Assalamu'alaikum Ibu

[Catatan Akhir Tahun, 2010]
Assalamu'alaikum Ibu
by Ade Anita on Thursday, 23 December 2010 at 05:38
1.
Setiap kali melintas di jalan Casablanca, ada sebuah kebiasaan yang selalu aku lakukan di dalam kendaraan. Yaitu menengok sejenak ke arah pekuburan dan mengirimkan sebuah salam untuk ibuku.
Ya. Itu rumah ibuku sekarang sejak tahun 2003, tepatnya 18 April 2003. Beliau meninggal dengan tenang setelah terkena serangan jantung.
"Assalamu'alaikum Ya Ahli Kubur, Assalamu'alaikum Ibu. Semoga ibu selalu mendapat rahmat dari Allah yang memang tiada pernah habis dimana pun kita berada."



2.
Ibuku seorang perempuan yang unik. Teman-temanku banyak yang menyukai beliau karena beliau senang bergurau, senang memasak dan menjamu orang, serta selalu punya seribu satu cerita. Entah itu cerita tentang masa lalunya yang seru atau cerita tentang teman-temannya yang bermacam-macam karakternya. (Hmm..., mungkin aku belajar dari beliau dan semua cerita-ceritanya dan mencoba untuk mengumpulkannya satu persatu dalam tulisan). Tidak heran hal pertama yang sering ditanyakan oleh teman-temanku jika bertemu denganku adalah, "Gimana kabar nyokap lo?".

3.
Almarhumah ibuku memang selalu ceria dan senang bercanda. Tapi bukan berarti dia tidak pernah menangis atau bersedih.
Bersedih, tentu saja ibuku pernah bersedih (atau mungkin sering hanya saja aku tidak tahu? Entahlah). Air mata sering aku lihat meluncur di keduabelah pipinya. Tapi, khusus untuk kasus air mata ini, tidak bisa dikatakan bahwa air mata ini meluncur karena beliau sedang bersedih. Karena, jika sedang terlalu bergembira pun, ibuku sering meneteskan air mata. Termasuk ketika sedang terharu.
Setidaknya ada tiga peristiwa dimana ibu meneteskan air matanya, khusus untukku (ya, air mata ini spesial hanya untukku, tidak untuk yang lain).

Peristiwa itu adalah, ketika aku sedang tertidur di kamar pembantuku. Tiba-tiba saja, ada setetes air yang menetes tepat menimpa wajahku. Bukan hanya setetes atau dua tetes, tapi banyak. Mengganggu tidur siangku, dan membuatku terjaga bangun, tapi lalu mengerang.

Aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar ketika ibu pergi dengan teman-temannya untuk ikut kegiatan PKK di Kecamatan. Ibu memang seorang aktifis pemberdayaan keluarga dan masyarakat di Kelurahan tempatku tinggal. Dia sering bepergian untuk membantu keluarga tidak mampu, anak-anak dhuafa dengan teman-teman PKK-nya yang bekerja sama dengan Kementrian Sosial kala itu (era tahun 70-an). Siang ketika ibu sedang ikut kegiatan sosial tersebut, aku dan adikku bermain pimpong di halaman garasi rumah kami. Aku dan adikku tidak bisa main pimpong tapi seperti halnya kanak-kanak yang lain, kami tetap memainkan permainan pimpong tersebut dengan cara kami sendiri. Kebetulan, aku berkali-kali menang dan tentu saja kebalikannya, adikku berkali-kali kalah. Kondisi yang menyebalkan dan menyesakkan itu adalah kondisi kalah. Dan setelah mengalami kekalahan berkali-kali, kemarahan adikku pun mulai muncul. Terlebih mungkin setelah melihat kepongahanku karena kembali meraih kemenangan. Akhirnya, karena kesal, adikku melempar raket pimpongnya ke arahku. Mungkin dia tidak sengaja karena sudah terlalu kesal, dan melemparnya dengan main-main. Tapi, takdir rupanya berbicara lain. Raket itu terlempar begitu saja dan langsung ujung kayu bulatnya menimpuk kepalaku.

