Mari Waspada Terhadap Pneumonia

[Keluarga] Ayahku pernah jatuh sakit yang lumayan parah. Dia sakit Pneumonia. Tapi waktu itu belum ada yang menyadari bahwa ayah terkena Pneumonia. Ayahku selalu mengeluh kedinginan dan kesakitan di bagian dadanya. Keluhannya ini rada-rada seram sih. Karena kalau sudah demam dan merasa kedinginan, serta sesak napas, ayah akan mengumpulkan kami anak-anaknya untuk diberi nasehat.

"Nak... sepertinya usia ayah sudah tidak lama lagi nih. Jika ayah sudah meninggal nanti, kalian... bla bla bla." Ayah langsung nyerocos memberi kami nasehat panjang dan lengkap dan... terasa tidak penting hingga kami anak-anaknya malah bubar jalan sambil menegur beliau.

"Sudahlah, Yah. Ayah insya Allah sembuh kok. Jangan berpikir seperti itu kenapa? Ngeselin tahu."
Yap. Ayahku memang seorang laki-laki yang sedikit manja. Sehingga jika beliau sakit sedikit saja, maka dia sering tanpa sadar berperilaku seakan penyakit itu berat banget dan besok pasti meninggal. Jadi, wajahnya sering dilemes-lemesin, suaranya dilemah-lemahin, pokoknya begitu deh.



Nah. Kali itu pun kami berpikir bahwa ayah sedang berperilaku lebay dengan penyakit barunya. Jadi, akhirnya kami santai saja menanggapi keluhannya.

Tapi, ternyata penyakitnya tidak sembuh dalam 3 hari. Bahkan tidak sembuh setelah lewat 7 hari. Wah. Berarti ayah tidak lebay dengan penyakitnya. Berarti ayah serius dengan penyakitnya. Mulai deh kami menaruh perhatian yang lebih.

Ayah dibawa ke dokter. Diagnosa awal dokter, ayah terkena ISPA. Lalu diberi obat-obatan. Tapi, ternyata lewat beberapa hari belum juga sembuh. Bahkan makin parah hingga ayah akhirnya harus diopname di rumah sakit.

Di rumah sakit, ayah tidak mau lepas dari bantuan oksigen yang diberikan lewat selang kecil yang disalurkan lewat tabung oksigennya. Hingga akhirnya tiba waktu untuk pulang ke rumah karena dokter menganggap penyakit ayah bisa dirawat di rumah.

Tapi, ternyata ayah tidak ada perubahan. Bahkan dia mengeluh susah bernafas dan dadanya terasa sempit. Akhirnya, dibelilah tabung oksigen plus selangnya. Perlahan, keluhan ayah berkurang. Jadi, kemana-mana sekarang ayah jika bergerak selalu didampingi oleh tabung oksigen dan selang yang tercantel di depan hidungnya.

Kian hari, sakit ayah makin terlihat parah. Dan karena keluarga besarku masih ada yang percaya dengan selain ilmu kedokteran, mulailah datang saudara yang menawarkan pengobatan alternatif setelah kami ceritakan bahwa pengobatan di dokter belum membuahkan hasil. Tubuh ayah makin kurus, kulitnya main pucat, selalu merasa letih, lesu, lemah, sesak nafas, tidak nafsu makan, demam dan batuk berkepanjangan.

Disinilah untuk pertama kalinya aku bersitegang dengan seorang saudara senior. Aku menentang usaha dia untuk mengajak ayah menggunakan sesuatu di tubuh agar penyakit yang dia derita hilang. Aku merasa bahwa itu termasuk perbuatan syirik.

"Nggak Om. Om nggak masang macam-macam di badan ayah ade."
"Loh kenapa? Kamu memangnya nggak mau ayah kamu sembuh?"
"Bukan masalah sembuh atau tetap sakit. Tapi, ade nggak mau, jika ternyata ayah ade sudah berada di ujung masa hidupnya, ade nggak mau ayah ade melakukan sesuatu yang syirik. Ade nggak mau ayah ade di akhir hidupnya jadi seorang yang musyrik."

Aku ingat ketika aku bersitegang begitu, ibuku langsung mencubit pahaku. Sakit sekali. Karena menurut ibu aku tidak sopan terhadap niat baik pamanku tersebut. Tapi aku waktu itu tetap bersitegang melarang si paman masuk ke dalam kamar ayahku untuk memberikan pengobatan alternatifnya.

Akhirnya, adiknya ibuku, ditugaskan oleh ibuku untuk menarik aku agar menjauhi kamar ayah dengan mengajakku bicara. Akhirnya, paman itu pun berhasil masuk ke dalam kamar. Entah apa yang dia lakukan. Aku baru menyadari bahwa aku kecolongan setelah si paman pamit pulang.

