bisa memenuhi keinginan dan harapan yang diinginkan sosok yang kita cintai. Tanpa bertambahnya pengetahuan, maka cinta sulit bertahan di dalam diri kita. Tanaman cinta harus dirawat dan diperhatikan agar bisa subur dan berkembang serta menancap bertahan di dalam diri.

Air untuk menumbuhkan tanaman cinta adalah kemampuan melakukan penyesuaian untuk beradaptasi. Bentuknya adalah berani berubah menjadi lebih baik, lebih besar, lebih berkembang.

Pupuk untuk menyuburkan tanaman cinta adalah mengumpulkan pengetahuan apa saja, dan memisahkan yang benar dari berita yang salah. Mempertahankan yang benar dan membuang yang salah.

Sinar matahari agar tanaman cinta kokoh tumbuhnya, adalah berpegang kuat pada sesuatu yang diyakini sebagai kebenaran yang hakiki.


Dan demikianlah Hijrah karena cinta.
Jika hijrah karena cinta pada dunia, atau pada pasangan, atau pada keluarga, atau pada pekerjaan, maka Insya Allah kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan tersebut karena ada kehendak di dalam diri yang menggerakkan kita untuk berubah, beradaptasi, dan bermetamorfosis hingga bisa mendapatkan apa yang kita inginkan tersebut.

Dan jika hijrah karena Allah, menuju Allah, maka insya Allah kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan tersebut karena ada kehendak di dalam diri yang menggerakkan kita untuk berubah, beradaptasi, dan bermetamorfosis hingga bisa sesuai dengan apa yang Allah inginkan terjadi pada kita. Diri kita yang lebih baik. Kata "lebih baik" disini berarti tunggal: bahwa hijrah bukan ketokan sesaat, tapi awal dari sebuah proses berkelanjutan. Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Dan besok harus berusaha agar bisa lebih baik dari hari ini. Hijrah adalah meniti perjalanan, sebuah proses yang tidak pernah berhenti. "Lebih baik" itu seperti apa?

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maa'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (Qs Ali Imran: 110)

"Sesungguhnya, orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Qs Al Baqarah: 218)
 "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (Qs Luqman: 17)
"Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman)." (Qs Al Baqarah: 257)


Setelah Hijrah, Istiqamahlah Dan Terus Jemput Hidayah



Setelah mengenakan jilbab, dan menguatkan niat untuk menjadi muslimah yang lebih baik, ternyata ada banyak sekali ujian-ujiannya. Mulai dari ujian kecil seperti godaan untuk mencoba model jilbab atau pakaian muslimah yang sedang trendy, hingga ikut arus apa yang dilakukan oleh "sesama orang islam" lain di Indonesia. Bahkan ujian berat seperti kehilangan anak dalam kandungan (lagi), hingga kondisi pilihan-pilihan hidup yang teramat sulit yang tidak bisa aku ceritakan disini.


Ujian hidup itu datang untuk menggoda keimanan dan ketakwaan kita pada Allah dan ajaran Rasulullah SAW lewat agama Islam. Dan karena hijrah adalah proses, maka kita harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menunjukkan bahwa kita tetap bertakwa dan mempertahankan akidah keislaman kita.

"Alif lam mim. Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "kami telah beriman," dan mereka tidak akan diuji? Sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka, Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." (Qs Al Ankabut: 1-3)

Itu sebabnya setelah hijrah, kita harus berusaha untuk bisa istiqamah. Yaitu terus berpegang teguh pada ajaran Allah dan Rasulullah Muhammad SAW. Apapun yang terjadi. Untuk itu, kita harus membuat ekosistem yang bisa mendukung hal tersebut agar bisa terjadi. Menciptakan lingkungan yang bisa menguatkan kita agar bisa terus istiqamah menerapkan ajaran syariat Islam. Dan jika mampu, berusaha agar bisa ikut memberi sumbangsih bagi penegakan kebenaran.



