Tips Agar Anak Menikmati Belajar

[Parenting]
credit foto: pixabay.com

Wah. Sudah lama juga ya aku nggak ngeblog? Hehehe... maklum sibuk.

Sejak bulan Maret, tepatnya setelah ada kepastian bahwa ujian pada anak-anak sekolah dimulai di pertengahan bulan Maret, aku memang berusaha untuk fokus mendampingi anak-anakku.

Mungkin ada yang bertanya, apa hebatnya mendampingi anak belajar memangnya? Apa susahnya sih cuma mendampingin anak belajar itu?
Buatku pribadi, ini pekerjaan yang memerlukan keikhlasan dan pengorbanan tersendiri sih. Kenapa?


Karena, ketika aku menasehati anakku, "Nak, kurangilah main medsos-nya."
Maka, saat itu juga, aku berusaha untuk menerapkannya pada diriku sendiri. Mengurangi juga kegiatanku di depan komputer atau gadget untuk ber-medsos ria.

Ketika aku menasehati anakku, "Nak, kurangilah nonton acara korea-nya." atau "Nak, kurangilah nonton televisinya."
Maka, saat itu juga, aku berusaha keras untuk menerapkannya pada diriku sendiri. Mengurangi jatah keseharianku untuk mengikuti drama korea atau acara televisi dan dvd lainnya. Jadi, terakhir aku duduk memutar DVD drama korea itu sekitar bulan Februari sepertinya. Sudah lama banget.

Terasa berat? Pastilah. OMG, aku kan seorang fans drama korea gitu loh. Yang suka blingsatan sendiri kalau idolanya mendapat peranan tidak sesuai harapan padahal itu cuma dramaaaa... yang sudah jelas skenarionyaaa. HUFF.

Tapi, ketika berat kita menjalaninya, demikian pula anak kita mengalami hal yang sama. Karena mereka jadi harus mengurangi intensitas ngobrol dengan teman lewat media sosial yang mereka miliki, juga jatah main gadget-nya. Jadi, momen tragis dan menyedihkan ini aku ubah menjadi ini saat yang tepat untuk saling menghibur ibu dan anak. Juga saat yang tepat untuk saling mendukung ibu dan anak.

Tahun ini, ada 2 orang anakku yang menjalani masa akhir sekolah mereka. Yaitu, si tengah yang duduk di bangku kelas 12 alias 3 SMA; dan si bungsu yang duduk di bangku kelas 6 SD.

Keduanya sama-sama menjalani masa ujian untuk mengakhiri jenjang pendidikan mereka di tingkat ini. Dan mempersiapkan diri untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Lalu, di tengah gempuran aneka macam hiburan yang ditawarkan oleh entertainment dari dunia hiburan yang bukan hanya berasal dari televisi dan majalah saja seperti halnya di era sebelum millenium, tapi juga berasal dari hiburan yang diberikan lewat fasilitas internet, juga di era dimana aneka macam game tersedia dan bisa didownload di gadget yang mereka miliki, bagaimana caranya agar anak-anak bisa tetap menikmati belajar pelajaran mereka? Nah. Aku mau berbagi tips nih seputar hal ini.

TIPS AGAR ANAK MENIKMATI BELAJAR


Tips 1. Dampingi anak dengan penuh kasih sayang.


Semua orang sebenarnya harus melalui proses belajar untuk mencapai kebisaan tertentu. Tidak bisa tidak, pasti.

Seorang bayi yang baru lahir, akan belajar bahwa air susu ibunya, tidak akan masuk ke dalam mulutnya jika dia tidak memonyongkan mulutnya agar puting ibunya bisa masuk ke dalam mulutnya. Sudah masuk pun puting itu ke dalam mulutnyt, dia tetap harus belajar untuk menghisap puting itu agar air susu bisa keluar dan ditelannya.

