5 Kebahagiaan Sederhana Belajar Agama

[Parenting] Tulisan ini aku persembahkan untuk semua keturunanku : anak, cucu, cicit, canggah, dan seterusnya. Dan semua orang yang ingin membacanya.
ehem.
Kalian tahu tidak nak, orang tua ibu, nenek kalian, adalah 2 orang tua yang amat tegas untuk urusan agama, tapi sekaligus juga orang tua paling demokratis yang pernah ibu miliki. Ibu, amat mencintai Anang dan Enin. Dan karena merekalah, ibu mengenal Islam dan berusaha untuk menjadi orang Islam yang baik.


Siapa itu Anang dan Enin?



Ibu kalian ini nak, lahir dari orang tua yang berasal dari Sumatra Selatan. Di Sumatra Selatan, tidak dikenal istilah kakek dan nenek untuk orang tua dari orang tua kita. Yang dikenal adalah nenek. Baik pria maupun wanita, semua dipanggil nenek. Perbedaannya adalah, jika laki-laki, maka dipanggil Nenek Lanang. Lalu disingkat agar mudah menjadi Anang. Sedangkan jika perempuan, dipanggil Nenek Betine, lalu disingkat menjadi Ine. Huruf "e" disini dibaca seperti ketika kita menyebut kata "enak" untuk sesuatu yang terasa lezat di lidah.

Tapi, ibunya ibu, yagn seharusnya dipanggil Ine, besar di kota Bandung. Karenanya, ibunya ibu ingin tetap merasa sebagai orang Bandung. Itu sebabnya ketika kalian lahir, ibunya ibu ingin dipanggil Enin saja ketimbang dipanggil Ine. Karena dengan begitu agar kalian tahu bahwa nenek kalian, tidak murni dari Sumatra, tapi orang Sumatra Perantauan yang bermukim di Bandung.

Bisa jadi, dulu ibu sekeluarga ketika masih kecil shalatnya bolong-bolong, juga tidak pandai mengaji. Tapi, Anang dan Enin selalu mengajarkan betapa pentingnya untuk tetap menjadi orang Islam.

Pernah suatu hari, ketika ibu masih kecil,  ibu pulang ke rumah sambil membawa segumpal tali putri. Kalian tahu tali putri itu apa? Itu adalah benalu yang menempel tumbuh merambat di atas pohon, bentuknya seperti tali layang-layang berwarna kuning. Waktu itu, ibu tidak tahu bahwa ini sejenis benalu. Ibu hanya suka melihat keberadaan tali putri di atas sebuah tanaman. Rasanya seperti variasi yang cerah di tengah warna dominan hijau sebuah pohon. Warna kuning itu amat menonjol.

ini bentuk close up Tali Putri, si kuning emas yang seperti spagetti. Gambar diambil dari http://www.homezweethome.info/2010/05/parasite-plant.html
Ibu pernah menulis cerita tentang perumpamaan Tali putri ini di tulisan ibu yang ini jika kalian ingin membacanya:  Dua Sisi Kehidupan Seorang Pengidap Sado Machinist .

Anang, setelah beberapa hari mendapati tali putri disematkan di tengah tanaman perdu yang dia rawat (Anang kalian suka menanam dan merawat tanaman; hmm, mirip ayah kalian ya? Hehehe), bingung, kenapa setiap hari mengenyahkan gumpalan tali putri tapi setiap sore pasti menemukan gumpalan tali putri yang baru yang disematkan di tengah tanaman perdu miliknya.

Akhirnya, Anang mengeluh dan kebetulan ada ibu di dekat Anang.

"Ayah bingung, kenapa setiap hari selalu muncul tali putri di antara tanaman? Siapalah yang iseng mencoba untuk menanam tali putri?"  Ibu langsung tertegun mendengar keluhan Anang. Jadi, ibupun mengaku.