ZING.

Aku langsung menghentikan tawa kemenanganku dan langsung memelototi adikku.

"Kenapa sih? Sakit tahu."

Sementara adikku hanya menatapku dengan bengong dan terkejut. Tidak berkedip.

"Kenapa?"

Adikku masih terdiam menatapku dengan terpana. Spontan aku meraba ujung pelipisku. Ujung jemariku terasa basah. Lalu aku bawa ujung jemari itu ke depan wajahku hingga aku bisa melihat ternyata ujung jemariku sudah dipenuhi oleh lumuran darah. Panik, aku melihat ke arah jendela kaca dan langsung melihat bahwa saat itu, ternyata wajahku sudah dilumuri oleh darah. Barulah aku menangis kencang hingga semua orang datang dengan panik dan memberi pertolongan. Setelah lukaku kering, aku yang masih marah pada adikku, menolak untuk bertemu dengannya dan lebih memilih untuk tidur di kamar pembantu. Ketika sedang terlelap dalam tidurku itulah ibuku datang dan langsung mengelus pelipisku yang terluka bocor tersebut sambil meneteskan air matanya.

"Maafin ibu ya nak, ibu sedang pergi ketika kepalamu bocor." Sejak itu, ibu mengurangi semua kegiatan sosialnya dan lebih banyak berdiam di rumah saja.

Peristiwa kedua ibu meneteskan air matanya khusus untukku adalah, ketika suatu pagi ibu dan ayah memanggil-manggil namaku dengan suara yang penuh gegap gempita.

"Adeeeeeeeeeee......adeeeeeeeeeee."

Aku sedang tertidur. Pagi-pagi kedua orang tua kalian memanggil kalian, apa yang langsung terlintas di kepala kalian? Ya. Benar. Aku langsung merasa bahwa mereka memanggilku untuk menyuruhku melakukan sebuah pekerjaan. Padahal, aku sedang bergelung dengan selimutku menikmati sisa pagi yang dingin. Selimut aku tinggikan, menutupi seluruh tubuh dan kepala, berharap tidak terdengar lagi panggilan itu.

"ADEEEE...."

DUh. Apa sih nih? Nggak bisa melihat orang senang sebentar. Ini kan hari minggu!

Akhirnya dengan merenggut kesal, aku melempar selimutku dan turun ke bawah (rumahku memang bertingkat). Di lantai bawah, kulihat ayah dan ibu sedang duduk berdampingan sambil tersenyum-senyum ke arahku. Koran bergelimpangan di depan mereka, lembar per lembar.

"Ade, kamu diterima di UI."
Kantukku langsung menguap hilang tanpa bekas.

Lalu dimulailah hari pendaftaran. Setelah selesai mendaftar, ayah dan ibu mengajakku berkeliling kampus. Jika saja mungkin, pasti mereka ingin naik ke atas kap mobil dan berteriak pada semua orang "Hei, lihat, anak saya akan bersekolah disini."... aku tahu itu akan terjadi jika saja kami naik mobil dengan sun roof di atasnya. Untungnya mobil kami adalah mobil kijang biasa.
Setelah puas berkeliling kampus, kami makan di tempat jajan mahasiswa.

"Wah, berarti nanti kamu bakalan makan disini ya De?" Aku mesem-mesem salah tingkah. Di sekelilingku ada banyak mahasiswa dan mereka menatap kami sambil tersenyum (karena kami datang dengan anggota keluarga yang lengkap!!!).

Lalu, ketika aku izin ke kamar mandi seorang diri, ibu tiba-tiba menawarkan diri untuk ikut menemani. Di kamar mandi itulah, ibu tiba-tiba memelukku erat dan air matanya aku rasa menempel di leherku. Basah.

"Ade, terima kasih ya karena kamu sudah berusaha keras untuk bisa masuk di UI. Ibu bangga banget sama kamu. Ibu tahu pasti, kamu usaha keras banget untuk prestasi ini. Pasti berat apa yang sudah kamu lakukan selama ini. Ibu inget, guru-guru SD kamu dulu, yang pernah bilang bahwa kamu adalah anak yang bodoh dan tidak sepantasnya bersekolah tinggi-tinggi. Tapi, ternyata kamu hebat. Kamu bisa menepis semua cemooh orang itu. Terima kasih ya nak."

