Life Skill For Your Kids

[Parenting]
Tulisan ini bermula dari kejadian beberapa hari yang lalu ketika aku terpaksa harus berargumentasi dengan seorang ibu di suatu tempat. Ceritanya gini:

"Hei, baju lo bagus deh." Aku spontan memuji pakaian yang dikenakan oleh seorang ibu. Dia temanku, perempuan yang cukup berada dan memang selalu chic ketika memadu-padankan pakaian.
"Makasih, Ade. Ini gue jahit sendiri. Keren ya?"
"Iya keren banget. Coba gue lihat potongannya, siapa tahu gue bisa contoh." hehehe, karena aku bisa menjahit aku memang sering memperhatikan cutting sebuah model pakaian. Jika kita sudah mengetahui cutting sebuah model pakaian, maka kita insya Allah bisa membuat duplikatnya sendiri nanti.

Model pakaian yang dikenakan oleh temanku ini sederhana ternyata. Hanya A line biasa dengan penambahan opnasel di beberapa bagian sehingga bisa melangsingkan tubuh si pemakainya.

Obrolan kami berlanjut.
"Btw, akhirnya, putri gue yang nomor 2 cerita. Selain ingin kuliah di jurusan kedokteran jiwa atau psikologi, dia juga ingin mendalami keahliannya untuk membuat pakaian."

Temanku ini langsung tampak terkejut.
"Ya nggak bisa dong, Ade. Jangan dibiarkan putri lo memiliki keinginan seperti itu. Cobalah untuk fokus pada 1 bidang saja. Itu berbeda banget loh. Jika dia ingin mendalami keahlian untuk membuat pakaian, jangan masuk ke kedokteran atau psikologi. Tapi masuk ke jurusan fashion desain. Jangan pilih yang di dalam negeri, tapi sekolahin di Paris."

Aku tertawa.
"Ya nggak sampai segitunya sih. Ini cuma keahlian sampingan."

Tapi, ternyata temanku ini serius sekali tanggapannya (bahasa kerennya: ngotot).
"Apa itu keahlian sampingan? Duh... duh... cara elo berpikir itu Indonesia banget deh. Itu sebabnya Indonesia nggak pernah bisa maju kalau orang tua kayak elo berpikir begitu ke anak. Harusnya, dukung dong anak agar fokus dan ahli di satu bidang. Dan terus perdalam keahliannya itu. Karena segala sesuatunya yang mendua itu, pada akhirnya nggak fokus dan nggak ahli juga."

"Nah. Gue kebetulan orang tua yang yaaaa.... ngasih kebebasan sih buat anak. Buat gue, yang penting itu suka dulu. Karena, kalau kita udah suka dengan sesuatu, maka keinginan buat mendalaminya akan lahir dengan sendirinya nanti. Tapi, tetap harus realistis. Karena kadang hobi itu butuh duit. Jadi, kalau elo mau ngejalanin hobi lo dengan enak, padankan hobi lo dengan pekerjaan yang bisa menghasilkan duit. Karena nggak semua orang bisa menjalankan hobi dan pekerjaan dalam satu waktu. Gue tipe orang tua yang ngasih nasehat ke anak, jangan cuma punya 1 keahlian, tapi minimal punya 2 keahlian. Punya 2 kebisaan. Gitu. Kalaupun dia nggak ahli di mana pun, paling tidak dia punya 2 kebisaan."

"Nah... ini yang salah. Salah banget menurut gue. Karena cara berpikir lo itu bikin anak-anak lo cuma jadi average child. Punya kemampuan yang rata-rata aja. Not a briliant kid. Ih, gemes gue ama lo. Kalau gue jadi elo, gue akan nyuruh anak gue buat milih, dia mau jadi apa? Mau jadi dokter jiwa, psikolog atau fashion desain? Karena ke 3 nya itu beda banget."

