Mari Belajar Bersabar dan Belajar Bersyukur

[Lifestyle] 
Behind The Story "Yang Tersimpan di Sudut Hati"
Pernah tidak suatu hari kalian merasakan tidak mengetahui hakekat dari kata-kata ajaib yang kita pelajari dalam agama kalian? Dalam hal ini, agamaku: Islam. Aku pernah bertanya-tanya pada diri sendiri, "Baik, aku sudah tahu definisi ini dan definisi itu; lalu seperti apa bentuknya dalam kehidupan sehari-hari? Apakah semua definisi itu hanya ada di buku saja karena apa yang aku lihat di sekelilingku ternyata ada banyak yang melanggarnya dan ternyata para pelanggar itu baik-baik saja?"

Pertanyaan berbahaya ini bersemayam di dalam kepalaku di awal tahun 2000-an. Dan itu ternyata membuatku semakin "penasaran" dalam belajar Islam itu sendiri. Jadi, dalam setiap shalat, doaku hanya satu: "Allah, ajari aku untuk  mengerti apa itu sabar dan syukur dan masukkan aku ke dalam golongan orang yang pandai bersabar dan pandai bersyukur."


Lalu suratan takdir mempertemukanku dengan seseorang. Namanya Nelly. Aku melihat namanya di majalah Ummi, ketika dia menulis di surat pembaca bahwa dia adalah seorang gadis miskin yang saat itu amat memerlukan bantuan pakaian bagi dirinya dan keluarganya. Kebetulan, saat itu aku sedang gemar-gemarnya belajar menjahit pakaian. Berbagai macam bentuk pakaian aku coba praktekan; mulai dari ukuran besar hingga ukuran kecil. Jadi, jumlah pakaian di rumahku hasil dari praktek menjahit itu ada banyak sekali. Maka, aku langsung menyurati Nelly dan menyanggupi untuk memberikan apa yang dia butuhkan, hanya saja aku butuh ukuran tubuh anggota keluarganya. Suratku itu dibalas, dengan memberikan keterangan bahwa di rumah dia tinggal bersama dengan dua orang adik kembarnya dan ibunya. Hubungan surat-menyurat itu berlanjut dengan pengiriman paket pakaian ke rumahnya. Lalu surat Nelly berikutnya memberitahukan bahwa ternyata, pakaian yang dia terima itu amat banyak; jadi pakaian itu dia bagi-bagikan ke tetangganya yang sama kondisinya dengan dirinya; yaitu sama-sama miskin.

Wah. Aku langsung terharu. Baru kali ini aku menemukan orang yang amat membutuhkan sesuatu tapi hal itu tidak membuatnya menjadi tamak. Dia bahkan masih ingat untuk membantu orang lain. Ini sungguh luar biasa. Subhanallah. Dan inilah pelajaran pertama dari permintaan doaku selama ini. Belajar bersabar.

Hubungan surat menyuratku dengan Nelly terus berlanjut. Dan kisah-kisah yang luar biasa mencuat dari hubungan ini. Ternyata, Nelly dulunya adalah keluarga biasa (tidak miskin seperti sekarang). Dia difitnat oleh keluarganya hingga harus keluar dari rumah neneknya. Dan dia sekarang tinggal di .. KANDANG AYAM. Itu sebabnya dia butuh pakaian. Dan salah satu adik kembarnya, kakinya luka-luka karena tinggal di kandang ayam yang penuh aneka serangga itu; dan karena makan yang tidak teratur akhirnya adiknya itu dinyatakan kena Diabetes.  Tapi... Nelly tidak pernah menaruh dendam pada keluarga ayahnya. Dia mensyukuri hal-hal kecil. Dan inilah pelajaran kedua dari permintan doaku. Belajar bersyukur.