"Ade yang nanam, yah."
"Hah? Kamu?" Anang bingung setengah tidak percaya.
"Buat apa?"
"Buat variasi, yah. Ayah nggak bosan apa setiap hari cuma lihat yang hijau-hijau terus? Nah, tali putri itu kan bentuknya bagus, berwarna lagi. Kuningnya mulus kayak benang. Apa salahnya kita kembang biakkan di antara tanamana kita yang serba hijau itu."

Anang langsung tampak tegang dan menatap ibu dengan pandangan serius sekali.
"Ade. Dengar dan ingat baik-baik seumur hidup kamu. Yang namanya benalu itu tetap benalu. Dia tidak boleh diberi tempat di tengah tanaman yang sehat karena cepat atau lambat, dia akan menggerogoti tanaman yang sehat kita dan akhirnya, tanaman yang sehat akan mati sedangkan mereka subur di atas bangkai tanaman yang dulu ditumpanginya."

Ibu waktu itu langsung tertegun. Bingung dan gentar.

"Ayah nggak bohong. Kamu harus percaya sama ayah bahwa kita harus waspada pada benalu."
Setelah ibu dewasa, ibu baru tahu apa yang dimaksud Anang dengan benalu, si penumpang gelap yang tidak tahu diri itu.

Ini adalah tali putri yang akhirnya menguasai seluruh kehidupan  pohon yang ditumpanginya sehingga pohon ini pun mati. Jika sudah begini, tidak ada lagi keindahan dari warna keemasan si tali putri. Gambar diambil dari http://semi-yanto.blogspot.co.id/2011/12/tanaman-tali-putri.html

Melihat ibu bingung dan seperti ketakutan, akhirnya Anang memberitahu ibu nasehat berikutnya.

"De, dalam hidup, nanti kamu akan menemukan banyak sekali pilihan dan kondisi yang mungkin tidak masuk di akal kamu. Bisa jadi, kamu akan melihat itu sebagai sesuatu yang baik dan enak dilihat serta lebih enak aja kayaknya. Padahal itu sebenarnya salah. Nah, Itulah makna keberadaan benalu, nak. Mungkin dia ada gunanya, mungkin terlihat lebih indah, tapi tetap saja, dia sesuatu yang salah dan jika dipaksakan untuk ada, malah bikin yang lain jadi rusak."

Ibu masih bingung waktu itu. Jadi, Anang akhirnya merengkuh pundak ibu dan berkata,
"Pokoknya, kamu harus belajar bahwa baik dan benar itu sesuatu yang berbeda. Ada yang terlihat baik, tapi belum tentu benar. Dan ada yang sudah benar tapi ternyata tidak baik."

Ibu masih bingung.
"Belajar ya nak, belajar yang rajin agar nanti kamu mengerti yang ayah maksud."

5 Kebahagiaan Sederhana Belajar Agama

Waktu berlalu dan ibu belajar banyak hal.
Bukan cuma belajar membaca, menulis dan berhitung; tapi juga belajar tentang kehidupan dan hikmah di balik semua kejadian.

1. Jadi lebih termotivasi untuk berbuat baik


Kalian tahu nak, ibu bersyukur banget ibu pernah belajar agama, dalam hal ini belajar tentang agama Islam. Kenapa? Karena, dalam kehidupan sehari-hari ternyata ibu bertemu dengan aneka macam tipe dan sifat serta karakter orang. Ada yang tegas, ada yang plin-plan. Ada yang ramah, ada yang galak. Ada yang sabar, ada yang suka tergesa-gesa. Ada yang cepat, ada yang lambat. Ada yang baik dan ada yang jahat.

Karena ibu belajar agama, maka ibu jadi lebih mudah menerima perbedaan itu. Hidup itu memang penuh pilihan, nak. Allah menciptakan aneka macam pilihan untuk kita pilih, meski sebenarnya tujuan kita sama. Sama-sama mau ke Monas, tapi ada yang lewat pasar baru, ada yang lewat jalur rel kereta api jabodetabek turun di Gondangdia. Sama-sama mau liburan ke Bandung, tapi ada yang lewat jalur Puncak, ada yang lewat Tol Cikampek.
Itu masalah pilihan.
Tidak perlu diperdebatkan karena tidak ada yang salah dengan pilihan orang-orang.
Yang salah itu, jika sepanjang jalan menuju Bandung, dia melakukan kejahatan mencuri dan merampok. Atau ketika ingin ke Monas, dia naik motor dan tanpa sengaja menabrak orang tapi kabur tidak mau bertanggung jawab.