"Lah iya emang beda. Itu gue juga tahu. Tapi, pengalaman gue yang udah-udah... ternyata nih. Kalau elo cuma punya 1 saja kebisaan, itu malah bikin elo rugi. Kenapa? Karena kita nggak pernah tahu takdir yang ada di masa depan kita. Kakak gue, dia hobi ngumpul ama teman lalu mengorganisir kegiatan bersama teman-temannya. Terus, tiba-tiba dia kena stroke. Ya sudah. Habis. Setelah kena stroke, dia nggak bisa lagi pergi-pergi ke luar, bisanya di rumah saja. Dan di rumah ternyata nggak banyak yang bisa dia kerjakan. Itu contoh pertama ruginya kalau kita cuma punya 1 kebisaan aja."

Aku menelan air ludah sejenak, lalu melanjutkan perkataanku.

"Terus ada lagi temanku. Dia jadi dokter gigi. Terus nikah sama tentara, terus mulai deh berpindah-pindah kota karena mutasi suaminya. Mau beli perlengkapan dokter gigi mahal. Mau praktik susah karena mutasi suaminya cepat sekali. Padahal ngajuin izin praktek itu nggak bisa cepat. Akhirnya dia jadi ibu rumah tangga saja di rumah. Nggak ngapa-ngapain aja karena waktu kuliah ya kuliah aja. Nggak sempat belajar yang lain. Nah... itu yang namanya curhatan, sering banget keluar dari mulutnya. Yang bosanlah di rumah terus, yang capek dan lelah. Hal-hal seperti ini nih yang bikin gue nasehatin anak-anak gue, terutama  anak gue yang cewek sih, bahwa kalau bisa jangan cuma punya 1 kebisaan saja. Tapi minimal 2. Terserah apa. Gali sendiri minatnya apa sejak kecil. Jadi, jika terjadi sesuatu di masa depan, mereka punya kegiatan cadangan untuk aktualisasi diri."

"Iya, gue ngerti cara berpikir dan rencana elo De. Cuma, elo salah kalau nyerahin semua ke anak. Kita sebagai orang tua kan lebih punya banyak pengalaman daripada anak-anak, lebih punya banyak pengetahuan. Menurut gue sih seharusnya kita mengarahkan dia. Gue sih begitu ke anak gue. Gue dukung dia untuk mendalami apa saja, tapi fokus. Karena sekali kita berpikir tentang cadangan pekerjaan, maka kita tidak akan bisa fokus."

Huff. Aku menghela nafas panjang.
"Mungkin karena anak lo cowok kali ya. Sedangkan anak gue cewek. Terus... anak lo masih kecil sekarang, masih SD. Anak gue udah remaja. Eh... gue juga punya anak yang dah usia 20an malah. Kalau anak masih kecil, mereka memang belum tahu mau ngapain kalau udah gede nanti. Bahkan gue pikir, yang namanya hobi itu, sebenarnya bukan hobi sih kalau hal itu diucapkan oleh anak kecil. Karena bisa jadi itu dorongan untuk ikut-ikutan teman-temannya. Jadi karena teman-teman dekatnya pada suka main biola dan tampil keren pas main biola, jadilah si anak nganggap dia juga bisa. Terus dia usaha buat main biola juga. Tapi, sebenarnya bakat dia sendiri bukan di biolanya. Nggak tahu bakatnya apa. Nggak ketahuan. Cuma.... kalau kita langsung ngecap anak-gue-bakalan-jadi-pemain-biola-profesional-nanti.... nah. Jangan kaget kalau pas udah gede nanti, nggak tahunya anaknya sama sekali nggak mau main biola lagi. Tapi ngelakuin hal lain. Ih... ini mah pengalaman pribadi gue banget... hahahah.... si Hawna itu dulu penasaran banget pingin  memperdalam musik biola soalnya. Tapi sekaranag, ternyata Hawna udah nggak mau lagi memperdalam musik biola. Dia mau jadi penulis. Sama kayak kakaknya. Dia dulu pingin jadi orang yang bisa menata panggung pertunjukan. Jadi tata lampunya, bentuk panggungnya, peletakan hiasan panggung. Tapi itu waktu dia masih SMP. Sekarang, dia pingin memperdalam fashion desain. Nah... hal-hal seperti itu tuh. Yang namanya anak-anak ya masih cair banget imajinasinya."