Hal-hal yang aku dan suami lakukan agar bisa istiqamah dalam rangka #AyoHijrah:


1. Belajar ilmu agama.

Proses ini harus terus dilakukan. Bahkan meski apa yang kita dengar bisa jadi sudah pernah kita dengar sebelumnya, atau sudah kita ketahui, tapi tetap saja kita belajar lagi. Karena, pada dasarnya, ilmu agama itu serupa dengan bulir air di lautan. Bahkan lebih luas lagi.

Bayangkan orang yang sejak kecil terus-menerus berada dalam sebuah kamar yang kecil dan hanya bertemu dengan segelas air. Ketika terus menerus bertemu air segelas itu, mungkin dia menganggap biasa saja air segelas. Tapi, ketika suatu hari dia diajak keluar ruangan dan diperlihatkan kolam renang. Dia pasti akan terperangah melihat air yang sebegitu banyak. Lalu, ajak dia ke tepi pantai, dia pasti akan semakin terperangah melihat air yang lebih luas dari air kolam renang. Lalu ajak dia naik kapal dan mengarungi samudra, dia pasti akan mabuk laut karena pusing melihat ada air dimana-mana, sejauh mata memandang. Air yang bergelombang dan bisa berdiri lebih tinggi dari tiang kapal karena terpaan badai; air yang bisa berputar hingga membentuk poros jauh terperosok masuk ke dalam bumi karena pusaran air laut. Air yang bisa menampung bahkan hewan yang teramat sangat besar sekali untuk berenang di dalamnya. Padahal bentuknya sama saja pada dasarnya: AIR.

Demikianlah ilmu agama.  Meski sekilas terbaca sama dan serupa tematiknya, tapi semakin dipelajari malah semakin terasa bahwa apa yang sudah kita ketahui ternyata belum ada apa-apanya.

2. Selalu memilih yang halal dan thoyyiban saja.


Dalam berbagai hal. Entah itu makanan, pakaian, pekerjaan, dan membeli barang. Berusaha untuk memilih yang halal, dan thoyyiban.

3. Berusaha menjauhi RIBA

Ini catatan tersendiri buatku. Dalam perjalanan hidup, yang namanya godaan hingga kita bertemu dengan RIBA kerap terjadi. Bisa jadi, karena di Indonesia masih banyak sistem keuangan yang belum tersentuh dengan aturan yang sesuai dengan Syariat Islam. Banyak hal. Dan dalam hal ini, termasuk jasa keuangan.

Meski demikian, aku dan suami berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan pola hidup menjauhi RIBA. Dan ini tidak mudah. Karena skema keuangan di Indonesia masih didominasi oleh skema keuangan konvensional yang mau tidak mau ada ribanya.

Alhamdulillah, di awal milenium baru, di Indonesia sudah ada Bank yang berdiri dan menerapkan sistem keuangan yang sesuai dengan syariat Islam. Dialah BANK MUAMALAT. Bank yang berdiri di tahun 1992 dan merupakan bank pertama di Indonesia yang murni syariah. Bank ini tidak menginduk ke bank lain dan termasuk bank yang survive alias bertahan ketika bencana krisis ekonomi besar melanda Indonesia di tahun 1998 merontokkan banyak bank di Indonesia.