Agama itu memagari kita akan hal-hal yang bersifat larangan dan tidak boleh dilakukan. Larangan itu sedikit sekali dibanding apa yang dibolehkan dan tidak terlarangnya. Dan disitulah kebahagiaan sederhana yang ibu dapat karena belajar agama. Yaitu ketika kita diberitahu bahwa di Islam, jika kita melakukan sesuatu yang baik, maka kita akan mendapat pahala senilai 2; sedangkan jika kita tidak berhasil mewujudkan kebaikan itu karena keterbatasan kita sebagai manusia, maka kita tidak dianggap berdosa.

Itu sebabnya, nak. Lebih baik berusaha maksimal untuk berbuat baik karena ternyata itu bukan sesuatu yang merugikan kita. Jika kita tidak bisa mewujudkan perbuatan baik itu karena keterbatasan kita,  kita tidak dapat dosa kok. Jadi, tidak rugi apapun. Sebalknya ketika kita berhasil, kita malah dapat tambahan pahala sebanyak 2. Jadi untung kan?
Bahagia kan?

2. Bisa membedakan yang baik, benar atau salah


Masih ingat nasehat Anang ke ibu waktu ibu masih kecil? Setelah ibu belajar agama, ibu akhirnya mengerti apa yang dimaksud dengan baik dan benar serta salah.

Makan dengan tangan kanan itu baik. Tapi jika makanan yang kita makan ternyata mengandung sesuatu yang haram, maka itu tidak benar.

Memberitahu orang lain bahwa dia salah itu benar. Tapi jika dilakukan dengan cara membuka aib kesalahan itu di depan orang banyak, maka itu tidak baik.

Pokoknya, pelajari terus agama Islam ya nak, maka kalian akan berpengetahuan bagaimana menjadi seorang muslim yang baik dan benar.

Dan ibu jadi merasa bahagia setelah belajar agama, karena ibu jadi lebih mudah menata diri ibu sendiri. Ibu jadi tahu bagaimana bersikap baik dan benar itu. Dan kalian tahu, nak? Ternyata, ketika kita berhasil menerapkan sesuatu sesuai dengan porsi baik dan benar, maka yang tersenyum dan merasa bahagia itu bukan cuma kita saja. Tapi berimbas ke orang lain yang ada di dekat kita.

3. Lebih mudah untuk mengikhlaskan sesuatu


Nak, hidup itu tidak selalu berisi sebuah usaha kerja keras lalu di penghujungnya kita akan memetik buah yang manis.
Terkadang, hidup itu adalah usaha kerja keras dan hasilnya, bisa jadi tetap saja tidak sesuai dengan harapan  kita.

Nah. Kebahagiaan ibu setelah ibu belajar agama terasa, karena setelah ibu belajar Islam, ibu jadi lebih ikhlas bahwa tidak semua hal harus sesuai dengan prediksi kita. Kita memang harus berusaha dengan maksimal, tapi selanjutnya kita harus ber-tawakkal pada Allah. Karena kita ini manusia yang tetap saja tidak tahu apa sih sebenarnya yang terbaik untuk kita. Hanya Allah yang tahu tentang hal itu. Jadi, ya sudah. Ibu alhamdulillah bisa lebih ikhlas menerima ketentuan selanjutnya setelah kerja keras maksimal ibu lakukan.
Bahagia banget loh nak ketika kita bisa dengan mudah move on dan menerima kemenangan yang diberikan oleh lawan kita. Alhamdulillah. Mungkin ibu dikasi kesempatan untuk berjuang di bidang yang lain. Alhamdulillah, mungkin ibu dikasi kesempatan untuk bisa tetap cengar-cengir tanpa beban daripada dapat amanah dan lalu semua jadi serba tegang.

