Memilih Bacaan Anak : Komik Hasna

[Parenting] Hobi anak itu, kadang mengikuti hobi orang tuanya. Ada kata "kadang" kan dalam kalimatku? Karena memang tidak selalu hobi anak itu mengikui hobi orang tuanya. Tapi, dalam hal ini, karena porsi terbesar orang dewasa yang ada di sisi anak di usia tumbuh kembang mereka (yaitu usia 0 s.d 12 tahun) adalah orang tuanya, maka anak sering menjadikan orang tuanya sebagai referensinya dalam melakukan sesuatu, termasuk menggemari sesuatu, atau bercita-cita meraih sesuatu. 

Hal berbeda tentu saja terjadi ketika posisi orang tua digantikan oleh sosok orang dewasa lain. Baik kehadiran orang dewasa itu dalam bentuk sosok imajiner maupun sosok asli. Dalam kondisi seperti inilah maka apa yang menjadi bacaan seorang anak menjadi begitu penting untuk diperhatikan.


Mari Lihat Sejenak Koleksi Buku Anak Kita


Ketika anak masih belum sekolah, bisa jadi kita mengetahui apa saja buku yang mereka miliki. Tapi, akan berbeda ceritanya ketika anak sudah memasuki usia sekolah dan mulai mengenal tentang uang dan kegunaannya.

Setelah mengenal uang dan kegunaannya, anak jadi tahu bahwa selama ini mereka amat bergantung pada orang tua mereka disebabkan karena mereka tidak memiliki uang yang bisa dipakai untuk mendapatkan banyak hal yang mereka inginkan. Memasuki usia sekolah, anak mulai mengembangkan pemikiran, bahwa ternyata untuk mendapatkan sesuatu itu tidak harus dengan cara mengulurkan tangan pada orang tua mereka agar diberi uang untuk bisa membeli sesuatu yang mereka inginkan. Tapi ada cara lain untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan.

Beberapa cara yang mulai terpikir oleh anak untuk dapat memenuhi keinginannya:

1. Menabung. Anak tahu, bahwa jika uang yang mereka dapatkan mereka tabung, maka ketika tabungannya sudah lebih banyak maka deret benda yang bisa mereka beli pun semakin banyak pilihannya.
2. Barter dengan teman. Anak mulai belajar bahwa mereka juga bisa melakukan aktifitas tukar menukar barang dengan teman mereka.
3. Mengambil dari orang lain. Baik dengan cara meminjamnya atau mengambilnya begitu saja. Disini peranan orang tua dibutuhkan untuk memberi bimbingan pada anak mana yang sebaiknya dijauhi dan mana yang sebaiknya dikerjakan. Karena konsep perbedaan antara meminjam diam-diam dan mencuri itu tipis sekali di dalam pikiran anak-anak.

Bimbingan dan pendidikan dari orang tua dan orang dewasa di sekitar anak amat besar pengaruhnya bagi perkembangan kemampuan anak untuk memahami sesuatu. Tidak harus dilakukan dengan bahasa verbal jika memang kita mengalamikesulitan untuk berkomunikasi dengan anak-anak kita. Tapi, bisa juga lewat  kehadiran bahan bacaan. Karenanya, kehadiran bahan bacaan dalam hal ini menjadi penting karena bahan bacaan anak bisa menjadi referensi yang menjembatani komunikasi antara orang tua dan anak.

Nah... sekarang, mari kita lihat sejenak koleksi buku anak kita. Karena buku anak kita adalah bahan bacaan yang dia ikuti.

Lewat buku, dihadirkan aneka macam tokoh dan cerita. Tidak selalu tokoh dan ceritanya adalah tokoh dan cerita yang baik dan buruk begitu kentara. Ada jagoan dan penjahat saja isinya.
Hadirkan juga bahan bacaan yang lebih bervariasi isinya. Dan yang penting sih, tetap disukai anak.