Akhir tahun 1999, aku dan suami kembali ke Indonesia sekeluarga. Tahun 2000, suami mulai membuka tabungan di Bank Muamalat. Bank syariah masih amat sangat sedikit kala itu, dan niat kami membuka tabungan di bank muamalat dan beberapa bank syariah lainnya yang muncul di Indonesia satu: untuk memberi dukungan pada bank syariah agar kuat. Niat awalnya murni karena ingin menunjukkan keberpihakan. Selanjutnya, hal ini kami jadikan sebagai the way of life, bagian dari gaya hidup,  dan tahun 2002 kami mulai menyisihkan penghasilan dalam rangka investasi jangka panjang. Anak masih kecil itu bisa dibilang belum ada pengeluaran yang serius. Percaya padaku, pengeluaran untuk biaya pendidikan itu baru akan terasa ketika anak sudah lulus SMA. Dan meski anak-anak masih balita saat itu, aku dan suami sudah berpikir jauh ke depan. Kami ingin anak-anak bisa kuliah. Kami juga ingin suatu hari bisa naik haji. Lalu kami ingin setelah pensiun nanti bisa punya penghasilan tambahan di luar uang pensiun Pegawai Negeri Sipil yang sudah pasti mengecil nilainya. Semua ini berarti satu: harus punya perencanaan keuangan sejak masih berusia muda. Investasi. Tapi lebih dari itu, pingin juga punya rasa tenang dalam berinvestasi. Tenang dalam arti nilai uang yang kami tanam, ada di bank yang bisa dipercaya. Juga tenang dalam arti, bahwa uang yang kami tanam bisa membahagiakan di dunia sekaligus tidak akan menjadi beban di akherat kelak. Karena pengelolaan dana di bank Muamalat hanya pada instrumen syariah yang beragam dan sangat kompetitif saja, dan tidak menerapkan bunga bank yang merupakan sistem riba.

Oh ya, aku pernah menulis tentang bagaimana skema keuangan syariah dalam perbankan syariah di blog ini. Siapa tahu ada yang ingin membacanya, karena tulisan ini dahulu aku buat karena keberpihakanku agar perbankan syariah semakin dikenal di tengah masyarakat. Jadi, menggemakan gerakan #AyoHijrah pada orang lain, pada masyarakat luas lewat tulisan di blogku ini. Karena inilah yang aku bisa lakukan sebagai seorang muslim yang punya kewajiban untuk mensiarkan tentang syariah islam. Yaitu menuliskannya karena aku punya kemampuan bisa menulis dan punya media untuk mensiarkannya, yaitu blogku ini. Ini dia 2 tulisanku tentang sistem keuangan syariah dan bank syariah:

tulisan 1:
Mari Mengenal Skema Keuangan Syariah di Bank Syariah
tulisan 2
Sosialisasi keuangan syariah


Aku amat merekomendasikan kalian untuk juga punya rencana ketika usia masih muda. Yaitu merencanakan hari tua yang insya Allah lebih sejahtera lewat DPLK Syariah dari Bank Muamalat.

DLPK syariah Muamalat adalah DPLK syariah di Indonesia saat ini yang merupakan satu-satunya DPLK syariah. Ini adalah Program Pensiun Terencana Muamalat yang merupakan program pensiun iuran pasti berdasarkan UU Dana Pensiun no 11 tahun 1992.

Kenapa aku merekomendasikan DPLK Muamalat? Karena, setoran iurannya terjangkau, proses cepat dan mudah, investasi bebas pajak, layanan informasi dapat diakses melalui website selama 24 jam sehari dan di seluruh kantor cabang bank muamalat, imbal hasil dapat membiayai hari tua.

Lewat keikut sertaan aku dan suami di DPLK muamalat ini, alhamdulillah kami punya biaya ketika anak lulus SMA dan harus membayar uang kuliah, punya dana yang bisa dicairkan ketika tiba-tiba anak ingin menikah, dan juga punya dana tambahan ketika pergi berhaji tahun lalu. Alhamdulillah.

Dan ketika dicairkan lalu disalurkan sesuai dengan keperluan, rasanya lega. Hanya saja, sisa dana yang tidak terpakai, tidak kami habiskan. Tapi kami masukkan kembali menjadi investasi baru untuk persiapan hari tua setelah pensiun nanti insya Allah.







Dan setelah anak-anakku besar, maka pengetahuan dan pengalaman yang sudah kami alami bersama bank syariah kami tularkan  pada anak-anak kami. Kami ingin agar anak-anak juga melakukan investasi hanya di bank syariah juga. Hal ini semata agar selain bisa menggenggam dunia, insya Allah akherat pun tidak tergadaikan hanya karena salah memilih bank. Pilihlah bank syariah agar dunia dan akherat bisa kita raih dalam satu waktu, insya Allah.



Mengapa Memilih Bank Muamalat?

