Melukis di atas Daluang

[Keluarga] Apa sih susahnya nge-doodle itu? Ih, sini aku bisikin. Nge-doodle itu susah-susah gampang tahu. Kayaknya gampang tapi sebenarnya susah. Yang susah itu tuh karena dibutuhkan ketelatenan untuk membuatnya; juga dibutuhkan kesabaran, perencanaan, dan yang pasti ide kreatif. Tanpa ide kreatif yang bersemayam di dalam kepala, bakalan susah deh menghasilkan gambar doodle yang paling sederhana sekalipun.

Nah, pada tanggal 1 desember 2016 lalu, aku berkesempatan mengikuti workshop membuat Doodle di atas Daluang. Lokasi workshopnya di Museum Tekstil, Jakarta.
Apa itu Daluang? Dimana lokasi Museum Tekstil Jakarta itu? Aku sudah menulisnya di blogku yang lain, yaitu blog Cari Angin. Ini linknya siapa tahu ada yang mau baca:

Pameran Beaten Bark di Museum Tekstil
 Nah, ini pengalamanku tentang kegiatan tersebut.




Mentor yang membimbing di acara Workshop Doodle di atas Daluang ini adalah Tanti Amelia; oh, ada juga Astri Damayanti yang seksi repot di acara ini. Duo blogger ini memang luar biasa ya untuk urusan kreatifitas.  Aku kenal Astri sebagai seorang pengrajin jauh sebelum aku bertemu dengan dia sebagai blogger. Yaitu ketika adikku menikah dan sebagai kakak yang baik aku menawarkan diri untuk membuatkan dia kerajinan barang hantarannya.

Itu loh, yang handuk lebar dilipat-lipat lalu berubah jadi boneka anak gajah yang imut. Atau dua buah celana dalam wanita yang dilipat-lipat lalu berubah menjadi tampil sebagai 2  ekor boneka kepiting. Nanti semua itu tinggal di atur di atas nampan rotan, bungkus plastik, siap untuk dimasukkan dalam iring-iringan barang hantara untuk calon pengantin. Jadi, nggak mesti celana dalam harus tampil dipajang dengan bentuk celana dalam secara frontal gitu. Nahh.... semua kreasi ini aku contek dari buku panduan membuat hantaran yang disusun oleh Astri Damayanti ini. Makanya ketika tahu dia ternyata seorang blogger juga, lalu bertemu pertama kali, wahhh... senang banget. Karena buatku Astri ini adalah guru jarak jauh; dimana ilmunya aku pelajari dari buku yang dia susun.

Sedangkan Tanti Amelia ini, dia sudah pernah loh membuat sebuah buku gambar doodle untuk rileksasi. Iya, beberapa tahun ini kegiatan menggambar memang bukan hanya dibuat untuk anak-anak saja, tapi juga ditujukan untuk para orang dewasa. Nah, orang dewasa disini ini, maksudnya agar bisa rileks. Kan cape toh kerja terus, ngotot-ngototan mulu, bersitegang; coba deh mewarnai gambar. Itu bisa membantu menghadirkan rasa santai.


Aku ikut workshop ini. Katanya sih, kertas kain Daluang itu mahal banget loh. Mereka dihargai dengan milimeter. Jadi, untuk ukuran beberapa centimeter itu harganya sudah puluhan ribu. Itu sebabnya para peserta diharapkan untuk menghemat kertas Daluang yang diberikan oleh panitia.



Wah... lukisan super lebar di belakangku ini berapa harganya ya? Mahal banget pastinya deh.


Caranya, buat dulu sketsa apa yang mau dilakukan di atas kertas biasa dulu.

gambar dulu di atas kertas rencana gambar kalian, kata Tanti Amalia ketika mementori para peserta workshop
Aku menggambar Monas dong, karena Tanti Amalia bilang gambar tentang budaya Indonesia saja.

Tanti Amalia mencontohkan gambar sesuatu yang berbau Jakarta sebenarnya; itu sebabnya dengan percaya diri aku menggambar monas di atas kertas  daluangku. Ini sketsa awalku




A photo posted by Astri Damayanti (@astridamayanti333) on



Dengan penuh percaya diri, aku meraih kertas gambarku dan mulai menggambar. Tapi, karena aku ingat bahwa kekuatan sebuah doodle itu terletak di penuhnya warna dan gambar, aku jadi mikir lagi.

"Eh, gue kan nggak bisa gambar yang cantik-cantik amat. Pakai pinsil warna saja sering nggak sabar, apalagi ini pakai cat akrilik. Mana kuasnya tebal-tebal lagi. Ah. Ganti deh gambar yang lain."


Jadilah aku mengubah gambarku. Jadi, aku gambar tugu monas di atas kertas daluangku. Lalu aku isi wilayah kosongnya dengan gedung bertingkat dan burung pipit. Terus... mikir lagi.


"Eh, aku kan orangnya sering ceroboh kalau urusan mewarnai? Lagian aku nggak setelaten itu deh buat mewarnai dengan hati-hati. Ganti ah... gambar yang lain."