4. Lebih Mudah merasakan keadilan Allah.


Dulu, waktu ibu belum belajar agama, ibu lebih sering kesal jika ada yang ibu pikir jahat tapi menang terus sedangkan yang ibu pikir baik kok ya kalah terus.

Ibu dulu juga sebel kalo lihat orang yang kaya terus menerus beruntung padahal mereka menurut ibu punya kelakuan minus. Sementara yang miskin terus menerus sial padahal mereka sudah berusaha maksimal.

Sekarang ibu paham, ternyata baik kondisi senang atau sedih, kaya atau miskin, pintar atau bodoh, sakit atau sehat, cantik atau jelek, sebenarya sama saja ujian hidupnya.
Dan itulah keadilan Allah.

Ibu bahagia sekarang setelah belajar agama Islam, karena tidak lagi menggerutu dalam hati merasa tidak adil. Tidak. Semua sudah ada porsinya masing-masing. Ibu bahagia karena perlahan, ibu terbebas dari kerusuhan di dalam hati ibu sendiri melihat aneka kondisi yang terjadi di masyarakat.

Punya hati yang tenang dan damai, tidak rusuh dengan gerundel dan protes itu bahagia banget buat ibu. Tidur jadi nyenyak, makan juga terasa enak.

5. Jadi bisa lebih nikmat pas melakukan ibadah pada Allah


Dan ini yang terakhir yang ibu rasakan. Setelah kita belajar agama Islam, kita jadi lebih merasa nikmat melakukan ibadah pada Allah.

Shalat bukan lagi dikerjakan karena "harus shalat kalau nggak nanti dosa" tapi karena "itu adalah sesuatu yang harus ibu lakuin agar bisa dekat dengan Allah."
Begitu juga dengan ibadah-ibadah lainnya. Semua dilakuin bukan dalam rangka menunaikan kewajiban saja, tapi karena menyukai untuk melakukannya karena mereka adalah bagian dari hidup kita. Tanpa ibadah apapun, rasanya hidup jadi hampa dan kosong. Dan kebahagiaan sederhana ibu dapatkan setiap kali melakukan ibadah.

Kamu tahu nak, bagaimaana caranya kok ibu bisa dapat kebahagiaan ketika melakukan ibadah itu? Karena ibu belajar. Pepatah tak kenal maka tak cinta itu benar loh, nak. Setelah kita belajar, semakin kita mempelajarinya, maka semakin kita tahu betapa berharganya ilmu yang kita pelajari tersebut dan kita termasuk orang yang beruntung karena diberi kesempatan untuk mengetahuinya.

Jadi nak, jagnan pernah lelah untuk terus belajar dan mempelajari agama kalian ya, Islam.
Jadikan islam sebagai the way of life kalian.

Jika ibu sudah tidak ada di muka bumi ini, ingat selalu nasehat ibu ini ya nak.


39 komentar

  1. Alhamdulillah ya, Mba, memiliki orangtua yang bijaksana, dan menurunkan sifatnya itu ke Mba Ade. Tak mudah emang jadi orangtua yg bisa jadi panutan bagi anak-anak dan generasi selanjutnya :)

    BalasHapus
  2. Nasihat yabg bagus.

    Tampak indah tappi cuma jadi benalu akan membuat rusak yang lain.

    Kebahagian sederhana belajar agama saat ngaji alif alifan itu seru

    BalasHapus
  3. Nasehat Anang filosifis sekali ya mba, wajar kalo kita sebagai anak, apalagi klo masig kecil susah memahaminya. Tapi seiring tumbuh dewasa, kita jadi ngerti juga

    BalasHapus
  4. Btw, aku jd inget sama kakekku juga yg selalu memberi nasehat2nya. Bahkan smpe beliau meninggal, aku sering mimpi almarhum kakek dtg utk menasehati saat aku mulai berbuat yg gk baik

    BalasHapus
  5. Jadi ingat almarhum ibu baoakku, sering banget kasih nasehat agama dengan berbagai cara, tidak melulu lewat lisan.
    Paling seru si masa kecil belajar alif ba ta

    BalasHapus
  6. Kebahagiaan itu memang dimulai dari hati lanjut ke pikiran kita ya kak,, istilahnya kita kudu intropeksi diri dan perbanyak bersyukur agar lebih bahagia.