Aku langsung ikut menangis juga.

Aku memang punya kelainan sejak kecil. Yaitu, orientasi kiri kananku kacau balau (juga ditambah dengan sakit asma yang parah, hingga setiap tahun pasti ada waktu dua sampai tiga kali harus opname). Tapi terutama orientasi kiri kananku itu yang terasa mengganggu. Karena, itu menyebabkan aku mengalami kesulitan untuk membaca, menulis dan otomatis juga mengenal angka. Aku tidak bisa membedakan huruf b - d, p - g, h - 4, s - z, a - e, bahkan juga u -n.... lebih parah lagi, aku sering sulit terbalik-balik menulis akhiran ng, ny (selalu ditulis gn, yn). Kepandaianku hanyalah berhitung s.d 10. Lebih dari sepuluh, selalu terbalik-balik dan itu berakibat parah. Mau nulis 12 malah menulis 21.. dan seterusnya.

Raportku terbakar. Seluruh nilainya merah yang parah. Yang tersisa biru hanya ada dua pelajaran, yaitu pelajaran kesenian (karena memang tidak ada teori, yang ada hanyalah menyanyi dan menggambar saja), serta pelajaran agama Islam (tapi inipun setelah guru agamaku memanggil ibuku secara khusus hanya untuk memberi nasehat, "Bu, anak ibu parah banget. Sepertinya dia bukan duduk di sekolah ini dan bercampur dengan anak-anak yang lain. Seharusnya, nilai agamanya merah, tapi, peraturan pemerintah tidak membolehkan seorang anak mendapat merah di pelajaran agamanya kecuali kalau keluarga ibu memang seorang keluarga Komunis."). Sejak itu, ibu langsung memanggil seorang guru les khusus. Guru les inilah yang mengajari aku membaca, menulis dan berhitung. Cara mengajarnya amat kreatif. Namanya Tante Pop, seorang guru dari suku Ambon yang punya anjing besar bernama Leksi (hehehe, jujur, aku sebenarnya takut anjing, tapi karena tidak ada pilihan, terpaksa aku les di rumahnya dengan kedua kaki terlipat di atas kursi belajar).

"Ingat ya Ade. Huruf b itu, perutnya sedang hamil; sedangkah huruf d adalah huruf dengan pantat yang besarrrrrrrrr." hahahah.. Kreatif kan? Tante Pop ini juga yang memberi saran padaku untuk meletakkan sesuatu di tangan kananku agar aku tahu, bahwa inilah tangan kananku dan inilah sebelah kanan. Itulah sebabnya, hingga sekarang, aku selalu mengenakan jam tangan di sebelah kanan dan selalu ada sebuah cincin yang melingkar di jemari tangan kananku. Cincin ini tidak pernah lepas. Ketika cincin ini kekecilan, suamiku membelikanku cincin baru yang muat. Cincin di jemari tangan kananku itu sebuah keharusan untukku.

Itu sebabnya ibu langsung memeluk dan menangis penuh haru di kamar mandi FISIP UI. Dan aku, juga ikut menangis karenanya.

Lalu, yang terakhir, ibu menangis ketika aku akhirnya wisuda sarjana. Hanya ada satu perkataannnya yang aku ingat seumur hidupku,

"Terima kasih ya De. Kamu sudah berhasil jadi sarjana. Setidaknya, ibu tidak terlalu malu pada keluarga kesar kita, karena ternyata meski anak ibu kebanyakan perempuan semua, tapi bukan berarti tidak bisa bercahaya seperti keluarga yang lain." (Oh, bunda. AKu tahu betapa berat tekanan dari sebuah keluarga dengan patron Patrilineal yang kental yang melingkupimu. Memiliki anak laki-laki itu adalah sebuah keharusan. Kalau perlu, seorang suami boleh menikah lagi demi mendapatkan seorang anak laki-laki. Alhamdulilah, anak ke empat ibuku seorang laki-laki dan hanya dialah anak laki-laki satu-satunya di keluargaku).