Jika ada seorang bayi yang malas melakukan itu, maka dia akan kelaparan. Masalah kelaparan ini tidak akan selesai begitu saja dengan cara menangis. Tetap saja, ibu akan mencolek pipi atau dagunya lalu dengan lembut memintanya untuk membuka mulutnya. Lalu jika bayi masih juga malas tapi dia lapar, maka ibu akan membimbing dia agar mau mengisap dengan cara mengganggu kenyamanan tidur si bayi. Bisa dengan cara menggelitik telapak kakinya, bisa juga dengan cara mencolek pipinya. Sesuatu yang membuat bayi akan terjaga karena kenyamanan tidurnya terganggu.

Karena tidak nyaman, bayi tahu bahwa dia akan memperoleh kenyamanannya kembali jika dia sudah mengerjakan tugasnya: mengisap ASI. Dan ibu tidak akan berhenti mengganggunya hingga dia terlihat kenyang.

Demikian begitu besarnya peranan seorang ibu sejak manusia masih dalam keadaan bayi yang baru lahir.

Demikian juga dengan proses belajar yang harus dijalani oleh seorang anak dalam kesehariannya.

Seorang ibu, hendaknya tidak pernah melepas pendampingan ketika anaknya sedang dalam proses belajar. Bahkan sekalipun si ibu ini bekerja di luar rumah, maka tetap saja kontak komunikasi dengan anak harus tetap dilakukannya. 

Apa saja yang seorang ibu lakukan dalam proses pendampingan anak ketika dia sedang belajar?

Tidak perlulah seorang ibu harus menguasai rumus-rumus matematika atau fisika atau kimia yang rumit tersebut. Juga tidak perlu seorang ibu menguasai bahasa asing. Karena, sesungguhnya, hal-hal tersebut bisa dipenuhi oleh guru di sekolah atau buku-buku pelajaran yang dipelajari oleh anaknya.

Jika demikian, lalu apa saja yang seorang ibu lakukan dalam proses pendampingan anak ketika dia sedang belajar?

1.  Memperhatikan kondisi kesehatan anaknya.

Seorang ibu yang baik, dia akan tahu perbedaan kapan anaknya sehat dan kapan anaknya sedang sakit; serta kapan saatnya anaknya yang sehat sedang berpura-pura sakit. Atau sebaliknya, anaknya yang sedang sakit sedang berpura-pura sehat.

Bisa terlihat dari raut wajah anaknya, atau perubahan tubuh anaknya, atau dari perubahan yang terjadi pada anaknya sendiri.

Nah. Luangkanlah waktu untuk memperhatikan hal-hal ini pada anak. Perhatian yang penuh dari seorang ibu, yang ditampilkannya tidak berupa interogasi dan cecaran pertanyaan yang memburu, akan membuat anak merasa nyaman dan tahu bahwa ibunya mencintai dia dengan sepenuh hati.
Karena kesadaran akan rasa cinta dari ibunya lah maka anak dengan penuh kesadaran akan belajar bagaimana caranya agar ibunya tidak kecewa dan bersedih hati.

Perhatian yang utuh bukan hanya dari ibu tapi juga ayah, insya Allah akan membuat anak semakin besar rasa cintanya pada kedua orang tuanya, dan hal ini membuat mereka bersemangat untuk meningkatkan kualitas diri mereka sendiri agar tidak mengecewakan kedua orang tua mereka.

2. Memperhatikan kondisi emosional anaknya.


Seorang ibu yang baik, sebaiknya juga tahu bagaimana mood anaknya.  Jika dia sedang bete, atau kesal, atau sedang sedih, sedang murung, bahkan juga tahu bahwa anaknya sedang bosan.

Jangan pernah memberi perintah anak untuk belajar ketika mood anak sedang dalam kondisi jelek.
Jangan pernah memberi perintah anak untuk belajar ketika kondisi emosional anak dalam kondisi buruk.

Untuk itu, sering-seringlah ajak anak untuk berbicara. Tentang apa saja, yang penting hal ini bisa membuat kita sebagai ibu tahu bagaimana kondisi emosional anak saat itu dan berupaya agar kondisi emosional anak kembali stabil seperti sedia kala.