    BalasHapus
  7. Masyaallah mba. Emang sih yang namanya iman itu kan naik turun ya, tapi kalo di barengiterus dengan belajar agama Insyaallah akan lebih tenang hidupnya :)

    BalasHapus
  8. Setuju, banget!
    Belajar agama dan mengaplikasikannya dalam kehidupan ya, mba.
    Menjadi bagian dari gaya hidup.

    BalasHapus
  9. sama dengan di daerahku, perempuan atau laki laki dipanggil nenek. jadi misal nenek laki, disingkat nek aki. nenek perempuan disingkat nek uwan. hehe unik ya kearifan bahasa berbagai budaya di Indonesia

    BalasHapus
  10. Jadi ingat status sorang driver ojol di FB, ybs mengeluh karena di suspend gegara minta uang parkir sama pelanggan.

    Semuaaaaa orang mengutuk orang yang mempermasalahkan uang parkir tsb, katanya mematikan rezeki orang.
    Saya cuman nyengir saja.

    Mematikan bagaimana?
    Kan si pelanggan sudah melakukan hal yang benar.
    Daripada driver ojol selalu mengemis pengertian konsumen, kan mending diskusikan pada perusahaan, agar masalah mereka di uang parkir dll itu bisa ke cover.

    Emang ya, kadang orang memilih membenarkan yang salah hanya karena alasan kemanusiaan.
    Padahal yang baik dan benar itu beda ya :)

    BalasHapus
  11. jadi semacam belajar ilmu ikhlas yang bener2 gitu ya mbak.. bersyukur juga.. ALhamdulillah, semoga kita semua menjadi insan yang mulia

    BalasHapus
  12. Benar-benar bermanfaat inpirasi pula >ALhamdulilah memetik tulisan di artikel mbk ini jadi harus lebih baik lagi

    BalasHapus
  13. Agama adalh akar ya mba fondasi hidup untuk mbentengi dari perbuatan buruk Benet bngt

    BalasHapus
  14. Seperti nasehat emakku kalau setiap hari harus tetap belajar dan terutama belajar tentang Agama Islam dan selalu berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

    BalasHapus
  15. Adem bgd bacanya mbk ade. Makasih banyak yak udah ngingetin aku lewat tulisan ini.

    BalasHapus
  16. Setuju dengan filosofi benalu. Memang awalnya kelihatan indah. Tetapi, kalau didiemin jadinya merusak bahkan membunuh

    BalasHapus
  17. Hidup itu memang penuh pilihan bener banget mbak. Kalau mau ke Bandung lewat mana tanya aka waze ya hehehe.
    Pstinya belajar agama bermanfaat buat kehidupan kita ya mbak

    BalasHapus
  18. salam kenal bund..aku selalu suka tema slice of life

    BalasHapus
  19. Dejak dini memang paling pas bljr agama, anak2 bisa jd addicted utk membaca ayat suci atau menghafal ayat2 pendek. Pendidiksn agamanya mantap .Mbak Ade.

    BalasHapus
  20. Jadi ingat bapak yg terus2an ga lelah menasehati anak2nya utk selalu menjalankan perintah agama
    dan menjauhi laeangannya...

    BalasHapus
  21. Aku suka baca tulisannya mba. Ngalir, berasa lagi ada di lokasi yg sama saat dirimu diberi nasehat ☺

    BalasHapus
  22. Belajar wgama itu, seperti belajar mengenali diri sendiri. Ketika jauh dari agama, sperti jauh dari diri sendiri dan kehidupan

    BalasHapus
  23. Iya, ya. Yang indah dan enak belum tentu baik. Makanya perlu ada ilmu supaya nggak terjebak.