Hubunganku dan Nelly sebagai sahabat pena berlangsung sudah 10 tahun lebih sekarang. Sejak putri keduaku baru berusia satu tahun hingga sekarang putri keduaku sekarang sudah duduk di bangku SMP kelas 3. Sejak aku berusia kepala 3 hingga sekarang sudah kepala 4. Sejak adiknya Nelly masih duduk di bangku SMP hingga sekarang akhirnya adiknya sudah menjadi seorang guru.  Sejak Nelly masih duduk di bangku SMA hingga kini Nelly sudah menjadi seorang ibu dengan 2 orang anak. Dan... sejak adiknya jatuh sakit karena menderita diabetes melitus hingga akhirnya adik lelakinya itu, satu-satunya lelaki di keluarga intinya, meninggal dunia karena diabetes melitus karena luka-luka di kakinya yang tidak kunjung membaik. Dan sepanjang usia persahabatan kami, tidak pernah kami bertemu secara langsung. Semua  dilakukan lewat surat menyurat dan kirim-kiriman foto. Padahal, mungkin jaman surat-suratan seperti ini pada beberapa orang cuma jadi sebuah kenangan tempo doeloe ya.

Hingga suatu hari, aku bertanya padanya:

"Nel.. aku ingin menulis kisahmu. Bolehkah? Tapi mungkin kisah ini aku sedikit dramatisir dan ditambahi sana sini agar menarik. Boleh?"

Dia mengizinkan. Dan aku mulai menulisnya dengan tekun. Aku merasa ceritaku ini amat berharga. Karena dari cerita ini aku belajar tentang apa itu sabar dan syukur. Dan dengan mengingat kisah perjuangan Nelly aku berusaha untuk bisa menerapkan sifat bersabar dan bersyukur itu dalam kehidupanku sehari-hari. Dan Subhanallah, luar biasa sekali pelajaran demi pelajaran yang dikaruniakan Allah padaku sepanjang waktu hingga detik ini terkait dengan hakekat bersabar dan bersyukur.

 Ternyata, ada banyak sekali kejadian di atas muka bumi ini yang jika kita tarik hikmahnya maka tidak akan pernah habis rasa syukur kita pada Allah karena ternyata... kita jauh lebih beruntung dari siapapun. Dan jangan pernah meragukan semua ayat-ayat Allah; bahkan meski roda kehidupan di sekeliling kita sudah jungkir balik dan semua orang meragukan tentang keberadaan Tuhan sekalipun. Karena, jika Allah sudah berkehendak untuk menunjukkan pada kita kebesaran-Nya, maka kita sendiri tidak akan sanggup untuk melihat dan menghadapi-Nya.

Dan inilah isi novelku. Diangkat dari kisah nyata sahabat penaku sendiri (sekali lagi; tentu saja ada unsur dramatisir dan pengayaan kisah di dalamnya). Semoga berkenan.



------

12 komentar

  1. Mbak, Nelly itu orang mana? Lupa padahal kemaren2 pernah cerita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. orang Komering, tinggalnya juga di KOmering, sumatra selatan. Jadi, novel ini settingnya daerah sumatra selatan pedalaman gitu. di dusun2.

      Hapus
  2. Allah suka memberi jawaban atas do'a kita kadang gak terduga lwt mana, ya, Mbak.

    Semoga sukses buat bukunya :)

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Apapun bisa jadi sumber inspirasi, dan untuk orang yg baik, inspirasi itu pasti akan menjadi esuatu yg baik utk orang lain. Ikut bahagia mbak Ade, inspirasi itu kini terwujud dalam sebuah novel. Sudah bisa dibeli dimana aja mbak ?

    BalasHapus
  5. Wah tyt diilhami dr kisah nyata ya mbak. Jd makin ga sabar nih bacanya.. Moga2 sore bi udah nyampe :)

    BalasHapus
  6. aiaiih.. saya pengen baca mbaak.. :D

    Bpk ku keluarga nya ada yg orang komering juga mbak :D

    BalasHapus