Dan.. sketsaku di atas kertas daluang yang mahal tersebut pun terbuang sia-sia.

huhuhuhu.

Sedih banget.

Tapi, aku langsung mikir lagi dalam hati (hahaha, ini sebenarnya ikutan workshop atau ujian nasional sih, kok banyakan mikirnya dakuh?).


"Okeh. Gue nggak bisa gambar bagus. Gak bisa mewarnai dengan rapih. Nggak boleh boros kertas dan cat akrilik. Berarti harus gambar sesuatu yang berguna dong kalau gitu. Apa? Hmm... a ha! Aku gambar niru lukisan di cover novel pertamaku aja deh. Biar nanti bisa dipakai buat promo novel perdanaku ini. hehehe."


Otak nggak mau rugiku kambuh. Dan akhirnya aku pun mantap melukis suasana seperti yang digambarkan di novel perdanaku, Yang tersimpan di sudut hati.


A photo posted by Ade Anita (@adeanita4) on



Nah... itu tuh yang berkesan har ini, yaitu ketika mak Tanti Amalia membaca karakterku yang dia lihat dari guratan sketsa gambarku.
Kata mak Tanti Amalia, semua orang punya guratan yang berbeda-beda dan tidak sama antara satu sama lain. Bahkan meski yang satu berusaha keras untuk mencontek plek keteplek gambar orang lain hingga sama persis sekalipun, tetap saja; guratan karakter orang yang ditirunya tidak bisa dituangkan serta. Jadi, yang melekat tetap guratan karakter di pembuat itu. Jadi kesimpulannya, aku tuh orangnya jika dibaca dari guratan gambarku adalah:
- orang yang seorang pembelajar yang baik. Aku selalu mau belajar dan berusaha untuk bisa.
- aku orang yang tahu apa mauku dan bagaimana mendapatkannya. Atau bahasa kerennya, "I know what I want and how to"...
- aku juga orang yang cepat dan mudah beradaptasi dengan sebuah perubahan. Jadi cepat move on dan tahu bagaimana harus merasa nyaman dengan suasana baru.
- aku juga orang yang mau berusaha dan kebetulan orang-orang di sekitar aku serta lingkungan di sekelilingku, memberi dukungan dan kemudahan bagiku untuk mendapatkan apa yang aku sedang usahakan untuk aku raih tersebut.

Wah. Masya Allah. Jadi berdebar-debar.
Aku jadi ingat, bagaimana aku dulu belajar gambar dan untuk itu terpaksa harus sekelas dengan anak-anak usia 5 s.d 9 tahun di kelas menggambar untuk pemula.

ini nih ceritaku tentang ikut kelas menggambar bagi pemula di "Si  Anak Bongsor" .
Atau ketika aku ikut les main gitar dan terpaksa putri bungsuku yang harusnya aku support malah berbalik memberi semangat padaku karena aku mulai putus asa karena ternyata belajar main gitar itu susah.

Lalu suami dan anak-anak yang senantiasa baik hatinya dan ringan menolong.
Ingat putraku yang terdiam karena aku mengeluh tidak bisa membuat infografis dan gaptek dan nggak ngerti bahasa inggris yang ada di tutorial you tube; lalu pagi-paginya dia menyodorkan aplikasi Canva.com, aplikasi membuat infografis buat mereka yang gaptek dan gampang ngambek karena putus asa seperti aku.
Alhamdulillah. alhamdulillah.

Wuih. Jadi semangat belajar lagi dan lagi nih dakuh. Karena keluargaku, alhamdulillah ternyata adalah kumpulan orang-orang yang senantiasa memberi kesempatan dan kemudahan untukku belajar berbagai macam hal. Alhamdulillah.


13 komentar

  1. Alhamdulillah.. Ternyata bisa membuat seorang Ade Anita mau flash back itu.. Sesuatu....

    BalasHapus
  2. Aku nggak pede kalau menggambar mba. Salut deh buat mba Tanti dan teman2 oh ya mba Ade juga yang jago menggambar :)

    BalasHapus
  3. Nggak terlalu pede buat meluksi sih. Masih kurang menguasai teknik pewarnaannya.

    BalasHapus
  4. Saya mentok pake kertas ma pensil saja XD

    BalasHapus
  5. kayak begini kalau gak bakat ya susah dong :D

    BalasHapus
  6. Ya ampun itu keren banget Mba Ade, kalau aku yg gambar pasti acak-acakan ngga jelas hihihih ngga bisa ngambar XD

    BalasHapus
  7. Saya bisa grogian kalau harus langsung praktek. Bakal nge-blank semua. Makanya pas da workshop doodle sama Mbak Tanti, Nai aja yang ikutan. Walaupun syaa juga akhirnya ikutan hihihi

    BalasHapus
  8. semua orang saya rasa bisa melakukan itu, namun darah seni lah yang membuat hasilnya lebih indah

    BalasHapus
  9. Wah asyik nih..tapi saya paling ga bisa yang begini ini hihi...

    BalasHapus
  10. saya gak pandai menggambar Mba, makanya kalo anakku minta saya menggambar saya selalu pusing gimana caranya? huhuhu :(

    BalasHapus