Baca juga: Menanamkan Gemar Membaca pada Anak

Buku Komik Agama


Nah. Kebetulan, anakku kan tiga orang nih. Yang sulung sekarang sudah besar, sudah lulus kuliah dan sudah bekerja. Tapi yang bungsu, masih kecil. Baru saja lulus Sekolah Dasar (SD).

Aku termasuk orang tua yang merasa terbantukan dengan kehadiran aneka macam komik agama. Yaitu jenis buku komik yang berisi tentang cerita seputar penanaman nilai agama, termasuk pengenalan tokoh-tokoh agama.

Semua anak, rasanya sih menyukai yang namanya komik. Ada banyak alasan mengapa anak menyukai komik. Aku sempat bertanya pada anak-anakku mengapa mereka lebih meyukai membaca komik ketimbang buku lain yang minim gambar. Jawabannya, karena komik itu membuat mereka tidak lelah mengikuti jalan ceritanya. Posisi kalimat panjang, paragraf yang banyak, tergantikan oleh kehadiran aneka macam tokoh dan situasi yang mendukung latar belakang cerita yang sedang disajikan.

"Bacanya nggak capek bu."
"Enak, ada banyak gambar. Jadi kita bisa bayangin mereka lagi ngapain."

Nah. Itu sebabnya koleksi buku komik agama di rumahku jadi lumayan banyak deh.

Bantuan terbesar yang diberikan oleh aneka buku komik agama ini adalah, bantuan untuk memberi gambaran pada anak seputar masalah yang terkait dengan nilai agama.



Koleksi buku komik terbaru yang anakku miliki saat ini? Adalah komik hadits Hasna (ditulis oleh Linda Satibi).
Hasna, adalah komik hadits yang dimana ada tokoh anak kecil yang lucu dan kritis di dalamnya. Anak kecil perempuan ini bernama Hasna. Hasna banyak menemukan berbagai hal dalam kehidupannya sehari-hari, dan sering juga melontarkan tanya akan banyak hal yang dia kritisi. Nah, segala yang dilakukan oleh Hasna inilah yang mengantarkan pada cerita tentang penjelasan dari sebuah hadits shahih yang dikenal dalam agama Islam.




Cerita hadits ini bermacam-macam memang. Tapi, yang disajikan dalam buku komik Hasna ini adalah Hadits yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan memang kejadiannya kerap terjadi, khususnya dalam kehidupan anak-anak.

Seru sih. Anakku melahap buku komik ini dalam 2 hari saja. Dia memang kalau sudah membaca, tidak mau berhenti sebelum bacaannya tamat. Itu jika Hawna suka dengan bahan bacaan yang sedang dia ikuti saat ini. Tapi, jika Hawna tidak menyelesaikan bahan bacaannya, maka harus dipertanyakan nih. Karena bisa jadi Hawna merasa bahan bacaan itu tidak asyik dan tidak seru.

Nah, buku komik Hasna termasuk bahan bacaan yang terus dipantengin sama Hawna hingga tamat.

6 komentar

  1. Komik agama juga membantu saya, Mbak. Anak-anak lebih mudah menangkap bila ada gambarnya

    BalasHapus
  2. Wah bisa jadi rujukan nih.. coba nanti cari ah. Memang jadi orangtua harus paham betul anak

    BalasHapus
  3. Aku jugaaa pengen koleksi komik agama mbaaa

    BalasHapus
  4. Apa anakku kubelikan komik ini juga, ya? :o

    BalasHapus
  5. Bagus banget kalau buat anak, ya? Bisa dapat hiburan sekaligus pelajaran. :)

    BalasHapus
  6. Memang yang paling baik adalah mengajarkan agama sejak dini, karena jika sudah menjelang dewasa sudah sangat sulit mengajarkannya. Jika sudah dewasa maka hati nuraninya lah akan menentukan dia mau kemana. Nice article mba.. mampir juga ke blog saya ya (klik nickname aja)

    BalasHapus