4.
Hidup memang keras dan tidak bisa diprediksi kemauannya. Tapi, ibuku selalu mengajarkannya untuk mensiasati hidup dengan cara yang cerdik.
Hidup sering kejam dan kadang terasa tiada ampun. Tapi, ibuku selalu mengajarkan sebuah semangat untuk senantiasa bangkit ketika aku terjatuh.
Hidup itu tidak selamanya buruk, ada bagian yang indahnya. Dan ibuku mengajarkan aku untuk selalu gembira dan ceria menghadapinya dengan canda dan tawa.

"Ibu..., sedang apa ibu disini?"
Akhirnya, setelah tiga tahun ibuku meninggal, aku dapat bertemu dengan ibuku kembali. Tapi, itu hanya dalam mimpi. Dalam mimpi tersebut, aku sedang mengenakan ihram dan sedang mengerjakan ibadah haji. Ibu aku temui di samping Ka'bah, juga sedang mengenakan pakaian ihram. Duduk bersimpuh sambil menyenderkan punggungnya yang gemuk di dinding Ka'bah.

"Ibu menunggumu, nak."

Perempuan itu langsung aku peluk erat. Rindu ini sudah memuncak.

"Ade kangen sama ibu. Ade lupa bilang terima kasih dulu."

Sebuah rombongan orang-orang berpakaian ihram datang berbondong-bondong. Mengacaukan pelukanku dan lalu menyeret ibuku pergi. Aku terpisah. Tapi aku masih sempat melihat ibuku tersenyum dengan langkah tenangnya yang mengeililingi Ka'bah. Dan aku pun terbangun.

5.
"Ya Allah, aku rindu kedua orang tuaku. Titip salamku untuk mereka ya. Jaga mereka, sayangi mereka, seperti mereka menjaga dan menyayangi aku ketika uku masih kecil."

Itu doaku kini karena kedua orang tuaku memang telah tiada.

Itu sebabnya, setiap kali melewati pekuburan Menteng Pulo, aku selalu menoleh ke pekuburan dan menatap sebuah titik nisan di sana, sekedar untuk mengucapkan,

"Assalamu'alaikum Ibu."

--------------------------------
Penulis: Ade Anita (dalam kerinduan dan harapan semoga ibu dan ayahku selalu disayang Allah). Selamat hari ibu untuk semua ibu di seluruh dunia.

Tulisan ini dipublish di notes facebook. Dan ini komentar dari para pembacanya:


