Bu, Kenapa Perempuan Harus Mens?

[Parenting] Ini obrolanku dengan anak perempuanku yang masih kecil. Usianya baru 8 tahun. Kalian yang memiliki anak berusia 8 tahun pasti pernah berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan ajaib anak-anak kan? Nah. Ini ceritaku tentang hal itu. Yaitu ketika putriku bertanya, Mengapa Perempuan Itu mengalami Menstruasi?

Menjawab Pertanyaan Anak yang Bertanya Mengapa Peremuan Harus Menstruasi? 


"Bu... kenapa sih perempuan harus mens?" Sambil mengunyah sepiring putu dan kelepon, putri bungsuku yang baru berusia 8 tahun bertanya. Aku sedang berdiri membersihkan meja dan menatap televisi. Kami memang tanpa sengaja memutar acara Kick Andy menyaksikan ibu Ni Wayan Trisnawati, perempuan yang menikah usia 17 tahun dengan tujuan untuk mengatasi masalah kehidupan. Ibu Trisnawati ini ketika hamil mengalami kelainan jantung sehingga dokter melarangnya hamil dan melahirkan. Hmm... sepertinya gara-gara tontonan ini putri bungsuku bertanya. Btw ibu Trisnawati ini adalah contoh profile perempuan tangguh yang sukses dengan kacang diskonya yang sekarang jadi oleh-oleh khas Bali.

Awalnya, putriku ini bertanya mengapa harus perempuan yang hamil dan lelaki tidak boleh hamil.

"Karena nak, cuma perempuan yang mengalami menstruasi. Kamu sering kan mendengar ibu bilang alasan ibu tidak shalat karena sedang mens? Nah. Cuma perempuan yang mengalami menstruasi. Menstruasi itu disingkat jadi mens. Laki-laki nggak. Nah, karena cuma perempuan yang mengalami mens, maka cuma perempuan yang bisa hamil dan melahirkan anak. Laki-laki nggak bisa."

Selesai. Aku pikir penjelasanku akan berhenti sampai disitu saja. Karena aku lihat anakku ini tetap asyik mengunyah putu. Dia pasti bertanya karena iseng karena hanya ada aku dan dia saja di rumah. Itu anggapanku ketika itu. Jadi, aku pun meneruskan membereskan meja makan.



Tapi ternyata anggapanku salah. Putriku ini kembali bertanya padaku, meski dengan mulut yang penuh dengan putu.

"Terus, kenapa harus perempuan yang mens dan laki-laki nggak bisa mens?"

"Ya.... karena, perempuan itu berbeda dengan lelaki. Ketika dia sudah dewasa nanti, dia akan menjadi ibu, ibu itu akan melahirkan anak-anaknya. Nahhh... menstruasi itu berguna bagi calon anak-anaknya."
Ah. Bagaimana caranya mengalihkan perhatian dia dari rangkaian rasa ingin tahunya ini? Aku mulai gelisah. Bagaimana jika dia mengutarakan pertanyaan yang lebih sulit lagi? Bagaimana jika aku tidak bisa menjawabnya? Aku benar-benar mulai gelisah.

"Memangnya mens itu buat apaan? Kok berguna bagi ibu yang akan melahirkan?" Tangan kecil putriku kembali mencomot putu dan memasukkannya ke dalam mulut dengan lahap. Keasyikan mengunyah dan mengudap makanan tidak menghentikannya untuk bersikap kritis.
Huff.

"Karena nanti, ketika sudah menikah, maka darah mens itu bisa jadi makanan buat bayi yang ada di dalam perut ibunya. Kamu pernah dengar nggak, orang-orang suka bilang, bahwa bayi itu terbentuk dari darah dan daging ibunya. Nah... darah yang dimaksud itu adalah darah mens. Lalu bayi itu diberi makan lewat usus yang nempel di puser alias udel bayi dan tubuh ibunya. Jadi, bayi di dalam perut makan bukan lewat mulut tapi lewat pusernya." Sejenak. Putriku menghentikan kegiatan makannya. Lalu dia menatap perutnya. Dibukanya kausnya, dan menatap puser di perutnya. Tangannya mulai menyentuh dan melakukan gerakan seperti mengusap puser.

"Eh... jangan dibersihkan atau diapa-apain pusermu. Nanti kamu sakit perut. Karena, waktu bayi, begitu lahir maka jalan makanan diputus." Aku memperagakan gerakan seakan-akan ada selang yang menempel di puser putriku. Lalu dua jariku melakukan gerakan menggunting. cres. "Setelah putus, dokter mengikatnya dengan simpul erat. Nah.... kalau dibersihkan, takutnya malah terluka dan... ah... seram jika sampai terbuka simpulnya. Jadi bisa lihat isi perut nanti." Putriku bergidik. Dan segera menutup kausnya.