Bagaimana cara agar kondisi emosional anak stabil kembali? Ajak anak untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat hatinya senang tapi bukan berasal dari permainan yang ada di gadget atau internet. Tapi, sesuatu yang dikerjakan dengan manual menggunakan anggota tubuhnya dan melibatkan interaksi orang tua dan anak; atau interaksi anak dengan lingkungannya secara langsung.

Apakah sama sekali tidak boleh menggunakan internet dalam hal ini?
Boleh. Tapi, internet dalam hal ini hanya sebagai pelengkap saja. Sebagai alat bantu saja. Interaksi orang tua dan anak secara langsunglah yang utama.

3. Memperhatikan kondisi kebutuhan material anaknya.

Sebenarnya, anak tahu pasti apa kebutuhannya. Masalahnya, apakah anak mau mengutarakannya pada orang tuanya atau tidak, itu masalah lain.

Tapi, bukan berarti anak tidak meminta pada orang tuanya apa yang dia butuhkan berarti anak itu tidak dekat dengan orang tuanya. Karena, ada anak yang justru karena pertimbangan sayang pada orang tuanya, khawatir orang tuanya kepikiran dan jatuh sakit, maka anak tidak meminta pada orang tuanya.

Untuk itu, kita sebagai ibu sebaiknya memperhatikan kondisi apa saja kebutuhan material yang saat ini dibutuhkan oleh anak-anak kita.

"Buat ujian, pinsil, penghapus, rautan masih ada, nak?"
atau
"Ada buku yang mau dibeli nggak?"

Uang yang dimiliki ternyata tidak cukup untuk membeli buku yang diinginkan oleh anak? Jujurlah pada anak kita apa adanya.
"Wah. Uang ibu nggak cukup. Ada judul lain nggak, dari penerbit lain yang isinya mirip sama buku ini. Cari yuk, siapa tahu harganya lebih murah."

4. Memperhatikan kondisi kebutuhan akan kasih sayang anaknya.


Bagaimana jika sedang tidak punya uang untuk memenuhi keperluan anak? Jangan khawatir. Setiap anak yang sudah mengalami kebersamaan dalam "quality time" bersama orang tuanya, umumnya tidak memerlukan berbagai macam material kok. Yang dia butuhkan dan inginkan adalah berada dekat dengan orang tuanya, khususnya ibunya, dan merasakan kasih sayang orang tuanya tersebut tercurah untuknya.

Tips 2. Kerjakan bersama soal latihannya.


Iya. Mengajak anak untuk tanya jawab soal latihan itu, jauh lebih efektif daripada meminta anak untuk belajar sendirian.
Juga, bersama-sama dengan anak mencari tahu jawaban soal latihan yang sedang dia kerjakan itu, meski kehadiran kita sebenarnya tidak berguna karena soal latihan terlalu rumit dan ujung-ujungnya bertanya ke mbak google juga; itu semua jauh lebih menyenangkan daripada membiarkan dia mencari tahu jawaban soal sendirian.

Dengan kebersamaan ini, anak menjadi lebih bersemangat untuk belajar. Dan informasi dari proses belajar ini bertahan lebih lama di dalam ingatannya daripada dia belajar seorang diri.

Tips 3. Ada waktu belajar, ada waktu bermain.


Jangan pernah terus menerus menyuruh anak untuk belajar dan melarang dia untuk bermain. Bermain itu sebenarnya termasuk proses dia untuk  merelaksasi otaknya yang tegang.

Beristirahat sejenak, lalu melakukan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan belajar materi pelajaran sekolah tapi menghasilkan sesuatu yang fun, insya Allah bisa menghasilkan hasil belajar yang lebih optimal. Dan juga menyenangkan anak.

Tips 4. Jangan pernah menjadikan hadiah sebagai reward utama yang harus diraih. 


