Balitaku Balita Bahagia Insya Allah

Alhamdulillah, 10 bulan setelah terpisah dengan suamiku (terhitung ketika aku hamil 4 bulan; yaitu ketika suamiku berangkat ke Sydney untuk melanjutkan studynya), aku akhirnya berangkat juga ke Sydney untuk menyusul suamiku. Sebagai mahasiswa beasiswa, memang ada peraturan bahwa jika keberadaan mahasiswa yang bersangkutan belum genap satu tahun, maka jika istrinya melakukan persalinan maka biaya tidak ditanggung oleh pemberi beasiswa alias suruh bayar sendiri. hohoho, mahal judulnya. Jadi, komprominya adalah (karena aku hamil tidak lama setelah kami menikah padahal suamiku berangkat ke Sydney di bulan ke 5 setelah menikah) maka aku melahirkan dulu, nanti baru menyusul.

Begitu kami bertemu di bulan Maret 1995 itu.... kangennya sudah menumpuk tinggi sekali.
Terlebih, sejak putraku lahir, suamiku belum pernah melihatnya kecuali hanya melihat di lembar photo-photo cetak (belum musim photo digital soalnya)  yang aku kirimkan lewat pos udara saja (dulu belum ada live streaming atau internet yang memungkinkan untuk video call dan chat). Suamiku benar-benar surprised melihat putranya yang ganteng dan sehat.

ini dia ketika ayah dan anak bertemu. Eh tapi ini setelah putraku sudah bisa berjalan sih. Ketika mereka berdua  bertemu, usia putraku baru 4,5 bulan


 Dan mungkin ini yang disebut dengan bonding antara orang tua dan anak. Meski mereka berdua baru saja bertemu tapi mereka berdua langsung bisa saling mengenal satu sama lain. Jadi tidak ada adegan saling menolak karena belum saling kenal. 

Di Sydney, aku mengasuh putraku ini tanpa pembantu (la iya lah... suamiku kan masih mahasiswa; meski dia kuliah untuk mengambil S3 sekalipun. Sayang duitnya ah kalau harus bayar baby sitter.. hehehe, *otak pelit mulai bereaksi). Di sana gak ada saudara (eh ada sih.. tapi jauhhhhh tinggalnya, di Cronulla sana; jadi nggak mungkin nitip-nitip sama mereka). Tapi karena mengasuh sendiri kami jadi dekat satu sama lain. Saling mengerti kesulitan satu sama lain dan saling membantu otomatis satu sama lain.

Kebaikan dari mengasuh anak tanpa pembantu itu menurutku sih:
1. Anak jadi lebih cepat mandiri. Ini mungkin karena aku tidak memanjakan dia. Tidak bisa nangis sedikit-gendong-nangis sedikit-gendong. Waaaaa... bisa rontok tenagaku. Jadilah anak-anakku
2. Anak tumbuh jadi pribadi yang tidak cengeng. hehehe... mau cengeng gimana kalau ibunya gak ada waktu buat ngebujuk-bujuk dia. Jadi... semua harus jelas. Mau apa bilang. Nggak mau ya bilang juga. Itu sebabnya anakku...
3. Anak yang terbuka dan mau menerima perbedaan atau kenyataan pahit. Sejak kecil mereka sudah aku ajarkan, bahwa tidak semua yang mereka inginkan di dunia ini bisa mereka dapatkan. Bisa sih dapat, asal mereka mau berusaha terlebih dahulu. Ternyata, ajaran sepele ini malah membuat ...
4. Anak tumbuh menjadi figur yang mau berusaha; tidak gengsi jika harus bekerja; dan tidak malu jika ternyata tidak punya atau tidak bisa mendapatkannya. Mungkin ini akibat dari segala sesuatuya harus dikerjakan sendiri ya. Jadi mereka tahu pasti kesulitan yang akan dihadapi dan kenyataan jika ternyata hasil pekerjaannya tidak maksimal. Juga kenyataan bahwa ada faktor lain di luar kehendak mereka jika ternyata kita sudah berusaha semaksimal mungkin tapi hasilnya tetap dinilai oleh orang lain kurang (hehehhe; ini nih.. harus berterima kasih pada orang-orang yang mampir ke rumah dan tidak lupa berkomentar: "Rumah lo berantakan banget sih."... wuih, dia nggak tahu bahwa sebelumnya kami semua sudah berusaha menata semaksimal mungkin rumah kami agar bisa lebih rapi dan nyaman sebelum dia datang). 

ini Ibam yang setiap hari aku masukkan ke dalam pagar kotak seluas 1 x 1,5 meter. Dia waktu itu baru bisa merangkak lalu berdiri. Karena ruang lingkupnya dibatasi maka dia tidak bisa kemana-mana selain berada dalam pagar kotak ini. Jadi aku pun bisa melakukan berbagai aktifitas membereskan rumah dan menulis atau menyeterika atau mengerjakan PR. Iya, dulu aku ikut kursus2 gitu deh jadi suka dapat PR. Ibam anteng disini karna bisa tetap melihat aku beraktifitas.
Untuk mendidik anak agar bisa mandiri dan tidak cengeng itu sebenarnya sederhana saja menurutku. Yaitu dengan membuatnya merasa nyaman dan aman berada di lingkungan yang dia kenal. Meski demikian, kita sebagai orang tua tetap harus memenuhi semua kebutuhan yang sesuai dengan usia perkembangannya.