Seperti aku sebutkan di atas, karena Bank Muamalat adalah Bank pertama yang murni syariah di Indonesia. Dia tidak berafiliasi atau menginduk dari bank konvensional apapun. Berdiri sendiri. Jadi insya Allah sistem keuangan perbankannya tidak ada RIBA nya. Disamping itu, pengelolaan dana di Bank Muamalat didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi syariah yang dikawal dan diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Bank Muamalat juga memiliki produk dan layanan keuangan lengkap yang ditunjang dengan berbagai fasilitas seperti Mobile Banking, Internet Banking Muamalat dan jaringan ATM dan Kantor Cabang hingga ke luar negeri.




Untuk memberikan layanan yang lebih berkah untuk nasabah dan masyarakat maka produk Bank Muamalat diberikan nama baru sebagai berikut :
Tabungan iB Hijrah
Tabungan iB Hijrah Haji dan Umrah
Tabungan iB Hijrah Rencana
Tabungan iB Hijrah Prima
Tabungan iB Hijrah Prima Berhadiah
Deposito iB Hijrah
Giro iB Hijrah
Pembiayaan Rumah iB Hijrah Angsuran Super Ringan dan Fix and Fix (masih dalam proses pengajuan kepada Regulator/OJK)
Saat ini, Bank Muamalat memiliki cita-cita yaitu ingin menjadi pusat dari Ekosistem Ekonomi Syariah dan turut membangun industri halal di Indonesia dengan memanfaatkan perkembangan teknologi.




Jadi, pilihannya sekarang jelas sudah jauh berkembang dibanding era tahun awal 2000 an ketika kami membuka tabungan di bank Muamalat. Ada aneka tabungan perencanaan, juga ada pilihan investasi yang beragam. Dan sekarang, bahkan sudah dilengkapi dengan memanfaatkan teknologi keuangan yang memudahkan untuk keterjangkauan nasabah tanpa terhalang oleh waktu dan jarak lagi. Yaitu lewat internet banking.



dan sekarang, bank Muamalat juga hadir dengan layanan internet mobile banking

Jadi, #AyoHijrah dengan menggunakan bank syariah. Jangan ragu untuk meninggalkan bank konvensional. Karena disamping kita mensucikan harta kita, kita juga menunjukkan keberpihakan kita pada penegakan syariah agama kita agar semakin diterima dan besar di Indonesia. Insya Allah.

28 komentar

  1. MasyaAllah mba teryata sudah lama menggunakan Bank Muamalat ya mba. Semoga ke depan kita akan menjadi lebih baik ya mba. Aku belum jadi nasabah Bank Muamalat nih mba. Buruan ah ntar mampir dan daftar :)

    BalasHapus
  2. aku juga pengen menjauhi riba, ya alloh moga bisa segera lepas dari riba, biar hidup lebih berkah dan tenang

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah aku juga sdh menjadi nasabah BM cukup lama, meski masih menggunakan bank2 lain juga.. Semoga aku bisa hijrah lebih baik . Aamiin .

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah, memang kita harus meniatkan benar ya mba, untuk menjauhi riba', karena memang sudah menjadi kebiasaan yang panjang

    BalasHapus
  5. Wah mbak, ternyata tumbuh di keluarga yang bebas demokratis membuat kita jadi makin mencari dan mengejar hidayah yah mbak.

    Sedih sekali baca ceritanya mbak ketika keguguran. Semoga kita semua bisa istiqomah dengan proses hijrah kita yah mbak :)

    BalasHapus
  6. Mbak Adeeer...semoga menang lombanya, ya. Ciamik banget tampilan postingan di blognya. Ajarin donk si bunda yg gak tau apa apa neeey. Bundabdi'ain masuk nominasi daaannn menang. Aamiin

    BalasHapus
  7. Tertarik sama layanan pensiun terencana-nya itu, besok mau coba tanya-tanya ke Muamalat cabang Jogja ah :)

    BalasHapus
  8. Saya masih pake rekening bank konvensional nih, Mba. jadi kepikiran pengen buka rekening di bank muamalat juga deh. Semoga suatu saat nanti saya bisa hijrah sepenuhnya dan istiqomah berada di jalanNya, amiiin

    BalasHapus
  9. Lukisan nya bagus mbak e. Semangat melaksanakan hijrah mbak apalagi bank Muamalat sebagai pelopor bank syariah di Indonesia, keren semoga semakin bermanfaat untuk masyarakat.