Lalu, dia menatapku kembali.

"Iya..tapi kenapa mens itu harus berbentuk darah bu? Darah kan menjijikkan."

"Terus... kalau nggak berbentuk darah, berbentuk apa dong? Kan darah itu sesuatu yang amat penting bagi manusia untuk bisa hidup. Makanya vampir kalau mau hidup harus minum darah. Kalau sudah mati, darah juga berhenti mengalir di tubuh kita. Beku semua." Putriku terpaku. Wajahnya tampak berpikir keras.

"Bu... memangnya, perempuan yang gak mens itu nanti gak bisa punya anak ya bu?"

"Bisa punya anak atau nggak nanti, tergantung dari banyak hal nak. Tapi, perempuan yang gak mens itu kemungkinan besar sulit punya anak."

"Berarti nanti aku pasti mens ya bu?"

"Insya Allah."

"Terus... kalo dah mens, aku bisa punya anak?"

(Okeh. Sampai sini, aku sempat menyibukkan diri menggosok kaca meja televisi sepenuh tenaga agar terlihat sibuk. Bingung euy menjawab pertanyaan bocah 8 tahun ini. Tapi, bagaimana jika dia bertanya pada orang lain dan malah dapat info yang ngaco?.... akhirnya aku pun duduk di sebelahnya dan mulai berkata serius dengan suara lirih. Berharap kritisnya bocah 8 tahun ini berkurang).

"Buat bisa punya anak, ada lagi tahapannya. Tapi... itu nanti aja ibu jelasinnya kalau kamu dah mens. Okeh?"

"Aku kapan mensnya bu?"

"Tenang nak. Masih lama mungkin. Tergantung kondisi tubuh kamu. Nih... perempuan yang sudah mens itu artinya dia sudah siap untuk hamil. Setelah hamil maka dia pun punya anak. Nah... pas hamil itu, di perut kita ada bayi. Itu berat nak. Bayangin kalau kamu bawa botol galon aqua yang ditaruh di depan perut terus digotong pake tangan lalu dibawa kemana-mana. Berat kan? Nahh... perut perempuan itu cuma kulit dan daging aja. Gak kuat dia kalau harus bawa galon aqua yang ada isi airnya. Jadi, harus ada tangan yang bantuin. Tangan itu diwakilin sama tulang pinggul. "

Aku menepuk-nepuk pinggulku dan pinggul putriku.

"Nih... bedanya pinggul ibu sama pinggul kamu. Pinggul kamu kecil banget, tipis lagi. Tapi pinggul ibu besar dan kuat. Nah... pinggul ini yang akan menahan bayi dalam perut.  Makanya, perempuan yang dapat mens itu biasanya dimulai dengam badannya yang berubah dulu. Pinggul mereka akan kuat dan membesar.  Terus... dada mereka juga mulai tumbuh... gak terepes kayak anak kecil. Setelah keduanya berubah, barulah dia akan dapat mens."

"Berarti aku masih lama ya bu dapat mensnya?"

"Ibu nggak tau nak."

"Semoga aku masih lama deh. Aku masih mau main-main dulu. Repot kalo aku harus nyuci bekas mens kayak yang sering ibu. Menjijikkan. Mending aku nyuci yang lain deh."

"Iya... mending bantuin ibu bersihin bekas makanan deh di meja ini. Yuk."

Putriku tersenyum manis. Dan segera menyemprotkan cairan pembersih meja di atas kaca.

(*setelah dia kembali tenggelam dengan game androidnya aku tiba2 tersadar. Kami baru saja melewati sebuah pembicaraan yang amat dewasa). OMG.

2 komentar

  1. Wah, udah mulai bertanya2 ya mbak Ade?
    Jd keinget masa2 dapat mens pertama dulu, cuma ulu udah liat ada tmn SD duluan yg mens. Sementara saya dapatnya saat SMP.
    Pas tmn SD mens itu seingat saya sekelas heboh dikirain sakit. Trus dijelaskan sama guru kalau semua perempuan akan dapat hehe.
    Btw kalau tak salah di toko buku ada buku yang menjelaskan dengan gaya bahasa anak2 ttg menstruasi, kapan haripenge beli jg buat persiapan anakku klo gedhe ntr hehe

    BalasHapus
  2. kemaren aku juga bertanya ke Ibu
    tentang mens
    tapi tidak sepanjang ini

    BalasHapus