You, Indri Puspita, Astri Olifia, Wiji Purwanti 'Ipunk' and 12 others like this.
Arfianti Dwi Kusuma Makasih ya de sudah diingatkan utk selalu mengekspresikan ksh sayang kt ke ortu terutama ibu..tdk hny perbuatan tp jg kata2..kdg berpikir kok ank2 lbh pintar mengekspresikan lwt tulisan n lisan... Semoga kita juga mjd ibu2 yg terbaik bg ank...See more
Yesterday at 10:23 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Arfianti Dwi Kusuma Selamat hari ibu de.....
Yesterday at 10:25 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Nur Rahma Hanifah Ibu... mengajarkan kita, hal-hal berharga. Yang tak dapat dibeli dimanapun kita berada. Dengan cara-cara yang berbeda... Terkadang, yang tak dapat kita sangka. Bahkan seringkali menjengkelkan kita. Tapi, tetap... Tak dapat dibandingkan dengan apapun bentuknya...
Yesterday at 10:43 via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Dessy Aja haruu...makasih mbak Ade.....ibuku pergi ketika aku berusia 11 thn..tak banyak yg bs kuingat..selain beliaulah yg mengajari kami (berempat) membaca dan rapor kelas 1 kami unik karena yg tanda tangan walikelas ibuku dan walimurid ayahku...
s...See more
Yesterday at 10:46 · Unlike · 1 person
Rickky Ar terharu,hening dalam doa khusuk menyatukan jiwa..Assalamualaikum."Terima kasih ya De. Kamu sudah berhasil jadi sarjana. Setidaknya, ibu tidak terlalu malu pada keluarga kesar kita, karena ternyata meski anak ibu kebanyakan perempuan semua, ...See more
Yesterday at 11:02 · Unlike · 1 person
Anne Adzkia Indriani Mbak ade,aku gak bisa ngasih komen apa2 krn aku bacanya sambil nangis...tiba2 aku inget mama yg kondisinya semakin parah.bahkan td aku pengeeeen bgt ngucapin selamat hari ibu spt biasa,tp gak bisa krn kondisi mama mmg gak memungkinkan utk ngobrol..aku harus siap kehilangan beliau,mbak.waktunya makin dekat dr vonis dokter.meskipun aku tahu Allah penentu usia manusia,tp aku berusaha siap dgn kondisi terburuk sekalipun...mdh2an kita bisa jadi anaknya yg selalu dibanggakan ya mbak,meskipun ibu kita sudah tak bersama sekalipun T_T
23 hours ago via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Tyasti Aryandini Tik..tik..tik..my tears drop on my cheek..happy mother's day Mbak Ade ^_^
23 hours ago via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Eka Putri Hapsari saya terharu, mba, bacanya,,
kasih syang seorang ibu emang tiada btasny,,
love u mom,,T.T
22 hours ago via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Bunda Radith 'Atha' WhooAaa.... Nangisss aq mbakkk baca notes mu, sungguh ibu yg luar biasa... Sungguh drmu jg bgtu luar biasa *speechless*
22 hours ago via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Fitri Gita Cinta Y__Y

Terima kasih unt catatannya, mbak ade...

Moga bunda kita selalu disayang Allah... Amin...
21 hours ago via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Nur Azizah ah, mereka memang orangtua yang luar biasa. Menyiapkan benih yg baik hingga menjadikan kita siap dituai.

love u all parents :)
20 hours ago · Unlike · 1 person
KembaRa Gelungan Hitam kayaknya kemaren ada yang ngaku ga bisa nulis ya hehe,,, aku suka mbak,,, mengingatkan yang masih ada,,,

salam dalam doa
20 hours ago · Unlike · 1 person
Leyla Imtichanah Hm, ternyata mbak ade masa lalunya mirip dgnku, sempat dibilang bodoh tp akhirnya bisa menyusul jga :D Itu pasti krn doa ibu mbak yang hebat, spt ibuku dulu jg selalu mendoakan yg terbaik buatku.
19 hours ago · Unlike · 1 person
Ilham Q Moehiddin ‎"Berbahagialah mereka yang mendapati kedua orangtuanya dalam keadaan uzur."