"Tapi kan anak lo yang mau jadi fashion desain udah remaja sekarang. Udah mantap dong. Terus ngapain masih milih kedokteran atau psikologi?"

"Karena dia berminat untuk mendalami hal-hal yang berbau kejiwaan dan kepribadian seseorang. Ya.... gue juga nggak tau. Tapi demikianlah anak-anak gue. Apa karena gue selalu menekankan agar kalau bisa punya 2 kebisaan kali ya? Jadi mereka ngulik diri sendiri, gue bisanya apa sih selain pingin yang itu?"

"Iya... itu kesalahan lo sebagai orang tua. Karena dari kecil elo nggak mengarahkan anak lo untuk fokus di satu bidang saja."

Okeh.
Itu obrolanku dengan temanku. Mungkin aku memang salah sebagai orang tua. Entahlah.
Tapi... satu hal sih. Generasiku sebagai anak-anak tempo dulu, amat berbeda dengan generasi anak-anakku sebagai anak-anak jaman sekarang.

baca ini deh: Informasi Tentang Generasi X, Y, Z
juga ini: Generasi Z, apa siapa dan bagaimana

Tadi, kebetulan aku bertemu dengan gambar ilustrasi tentang apa saja kemampuan ketrampilan hidup yang sebaiknya dimiliki oleh anak-anak kita, generasi abad 21. Life skill for Your Kids. Sudah siap belum sebagai orang tua dari abad 21?

A photo posted by Ade Anita (@adeanita4) on



10 komentar

  1. Eh anak2 gue kenapa situ yg sewot. Wkwkwkwk...ikutan gemes deh baca postingan ini.

    BalasHapus
  2. kasih masukan aja sih boleh tapi kok ngotot banget yak lawan bicaranya :)))))

    BalasHapus
  3. menyimak sekilas point-point untuk ortu abad 21, Life Skill anak-anak yang perlu digali sejak dini, saya pun menarik nafas panjang. *merasa perlu banyak belajar lagi*

    BalasHapus
  4. Iya ya koq ngotot.

    Saya mah setuju banget sama Mbak Ade.

    Tokoh2 Islam dan seniman dunia zaman dulu banyak juga yang punya keahlian beda2. Sayang saya gak ingat secara spesifik. Misalnyanih, ahli matematika tapi ahli fiqih. Atau ahli biologi tapi seniman hebat .... gitu.

    Heran deh sama teman Mbak Ade.

    BalasHapus
  5. Hebat passion putri mba ade yang tinggi n cuantik itu yak hihi
    Klo menurutku malah gapapa misal nyemplung ke kuliah kedokteran jiwa lalu bisa ngerti desain baju juga
    Malah aku sekarang juga pingin banget bisa ngejahit,
    Asikkk yak mbak nanggapin orang yang ngotot, wkwkwkkw...untung mb ade sabar dengan segala argumentasi yang realistis hihi

    BalasHapus
  6. Waduh obrolan berat yang bikin baper mamah2 kaya aku

    BalasHapus
  7. Aku sepakat sama mb Ade, anak-anak kita memang sebaiknya memiliki beberapa life skill. Anak2ku aku dorong untuk memilih sesuai passion mereka..

    BalasHapus
  8. aku save gambarnya ya mbak, boleh dong pasti ya :)

    BalasHapus
  9. Ikutan save gambarnya ya mb Ade, memang poin2 itu penting dipahami anak2 kita (dan kita juga)

    BalasHapus