Nah.... ini Ibam yang sudah mulai bisa bermain sendirian. Kadang, dia sampai tertidur di depan kotak mainannya. 

Apa saja kebutuhan seorang Balita agar tetap merasa aman dan nyaman sehingga membuat dia insya Allah bahagia?

1. Usahakan untuk mengurangi kata "jangan" padanya. Biarkan dia bereksplorasi sepuasnya. Tapi, tetap diarahkan ke arah yang benar. Dengan begitu dia menjadi lebih percaya diri.
2. Jangan sodorkan berbagai macam harapan dan tuntutan padanya. Seperti: "Kamu tuh harusnya begini dong... gimana sih?"... nah.... ini nih yang harus dilarang. Nanti balita kita jadi merasa tertekan dan tidak percaya diri. Atau bahkan jadi menutup diri untuk berusaha kembali.
3. Jangan pernah menakuti balita sesuatu yang membuat mereka membayangkannya menjadi sosok yang menyeramkan. Seperrti: "Ih, jangan kesitu.. ada hantu loh."... atau.... "sstt, jangan berisik. Nanti ditangkep polisi loh."... atau... "ih, tuh ada Pak RT... ada Pak RT... udah, diem, jangan nangis terus."
4. Katakan terus terang kondisi keuangan kita pada mereka dengan  bahasa mereka jika kita tidak bisa memenuhi permintaan mereka. 
nah... loh. Gimana tuh? hehehe... entah ya, tapi aku tidak pernah berbohong pada anak-anakku. Jika mereka ingin mainan dan aku tidak punya uang maka aku katakan pada mereka bahwa aku tidak punya uang. Tapi jika aku punya uang ya aku tawarkan mereka barangkali mereka masih menginginkan barang yang dahulu mereka tunjuk (penekanannya pada penawaran jika mereka masih butuh atau tidak. Jadi, tidak langsung membelikannya ketika ada uang, tapi mengajak mereka berpikir apakah mereka memang butuh barang tersebut atau tidak? Jika tetap ingin ya sudah beli; tapi kalau sudah gak mau ya gak usah dipaksa).
5. Ajak mereka untuk bergaul dengan banyak orang; perkenalkan mereka dengan banyak pengalaman lewat berbagai aktifitas.
Yang terakhir ini, usahakan jangan mengajak mereka dengan keterpaksaan. Dan usahakan kita menjadi orang pertama dimana mereka bisa memperlihatkan ekspresi apapun pada kita.

Ini foto Arna ketika baru berusia belum setahun. Karena bersyukur dikaruniai anak perempuan maka aku pun berjilbab (eh, ini emang nazar sih; bahwa kalau punya anak perempuana aku akan mengenakan jilbab). Suamiku bahagia banget ketika tahu aku hamil anak perempuan.

Nah, ini Hawna putri ketigaku. Sejak kecil, girly sekali. Senangnya warna Pink... saking senang banget sama warna Pink, kadang dia seperti tidak pernah ganti baju dan barang-barang dia mirip-mirip semua. Akhirnya, kami mengeluarkan sebuah peraturan. Dia harus mengubah kecenderungannya untuk memilih warna pink jika tidak kami tidak akan membelikan dia apapun. Sejak itu dia jadi suka warna Ungu. Awalnya Ungu muda, tapi sekarang semua warna ungu dia suka. (hahahaha, sebelas dua belas sebenarnya pink dan ungu itu)

masih hawna; yang jika merasa senang sering melet lidahnya.

Nah... itu pengalamanku ketika mengasuh balita-balitaku agar menjadi balita yang bahagia dan mandiri. Bagaimana cerita pengalamanmu teman?

-----------------------------------
 " Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away "Saat Tumbuh Kembang Balitaku Balitamu"

13 komentar

  1. Lihat foto tidurnya Ibam kecapekan main lucu... jadi pen gendong...

    BalasHapus
  2. walo di indoensia saya ga pake pembantu mba, irit juga hehe lumayan buat jajan anak :P di komplekku mahal2 bisa sampe sejuta gaji ART :(

    BalasHapus
  3. Hidup di luar tu mang bikin kita mandiri n lebih kuat ya mbak

    BalasHapus
  4. wahh... mbak Ade pisah sama suami saat baru nikah 5 bulan, dan jauhan dari suami saat hamil dan melahirkan ya... keren mbak! :)

    dulu saya waktu melahirkan cuma berdua sama suami, semua keluarga jauh tinggalnya... itu aja sempet berasa sedikit down... alhamdulillah semangat lagi kalo inget babynya.
    salut sama mbak :)

    BalasHapus
  5. yang aku pingin lihat adalah foto Mak Ade ketika masih muda....abiiiiis saat ibam sudah di usia 20 an saja Mak Ade masih mudaaah sekaliii. Iya Mak, tulisan Mak Ade menjadikanku bercermin...aku akan selalu berusaha agar membebaskan balita dari tekanan...semoga lebih baik,

    BalasHapus
  6. Balita merasa aman dan nyaman itu yg paling penting ya mak...
    Terimakasih atas partisipasinya..

    BalasHapus
  7. Ini tips yang bagus banget, mak.. Makasig sharenya ya.. *peluk*

    BalasHapus
  8. Semoga tumbuh mwnjadi anak yang shalih dan shalihah... Jazaakillah khair sharingnya mak :)

    BalasHapus