Serta merta aku masuk ke dalam kamar ayah dan bertanya tadi ngapain saja dengan si paman. Ayah bercerita bahwa paman tadi memijat punggung belakang ayah, lalu membacakan doa. Kata ayah, si paman memberitahu bahwa ada orang yang mengirimkan penyakit pada ayah dan penyakit itu ditanam di punggung ayah. Mendengar penuturan ayah, aku menangis.

Aku ingat aku mengingatkan ayahku sambil menangis.
"Ayah. Jangan percaya dengan apa yang diomongin sama Om xxxxxx. Itu syirik. Ade nggak percaya dengan hal-hal seperti itu. Hati-hati Yah, sakit itu ujian dari Allah. Tapi kalau kita salah berobat dan jadi percaya dengan hal-hal yang syirik, maka itu berarti kita mengarahkan akhir hidup kita berakhir sebagai orang musyrik."

Ayah hanya tersenyum dan mengacak-acak rambut di kepalaku. "Tenang saja. Ayah ngerti soal begituan. Kita pindah dokter aja mungkin ya."

Akhirnya, ayahku pindah berobat. Dari rumah sakit A ayah mencari second opinion ke rumah sakit lain. Di rumah sakit yang baru ini, ayah mengikuti rangkaian pemeriksaan dari awal lagi. Hasilnya, ayah didiagnosa menderita paru-paru basah atau pneumonia.

Akhirnya, pengobatan selanjutnya adalah, tindakan pengeluaran cairan dari paru-parunya. Dan hasilnya, ternyata cairan yang dikeluarkan itu jumlahnya hingga 2 ember sedang!! Jadi, ember yang biasa di pakai buat bawa cucian itu, isinya air semua.

Subhanallah. Pantas saja ayah selalu merasa sesak nafas, susah bernafas dan selalu mengeluh seakan ada benda berat yang menekan dadanya. Jelas saja. Air yang dikeluarkan dari tubuhnya ada 2 ember full. Dan ini sama sekali bukan karena ilmu hitam yang dikirimkan oleh orang lain untuk ayah. Tapi murni karena penyakit Pneumonia.

Nah, ketika anakku yang nomor 2, duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, temannya anakku bahkan ada yang meninggal dunia akibat serangan Pneumonia. Jadi, awalnya ibunya menyangka anaknya terkena ISPA biasa. Pilek, batuk dan sesak nafas. Lalu meningkat jadi demam, menggigil, dan lesu, lemah tidak bergairah. Dan terus parah hingga ketika sedang bermain tiba-tiba anaknya pingsan. Di bawa ke rumah sakit, sudah tidak tertolong lagi. Innalillahi wa innailaihi rajiun.

Kok Seram?  Ayo lah kita cari tahu apa sih sebenarnya Pneumonia itu.
Cara bacanya, huruf P di depan itu tidak dibaca, jadi bacanya Ne-u-mo-ni-a.

PNEUMONIA, Apakah itu?


Mungkin, di antara kalian ada yang belum tahu, PNEUMONIA itu penyakit apa?

Di laman halodoc.com, kita bisa memperoleh definisi apa itu Pneumonia. Seperti kukutip di bawah ini:

Pneumonia adalah infeksi yang terjadi pada kantung-kantung udara di dalam paru-paru seseorang. Infeksi dapat terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Kantung-kantung udara yang terinfeksi terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Penyebab dari pneumonia adalah infeksi virus, bakteri maupun jamur. Di Indonesia, pneumonia ini lebih akrab dikenal dengan istilah paru-paru basah.

ini jika digambarkan sebagai kartun penjelasan Penyakit Pneumonia itu. terlihat kan ya paru-paru yang normal kan bersih, sedangkan yang terkena pneumonia ada cairan di dalamnya (credit foto: vector stock)

ini hasil rontgen pasien yang sehat dan yang menderita pneumonia (credit foto: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:OSC_Microbio_03_02_pneumonia.jpg)

Masih mengutip dari laman halodoc.com, Gejala dari pneumonia muncul beragam mulai dari yang ringan hingga yang berat, bergantung dari faktor penyebab seperti organisme penyebab infeksinya. Tanda dan gejala yang ringan dapat menyerupai gejala flu seperti, demam dan batuk, namun biasanya durasinya lebih lama daripada flu biasa. Jika penyakit dibiarkan, gejala yang berat dapat muncul, hal ini meliputi:
  • Nyeri dada pada saat bernapas atau batuk.
  • Batuk berdahak.
  • Mudah lelah.
  • Demam dan menggigil.
  • Mual dan muntah.
  • Sesak napas.
  • Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
  • Hipotermia (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun dan memiliki gangguan sistem imun).
Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak tampak selalu kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas sehingga napas anak menjadi cepat.