    BalasHapus
  10. Cara Allah memberikan hikmah kadang melalui jalan yang tidak terduga, ya. Tinggal bagaimana kita yang menyikapi pemberian-Nya.

    BalasHapus
  11. Hua, ngiri dengan Mbak Ade yang udah hijrah dari riba. Aku masih pake yang konvensional nih. Duku kepengen segera berhijrah deh. Biar tenang ya

    BalasHapus
  12. Tadi sempet juga membaca informasi mengnai Bank Muamalat ini, tapi tetepan membaca infonya dari Mba Ade selalu berbeda dan menyenangkan :)

    BalasHapus
  13. Wah mantaps nih semoga kita semua bs terus berhijrah ke arah lebih baik ya Mba..

    BalasHapus
  14. Aku seneng baca cerita hijrah mb Ade. Masya Allah total ya mbak hijrahnya

    BalasHapus
  15. Waa...senangnya..
    Bank Syariah pertama di Indonesia dan merupakan pilihan kaum muslimin agar terlepas dari akad-akad ribawi yang duniawi.

    BalasHapus
  16. :) Semoga kita menjadi pribadi yang makin hari makin baik dari hari kemarin ya Mbaaak! Semangaaat, semoga juga Mbak Ade selalu mendapat kemudahan dalam menjalankan hijrahnya ya Mbak.... :)

    BalasHapus
  17. aku dan suamiku juga berusaha menghindari riba dengan hijrah ke bank syariah, minimal mengurangi lah ya hehe

    BalasHapus
  18. Iyess harus menghijrahkan seluruhnya ya Mba, hijrah dr konvensional menuju syariah..semoga kita istiqomah aamiin

    BalasHapus
  19. Aku juga udah pakai layanan inet banking muamalat itu mbak.
    Yg namanya hijrah itu kuncinya dijalankan, gk bisa cuma niat, trus menjalaninya jg sebaiknya konsisten ya mbak...

    BalasHapus
  20. Maa syaa Allaah kisah hijrahnya inspiratif banget mbak. Yap, bener banget niat hijrah kita harusnya karena Allaah ya bukan karena pasangan maupun yang lain. Btw saya dan suami juga sudah menggunakan bank muamalat, in syaa Allaah di bank syariah ini lebih tenang dan berkah ya.

    BalasHapus
  21. Mba Ade, aku terharu biru membaca perjalanan panjang hijrahmu. Memang ya, pada akhirnya kita mengejar ketenangan hidup di atas segala2nya. Menghindari riba juga merupakan salah satu cara untuk bahagia dunia akherat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, segala niat baik (*bahkan niat jahat juga deh) pasti ada rintangan yang merupakan ujian untuk memastikan dan mengukuhkan niat itu. Setelah dilalui segalanya jadi terasa ringan deh insya Allah

      Hapus
  22. Jadi pingin cari tau tentang DPLK itu. Mumpung masih muda belia. Hahahaha. Hidup itu nyari aman dan lebih aman ya, Mbak. Supaya lebih berkah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benerrr banget. Mumpung masih muda. Kalo dah tua makin banyak pengeluaran

      Hapus
  23. Masyaallah, semangat untuk hijrahnya ya kak.
    penjelasannya juga cukup detail yaaa

    BalasHapus
  24. aku belum coba bank muamalat. pengen banget bersih dr riba. udah gitu program Bank Muamalat bagus2 ya. ah, semoga cepat hijarah ke muamalat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cobalah. Ada banyak pilihan kok disini. Intinya, ada investasi tabungan yg tanpa bagi hasil sama sekali, dan tanpa biaya admin ada juga yang dengan bagi hasil tapi dikenakan biaya admin

      Hapus