Hadiah itu, sebenarnya adalah bonus yang akan diperoleh ketika sebuah keberhasilan terjadi. Nah. Konsep ini jangan diubah dan dibalik hingga menghasilkan sebuah sikap, bahwa hadiah adalah sesuatu yang harus diraih. Karena jika hal ini yang terjadi, maka kemungkinan yang terjadi adalah 2:

1. Ketika gagal, maka anak akan langsung merasa bahwa dia sudah melakukan sesuatu yang sia-sia. Akibatnya, anak menjadi kehilangan semangat mereka untuk belajar kembali.
2. Ketika berhasil, maka informasi pengetahuan yang bersemayam di dalam otak anak, hanya bersifat sementara saja. Kenapa? Karena anak mengumpulkan informasi itu dengan cara amenghafalnya saja. Menjejalkannya dalam otaknya tanpa mengerti esensi dari pengetahuan itu sendiri.
Yang lebih miris lagi adalah, meski sudah juara dan mendapat hadiah utama, tapi anak tidak tahu bagaimana mengaplikasi pengetahuan yang menghantarkannya menjadi juara tersebut.

Tips 5. Nikmatilah segala macam proses belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan.


Nah. Ini nih yang utama banget.
Nggak usah terpengaruh dengan omongan orang yang sering membanding-bandingkan anak yang satau dengan anak yang lain.
Juga nggak usah terpengaruh dengan komentar orang terhadap anak kita sendiri.
dan terakhir, tidak jangan pernah terpengaruh dengan yang namanya "sistem pemeringkatan di sekolah".

Biar saja ada anak yang lebih hebat dan selalu juara. Kita harus percaya pada anak kita. Dan katakan ini pada anak kita.
"Ibu percaya kok kamu bisa."

Dan ketika anak kita merasa diri mereka ada dibawah, kita harus meyakinkan mereka bahwa:
"ibu percaya kok kamu bisa."

Lalu, apa yang terjadi ketika akhirnya anak kita berada di puncak kejayaan dan nomor satu? Beritahu anak bahwa:
"Ilmu itu hanya akan bermanfaat ketika dia disebarkan pada orang lain."
Jadi, dukung dan support anak untuk membantu anak lain yang belum mengerti atau belum menguasai untuk belajar bersama hingga anak lain bisa ikut mengerti materi tersebut.

Untuk bisa mengajarkan orang lain, maka kuncinya satu: diri sendiri harus mengerti dalam arti benar-benar mengerti materi tersebut. Jangan sungkan untuk mengatakan pada anak, bahwa kita tidak mengerti dan minta mereka untuk mengajarkan kita materi tersebut. Jika dia sudah bisa mengajarkan kita, maka berarti anak sudah siap untuk membagi pengetahuannya dengan orang lain juga. Sedekah ilmu namanya.



Sedekah ilmu itu akan membuat proses belajar yang sudah pernah dijalani menjadi terasa lebih menyenangkan dan bermanfaat. Dan akibatnya, anak bersemangat untuk terus belajar, menikmati belajar.

Demikian tips dariku agar anak menikmati belajar.
Alhamdulillah, sudah terjadi sih di anak-anakku. Dan semoga anakku bisa selalu istiqomah dalam belajar dan menimba ilmu.

4 komentar

  1. Makasi mba Ade atas sarannya, memang belajar bersama anak ini butuh tip agar belajar dengan emaknya bisa nyaman :)

    BalasHapus
  2. bener banget mba Ade mendampingi anak belajar itu harus ikhlas dan penuh pengorbanan, mengorbanankan kesenangan diri hehehe . ga nonton tv, keep handphone, tutup novel biar fokus ..tapi sya belum konsisten kalau lagi cepak dan males anak2 dibiarin main (tetap no gadget dan tv)

    BalasHapus
  3. Iya mba, khusus untuk tips no 5, selaku orangtua memang kudu tegas mendisiplinkan anak yaa, apalagi zaman sekarang godaannya banyak...ada tv , gadget , games dll

    BalasHapus
  4. Hiks terimakasih tipsnya ya mbak.. Sebulan ini aku lalai nemenin anak belajar

    BalasHapus