PNEUMONIA The Forgotten Killer

Tahukah kalian bahwa ternyata nih, Pneumonia ini adalah salah satu penyebab mayor dari mortalitas. Pneumonia membunuh lebih banyak anak dibandingkan AIDS, malaria, dan campak. Namun, perhatian terhadap pneumonia masih kurang, sehingga pneumonia disebut sebagai “The forgotten killer". 
Bahkan, WHO sampai menetapkan bahwa setiap tanggal 12 November, akan diperingati sebagai hari Pneumonia. Hal ini dilakukan karena sudah terlalu masifnya korban yang berjatuhan akibat penyakit ini di seluruh dunia. Angkanya mencapai 1,4 juta anak di bawah usia 5 tahun yang meninggal karena penyakit pneumonia di seluruh dunia; atau sekitar 18% dari seluruh penyebab kematian yang menyerang anak di bawah usia 5 tahun di seluruh dunia.

dan ini penjelasan ringan tentang gejala pneumonia dan cara mencegahnya (credit foto: dreamstine.com)

Bagaimana Mencegahnya?

WHO dan UNICEF berkolaborasi untuk membuat global action plan dalam rangka mencegah dan mengendalikan penyakit Pneumonia ini. 
Dari laman WHO international, kita bisa membaca apa tujuan akhir dari kolaborasi WHO dan UNICEF ini. Yaitu sebagai berikut:
The aim is to accelerate pneumonia control with a combination of interventions to protect, prevent, and treat pneumonia in children with actions to:
  • protect children from pneumonia include promoting exclusive breastfeeding and hand washing, and reducing indoor air pollution;
  • prevent pneumonia with vaccinations;
  • treat pneumonia are focused on making sure that every sick child has access to the right kind of care - either from a community-based health worker, or in a health facility if the disease is severe - and can get the antibiotics and oxygen they need to get well.

Jadi, setiap bayi, usahakan untuk bisa mendapatkan ASI eksklusif dari ibunya. Lalu, selanjutnya, usahakan agar anak dan keluarga di sekitarnya rajin mencuci tangan dengan sabun serta menjaga kebersihan udara sekitarnya dari polusi. Baik polusi akibat kendaraan bermotor maupun karena asap rokok atau asap masakan atau asap pembakaran sampah.

Pada Balita, usahakan untuk mendapatkan imunisasi ya.
Jika terlanjur terkena sakit, maka pemberian oksigen dan anti biotik harus segera diberikan.

Dan hindari untuk tinggal di tempat yang terlalu kumuh, dimana kadar oksigennya tercemar. Juga hindari untuk berlama-lama di lingkungan yang dicemari oleh bau kimia atau serbuk kayu atau serbuk asbes).

Dan selalu konsumsi makanan yang bergizi serta olahraga yang cukup. Ketika berolah raga, biarkan tubuh terkena sinar matahari sebentar dan berolahragalah hingga berkeringat serta menghirup udara yang bersih.

Ini ada sebuah video dari YOU TUBE Halodoc tentang cara mencegah agar tubuh kita tidak mudah jatuh sakit.
Semoga bermanfaat.


4 komentar

  1. Nah iya mba kadang aku suka dinyinyirin kalau sakit dikit2 ke dokter lah aku mah merasa orang yang bodoh sama penyakit jadi ya sebisa mungkin berobat ke dokter. Dan anak pertamaku dulu juga kena pneumonia mba sedih banget :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. wahh.. iya. Nggak bisa dianggap remeh emang kalo udah batuk dan demam itu. tapi aku termasuk orang yang baru ke dokter kalau sudah sakitnya sudah lewat 2 hari biasanya. Kalau baru sehari, aku biasanya minum panadol aja dulu. karnea aku termasuk orang yang menghindari minum antibiotik sering-sering.

      Hapus
  2. Betul! Banyak yang menganggap remeh flu, padahal bisa pneumonia. Saya pernah tahu ada yang kena radang paru-paru ringan dan hidupnya baik-baik saja. Tapi ketika tiba-tiba kena stroke, radang itu jadi fatal karena cairan yang selama ini bisa keluar dalam bentuk dahak, tidak bisa keluar lagi. Otot tenggorokannya terlalu lemah untuk mendorong cairan. Padahal, kalau radang paru-parunya sudah diobati kapan tahu, waktu stroke menyerang, dia pasti masih bisa bertahan.

    BalasHapus
  3. Anakku kalau sudah batuk pilek selama 3 hari langsung bawa ke dokter spesialis anak, karna waktu masih bayi pernah kena pneumoni. Dirumah selalu saya siapkan alat untuk nebu jika sampai sesak.

    BalasHapus