Begitu sabda Rasulullah (SAW). Sabda itu maknanya dalam sekali perihal pentingnya posisi ibu. Bahkan Rasulullah (SAW) begitu rindunya dengan sosok ibundanya, sehing...See more
18 hours ago · Unlike · 2 people
Resmi Ayu ☺ ☂hαñk ψσù ☺ yah De, sdh ingat aku untuk berbagi note ini. Selalu ada sesuatu yang bisa didapat dari tulisan2 kamu.. I'm proud of having you as my friend.. ☺ ☂hαñk ψσù ☺ again..
17 hours ago via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Sari Viciawati ‎*big Hug*
16 hours ago via Facebook Mobile · Unlike · 1 person
Tyas Amalia Yahya ahhh Mbak Ade hobby deh bikin orang mewek.. so touchy. huhuhu :((
Makasih ya note-nya.. Selamat Hari Ibu juga.. Dan akhirnya aku tau darimana bakat cerita itu diturunkan. hehe
14 hours ago · Unlike · 1 person
Nurul Asmayani Mba, terharuuu baca note ini
Selamat hari ibu Mba. Mudahan kita bisa menjadi madrasah yang baik buat anak kita ya Mba.
13 hours ago · Unlike · 1 person
Machfudi Afoed De... ah... kok gw jadi inget ibu waktu ada acara di rumah dulu ya... Masih inget ngga?
11 hours ago · Unlike · 1 person
Ade Anita ‎@apud: inget.... iya... akhirnya, ibuku yang jadi menonjol ya di acara itu, bukan anak2nya.. padahal tamu2nya adalah teman anak2nya.. hehe.. plus maryati (ini gara2 ibu nyanyiin lagu ini untuk manggil dia dan langsung umpan ini diterima dengan baik)
6 hours ago · Like
Ade Anita ‎@nurul: selamat hari ibu juga untuk dirimu nurul. Iya, kita harus berusaha supaya bisa jadi madrasah untuk anak2 kita.
6 hours ago · Like
Ade Anita ‎@tyas: hehehe, iya, sepertinya aku juga sadar deh darimana bakat ini berasal (padahal tadinya mau ngakuin bahwa ini berasal dari tadi)
6 hours ago · Like
Ade Anita ‎@sari: ^_^ thank you
6 hours ago · Like
Ade Anita ‎@resmi ayu: aku juga.. senang punya teman ayu seperti dirimu. terima kasih juga ya ayu.
6 hours ago · Like
Ade Anita ‎@ilham: iya... bener. Aku juga baru sadar kenapa Rasulullah memerintahkan kita untuk menghormati ibu lebih daripada menghormati ayah, setelah aku merasakan sendiri bagaimana rasanya jadi ibu itu. Semuanya adalah keikhlasan. Benar-benar mem...See more
5 hours ago · Like
Ade Anita ‎@leyla: iya... bener. Itu pasti, pasti karena doa ibu kita maka kita bisa berhasil sekarang ya. Alhamdulillah.
5 hours ago · Like
Ade Anita ‎@kembara gulungan: hehe... aku tidak bisa menulis yang nyastra seperti dirimu mbak. PIngin sih belajar, dan ini baru awal.
5 hours ago · Like
Ade Anita ‎@eka putri, bunda, nur azizah, fitri: terima kasih ya untuk apresiasinya.
5 hours ago · Like
Ade Anita ‎@tyasti: selamat hari ibu untuk dirimu ya tyasti...jangan gampang bete lagi... perjalanan menjadi seorang ibu baru saja dimulai.
5 hours ago · Like
Ade Anita ‎@anne: iya anne, ikut prihatin. Tapi kamu harus terus semangat ya. Ibumu sebenarnya beruntung loh, karena diberi peringatan dulu untuk bersiap-siap jadi diberi waktu untuk mengumpulkan bekal terakhirnya. selamat hari ibu unutk dirimu ya anne.
5 hours ago · Like
Ade Anita ‎@ricky: iya. Benar banget, beliau orang yang tulus sekali. Semakin hari, kenyatan ini semakin terlihat karena satu persatu orang-orang yang pernah beliau bantu muncul dalam kehidupanku dengan berbagai cerita mereka yang penuh dengan torehan hikmah keikhlasan. Ammiin Allahumma Ammiin, semoga beliau selalu disayang Allah.
5 hours ago · Unlike · 1 person
Ade Anita ‎@dessy: hehe, enak banget ya kedua orang tuamu guru. selamat hari ibu juga ya untuk dirimu.,
5 hours ago · Like
Ade Anita ‎@fifi: terima kasih ya.. selamat hari ibu juga untuk dirimu.
5 hours ago · Like
Ade Anita ‎@nur rahma hanifah: terima kasih ya. Kamu benar banget.. suka tidak suka, ternyata semuanya sebenarnya amat berguna. hanya saja kita terlambat sadarnya kadang bahwa itu berguna. Mungkin karena ego sering berbicara duluan ketimbang pikir.
5 hours ago · Unlike · 1 person
Ade Anita Terima kasih untuk semua yang ngasi jempol dan tanda like... mau kasi komen juga diperbolehkan loh (boleh banget malah).. maaf nggak bisa ngetag banyak karena keterbatasan facebooknya sendiri.
about an hour ago · Like
Qonita Musa merembes mataku :D
about an hour ago · Like

4 komentar