    BalasHapus
  24. Benar mbak Ade, nikmat yang paling besar adalah saat Allah memberikan kita kemudahan dalam belajar agama. Karena itulah yang akan memberikan kita kebahagiaan dunia dan akhirat. Terima kasih nasehatnya mbak Ade.

    BalasHapus
  25. Tulisan ini berfaedah banget, mba ade, saya baca pelan-pelan agar dapat hikmahnya, alhamdulillah ya bisa belajar agama dengan baik, dan perumpamaan tali putri itu betul sekali

    BalasHapus
  26. Hari juga lebih tenang y mba
    Maa syaa Allah
    Btw mertuaku yg mama dr sumsel jg, daerah oki, kalau manggil mama papany mama Gede mbaa
    Apa beda y

    BalasHapus
  27. Seperti baca bukunya Prof. Hamka yaa, mba Ade.
    Bahwa hidup yang beragama itu adalah hidup yang beradab.

    BalasHapus
  28. Adem bacanya mba, dan berasa masih cetek ilmu agama saya..
    dan belajar agama salah satunya kitapun berada terus dilingkungan yang positif, namanya iman ada pasang surutkan, tapi jika kita ada dilingkungan positif bisa memaksakan kita terus untuk terus update belajar islam,, makasih sharingnya mba...

    BalasHapus
  29. Itu kenapa anak-anakku sekolah di SDIT supaya dapat lebih banyak pelajaran agama.

    BalasHapus
  30. dan merasa sejuuuuk di hati Mba...belajar agama memang selalu membuat kita sadar akan segala Rahmat-Nya dan berusaha menadi lebih baik lagi

    BalasHapus
  31. Nasihatnya masuk banget ke hati. Aku masih belajar ikhlas bukan hari di bibit, tp dari hati juga

    Btw, itu tali putri aku juga dulu suka naruh di tanaman. Kadang dibuat masak2 kan juga. Tadinya terlihat lucu, lama-lama tahu bahwa itu benalu yg cuma numpang hidup

    BalasHapus
  32. Bener banget, Mbak. Sampe sekarang aku masih belajar untuk itu. Dan Alhamdulillah, yang kerasa itu ikhlas menjadi lebih mudah.

    BalasHapus
  33. Masya Allah membaca ini jadi ikutan merenung, makasih ya Mbk Ade atas artikelnya. Ikhlas....ikhlas hehe

    BalasHapus
  34. as always tulisan bloher favoritku ini selalu nancap dan ada yang bisa aku tiru bahkan aku renungkan dari paragraf awal sampe akhir aku baca seksama bahkan aku juga sama mb Ade dulu suka tali putri :D namanya Benalu ya benalu suka sama nasehat Anang

    BalasHapus
  35. Sukaaaa banget baca tulisan mb Ade, selalu ada sesuatu yang membuat aku jadi belajar juga,baik dalam menyikapi hidup, belajar agama dan bahkan hubungan dlm keluarga. Terus berbagi ya, mbaak ����

    BalasHapus
  36. Nomor 3 masih berat aku jalani kak. Berati aku harus banyak belajar agama lagi ya kak. Makasih pencerahannya

    BalasHapus
  37. Mbaaa... noted banget untuk yang ini : Semua dilakuin bukan dalam rangka menunaikan kewajiban saja, tapi karena menyukai untuk melakukannya karena mereka adalah bagian dari hidup kita.

    Selama ini masih banyak orang yang enggan beribadah wajib. Jikapun sudah melakukan, biasanya hanya sekedar menuntaskan kewajiban. Aku pengin banget seperti Mb Ade yang sudah ada di stage lebih tinggi dari itu. Ibadah untuk kepentingan batin.

    BalasHapus
  38. Setuju mba Ade, belajar agama Islam nggak boleh berhenti. Meski usia udah tua pun aku juga masih semangat belajar

    BalasHapus
  39. Jadi salah fokus sama tali putri itu, mainan masa kecil banget..Daaaan contoh yang disampaikan melalui benalu itu ngena banget Mba..

    BalasHapus